Maxima Pictures. Ody Mulya Hidayat. Findo Purnomo HW. Dewi Perssik. Paku Kuntilanak? Syukurnya tidak, walaupun kali ini mereka juga membawa film yang tidak lebih baik daripada film horror yang sempat mengundang banyak kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia tersebut. Menjauh dari nuansa horror, mendekat dengan wilayah komedi dengan melakukan pengurangan adegan yang berbau sensualitas, produser Maxima Pictures, Ody Mulya Hidayat, kembali menunjuk sutradara Findo Purnomo HW (Buruan Cium Gue (2004), Paku Kuntilanak (2009), Menculik Miyabi (2010)) untuk menyutradarai sebuah film komedi bertajuk Lihat Boleh, Pegang Jangan. Dibintangi oleh Dewi Perssik, tak seorangpun seharusnya mengharapkan apa-apa dari film ini. Tidak juga unsur hiburan.
Premis film ini sangat sederhana, familiar dan sebenarnya dapat diselesaikan dalam sebuah episode sinetron komedi situasi berdurasi 30 menit. Namun tentu saja, untuk memenuhi klasifikasi sebagai sebuah film layar lebar, premis singkat tersebut kemudian diperpanjang selama mungkin dengan cara memperpanjang banyak adegan dan memberikan beberapa sub plot cerita yang semakin membuat cerita utama film ini menjadi lebih terpuruk lagi.
Lihat Boleh, Pegang Jangan harus diakui dimulai dengan cukup menarik ketika komedian Tessy muncul dan berhasil menghantarkan dialog-dialog jenakanya dengan baik. Permasalahan dimulai (dan tak akan pernah kembali membaik) ketika jalan cerita kemudian mengambil alur mundur dan menceritakan mengenai mengapa sang tokoh utama, Salma (Dewi Perssik), berada di lokasi tempat adegan pertama berada. Penonton kemudian dikenalkan dengan persaingan antara usaha warung bakso Joget Lidah milik ibu Salma, Umi (Jurike Prastika), dengan warung bakso Goyang Lidah milik Bang Kimbul (Harry De Fretes). Persaingan sengit yang awalnya hanya berupa perang kata-kata perlahan-lahan berubah menjadi persaingan kotor dengan menerapkan berbagai strategi licik yang diterapkan keduanya untuk berhasil merebut pelanggan.
Persaingan ini sendiri ternyata membuat anak Bang Kimul, Udjo (Dimas Seto), tidak dapat menyatakan perasaan sukanya pada Salma, mengingat hubungan tersebut tidak akan disetujui oleh sang ayah. Selain itu, Salma sendiri saat ini sedang menjalin hubungan dengan seorang pria asing kaya raya, Jay (Steve Emmanuel), yang terus menerus memberikan berbagai kemewahan pada Salma. Tidak dinyana, rasa cinta Jay terhadap Salma selama ini ternyata hanya merupakan kedok untuk mengambil resep rahasia warung bakso Joget Lidah. Tak tega melihat Salma, Udjo kemudian menawarkan bantuannya. Tentu saja, seperti yang semua penonton akan duga, mereka berdua akan saling bekerjasama untuk kembali meraih apa yang telah direbut oleh Jay dari mereka.
Anda merasa terhibur dengan rangkaian lelucon yang disampaikan oleh film ini? Tidak ada yang salah dengan Anda, mengingat setiap orang memiliki definisi yang berbeda mengenai apa hal yang dapat menghibur mereka. Yang salah dari rentetan kisah membosankan yang ditawarkan oleh Lihat Boleh, Pegang Jangan ini adalah pemikiran para pembuat film ini bahwa penonton Indonesia memang hanya dapat diberikan naskah-naskah cerita sedangkal ini. Pemikiran ini yang kemudian diaplikasikan melalui proses pembuatan filmnya, yang kemudian membuat tidak ada satupun unsur filmis dari Lihat Boleh, Pegang Jangan sangat terasa tidak tergarap dengan baik.
Lihat bagaimana sang aktris utama, Dewi Perssik, yang berakting semaunya. Tunggu. Apa yang ditunjukkan oleh Dewi Perssik di film ini sama sekali bukan akting. Ia hanya menjadi dirinya sendiri – tingkah laku yang sering ia tunjukkan di berbagai acara infotainment – ditambah dengan melafalkan dialog, adegan menangis seperlunya serta… surprise! surprise! ia memamerkan kemampuannya dalam bergoyang dangdut. Apa yang ditampilkan Dewi Perssik berbanding lurus dengan para jajaran pemeran film lainnya (beberapa bahkan lebih buruk – Halo, Steve Emmanuel!), sama tidak mengesankannya dan semakin membosankan seiring dengan berjalannya durasi film.
Sebuah catatan khusus datang dari Dimas Seto. Kalau mau dilihat dari daftar filmografinya, ia sama sekali bukanlah aktor yang buruk. Sama seperti Masayu Anastasia, Dimas dianggap remeh karena lebih sering bermain di sinema elektronik, namun ia tidak pernah memberikan akting yang buruk. Di film ini, penampilannya cukup dapat diterima. Karakter yang ia mainkan mengingatkan perannya di film Buruan Cium Gue, namun dengan kapabilitas akting yang sedikit diatas apa yang ia tampilkan di film perdananya tersebut. Salah satu aktor yang membutuhkan breakout role untuk dapat memperoleh nama yang lebih baik di dunia akting.
Cerita yang dangkal, akting yang buruk dan beberapa kesalahan produksi yang dapat dengan mudah ditemukan di sepanjang jalan cerita membuat Lihat Boleh, Pegang Jangan menjadi sebuah pengalaman menonton yang sama sekali tidak akan ingin diingat dalam jangka waktu yang panjang. Tentu saja, sineas Indonesia pernah menawarkan sesuatu yang lebih buruk daripada film ini. Namun hal tersebut tidak dapat dijadikan pembenaran untuk menganggap film ini sebagai sebuah karya yang lebih baik. Mimpi buruk.