Review

Info
Studio : Sony Pictures Classics
Genre : Drama
Director : Asghar Farhadi
Producer : Asghar Farhadi
Starring : Leila Hatami, Peyman Moaadi, Shahab Hosseini, Sareh Bayat, Sarina Farhadi

Jumat, 28 September 2012 - 09:24:32 WIB
Flick Review : A Separation
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2847 kali


Sangat mudah untuk menemukan titik persamaan antara A Separation dengan Carnage. Tentu, tidak seperti Carnage,A Separation tidak memiliki lokasi latar belakang cerita yang monoton. Dan tentu saja, tak seorangpun yang masih memiliki jalan pemikiran waras akan tertawa ketika menyaksikan A Separation seperti halnya mereka akan tergelak ketika menyaksikan Carnage. Namun di luar daripada itu, seperti halnya CarnageA Separation memberikan penontonnya sebuah perbandingan akan cara pandang dari beberapa permasalahan hidup ketika sedang dihadapi oleh sekelompok orang yang berasal dari kelas dan status sosial yang berbeda dan dihadirkan dalam rangkaian pertukaran dialog antara dua pasangan yang saling bersitegang. Jika Roman Polanski menghadirkan Carnage sebagai sebuah penceritaan komedi satir, maka A Separation dihadirkan Asghar Farhadi sebagai sebuah drama dengan premis sederhana namun memiliki jalan cerita begitu kompleks dan cenderung tragis.

Kisah A Separation sendiri dimulai dengan proses perceraian antara pasangan suami istri yang berasal dari kelas sosial menengah, Nader (Peyman Moaadi) dan Simin (Laila Hatami), di sebuah pengadilan agama Iran. Sebenarnya, seperti yang diungkapkan oleh sang hakim, konflik yang terjadi dalam rumah tangga Nader dan Simin sangatlah sederhana, dan hanya membutuhkan satu pihak yang memulai untuk melakukan gencatan senjata. Simin ingin untuk mengajak keluarganya berangkat keluar dari Iran, khususnya setelah permohonan visa yang telah lama ia ajukan akhirnya disetujui. Namun, keinginan tersebut ditolak oleh Nader karena ayahnya (Ali-Asghar Shahbazi) yang telah berusia sangat lanjut dan terkena Alzheimer’s. Simin akhirnya meninggalkan kediamannya bersama Nader –  meninggalkan puteri mereka satu-satunya, Tarmeh (Sarina Farhadi), dan ayah mertuanya yang sangat menyayanginya serta sempat memohon agar dirinya untuk tidak pergi – untuk kemudian kembali ke rumah orangtuanya sambil menunggu proses perceraian usai.

Ditinggalkan Simin, Nader kemudian menyewa Razieh (Sarah Bayet), seorang wanita paruh baya nyang berasal dari kelas sosial bawah, untuk merawat sang ayah ketika dirinya dan Tarmeh sedang beraktivitas di siang hari. Sebenarnya, kediaman Nader yang cukup jauh, dan upah yang diberikan olehnya, membuat Razieh sempat memutuskan untuk melepaskan pekerjaan tersebut. Apalagi, mengingat dirinya merupakan seorang umat Islam yang taat, Razieh berpendapat bahwa tidaklah baik bagi dirinya untuk merawat seorang pria seorang diri di sebuah tempat yang asing. Pun begitu, mengingat sang suami, Hojjat (Shahab Hosseini), adalah seorang pengangguran. Konflik mulai terbentuk setelah Nader menuduh Razieh telah melakukan sebuah perbuatan kriminal dan akhirnya menjerat Nader, Simin, Razieh dan Hojjat dalam permasalahan hukum yang panjang dan berliku.

Jika ingin dilihat dari kacamata yang sempit, A Separation dapat dianggap sebagai rentetan kejadian yang tidak menguntungkan yang terjadi pada satu pasangan yang berada di ambang perceraian mereka. Namun, A Separationsebenarnya memiliki deretan konflik yang jauh lebih luas lagi yang bahkan melebar hingga berbagai topik mulai dari sosial, hukum bahkan agama. Debat sepanjang empat menit yang terjadi antara hakim pengadilan agama, Nader dan Simin mengenai pernikahan mereka adalah sebuah debat awal yang sepertinya ingin mempersiapkan penonton mengenai apa yang akan mereka dapatkan pada 123 menit durasi film ini berjalan. Masuknya dua karakter lain, Razieh dan Hojjat, juga semakin menambah keruh suasana dan kompleksitas perdebatan tersebut ketika kedua belah pihak saling berusaha menunjukkan bahwa diri mereka adalah karakter yang berada di wilayah yang benar dengan sudut pandang yang berbeda. Penonton jelas adalah yang menjadi hakim utama dalam film ini. Dan Asghar Farhadi tidak membuat tugas tersebut menjadi mudah.

Di sepanjang film, Farhadi bertindak layaknya seorang pengacara yang menghadirkan berbagai bukti yang menguatkan pendapat masing-masing tersangka. Farhadi tidak pernah sekalipun memihak kepada salah satu karakter di film ini – hal yang akan membuat penonton secara konstan merubah pendirian mereka mengenai karakter mana yang seharusnya mereka berikan rasa simpati mereka. Tidak hanya bukti yang menguatkan, di bagian akhir film, Farhadi juga memberikan rentetan bukti yang mampu menunjukkan seluruh karakter berada pada posisi yang sama bersalahnya dan bahwa pertengkaran yang mereka lakukan sama sekali tidak memiliki poin yang penting jika saja mereka mau duduk bersama dengan kepala dingin untuk mengurai kembali segala permasalahan yang ada semenjak awal. A Separationmemiliki sebuah naskah yang sangat cerdas dan mampu dieksekusi dengan ritme intensitas yang begitu mampu terjaga dengan baik sehingga tampil begitu jujur dan menyentuh.

Seperti Carnage, dua pasangan suami istri yang dihadirkan dalam A Separation memiliki jurang pemisah sosial diantara mereka. Pasangan Nader dan Simin merupakan pasangan liberal Iran yang telah terdidik dan berasal dari kelas ekonomi menengah. Mereka lebih mengutamakan logika mereka dalam memutuskan sebuah masalah. Sementara itu, Razieh dan Hojjat adalah pasangan dari kelas ekonomi bawah yang masih teguh berpegang pada prinsip-prinsip agama mereka. Farhadi dengan mantap memanfaatkan perbedaan sosial dan cara pandang keempat karakter tersebut dan memaparkannya sebagai jalan agar penonton dapat memasuki jalan pemikiran keempat karakter yang ada di dalam jalan cerita A Separation ini lewat tiap perdebatan dan sesi pengambilan keputusan yang mereka lakukan. Sebuah hal yang dapat muncul sebagai pemaparan yang membosankan jika dilakukan dengan jalan yang salah. Namun Farhadi mampu menghadirkannya sebagai sajian utama yang sangat menarik untuk diikuti.

Beban utama agar A Separation dapat bekerja dengan sangat maksimal berada di pundak para pemerannya. Dan Farhadi, untungnya, memiliki barisan jajaran pemeran yang mampu mengemban tugas tersebut dengan sangat baik. Sempurna, malah. Yang paling mencuri perhatian adalah penampilan aktris Sarah Bayet yang mampu hadir dengan penampilan yang begitu jujur, begitu terfokus dan sangat menyentuh. Anda akan bersimpati pada karakter yang ia perankan, namun di saat yang sama, Anda masih akan memendam kecurigaan bahwa karakter Razieh memiliki beberapa hal kelam yang ia sembunyikan. Peyman Moaadi yang memerankan karakter Nader juga memiliki beban yang berat untuk dapat membawakan sebuah karakter yang memiliki ego begitu besar namun juga merupakan sosok pria yang sangat penyayang bagi puteri dan ayah kandungnya. Untungnya Moaadi mampu membawakan karakter tersebut dengan baik, sama lancarnya dengan permainan akting para pemeran lainnya yang membuat setiap menit perjalanan A Separation terasa begitu berarti.

Berjudul asli Jodái-e Náder az SiminA Separation merupakan sebuah karya yang akan begitu mampu menghipnotis para penontonnya. Seperti halnya Carnage arahan Roman Polanski yang berhasil membawa penontonnya ke dalam dunia komedi satir dengan sindiran-sindiran terhadap kondisi sosial masyarakat dunia saat ini lewat permasalahan yang dialami oleh karakter-karakter di film tersebut, Asghar Farhadi juga membuat A Separation sebagai sebuah gambaran jujur mengenai bagaimana dua kelas sosial masyarakat yang berbeda saling berinteraksi ketika mereka sedang menghadapi permasalahan dan dituntut untuk melakukan pembelaan diri melalui cara pandang mereka yang saling berbeda jauh. Penuh kepedihan namun ditampilkan dengan begitu jujur, A Separation adalah sebuah drama yang disajikan dengan minimalis namun mengandung pesan tersirat yang begitu kompleks dan akan mampu membuat para penontonnya memikirkan film ini jauh setelah mereka selesai menyaksikannya. Cerdas!

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.