Review

Info
Studio : Starvision Plus/Bentang Pictures/Dapur Film Production
Genre : Drama
Director : Hanung Bramantyo
Producer : Chand Parwez Servia, Putut Widjanarko
Starring : Maudy Ayunda, Adipati Dolken, Reza Rahadian, Elyzia Mulachela, Fauzan Smith, Sylvia Fully R

Minggu, 19 Agustus 2012 - 02:52:53 WIB
Flick Review : Perahu Kertas
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 4865 kali


Wajar jika begitu banyak orang memiliki ekspektasi yang tinggi bagi Perahu Kertas. Selain diarahkan oleh Hanung Bramantyo – salah seorang sutradara film Indonesia yang dikenal seringkali mampu memadukan unsur kualitas dengan nilai jual komersial pada setiap karyanya, naskah cerita Perahu Kertas sendiri diadaptasi dari sebuah novel berjudul sama karya Dewi Lestari yang memiliki tingkat penjualan serta jumlah penggemar yang cukup tinggi. Layaknya setiap film yang naskah ceritanya mengadaptasi sebuah novel, jelas merupakan sebuah tantangan besar bagi Hanung Bramantyo dan Dewi Lestari untuk menghasilkan sebuah karya adaptasi yang benar-benar mampu menangkap esensi dari isi novel yang telah membuat banyak orang jatuh cinta tersebut. Lalu… apakah mereka dapat melakukannya?

Merupakan bagian pertama dari dua seri film yang telah direncanakan, Perahu Kertas berkisah mengenai perjalanan cinta dari Kugy (Maudy Ayunda) dan Keenan (Adipati Dolken). Kugy sendiri diperkenalkan kepada Keenan oleh dua sahabatnya, Noni (Sylvia Fully R) dan Eko (Fauzan Smith), ketika mereka menjemput Keenan sepulangnya pemuda tersebut dari masa belajarnya di negara Belanda. Kisah cinta Kugy dan Keenan tidak lantas berjalan dengan mulus. Ketika pertama kali bertemu, Kugy sedang menjalin kasih dengan Ojos (Dion Wiyoko), pria tampan yang telah ia pacari semenjak masa sekolah menengah atas.  Keenan sendiri juga sempat dekat dengan seorang gadis cantik bernama Wanda (Kimberly Ryder). Kugy dan Keenan sama-sama saling menyukai. Keduanya (mungkin sama-sama) menyadari hal itu. Namun keduanya tidak pernah benar-benar saling menyatakan perasaannya.

Arus perjalanan kehidupan akhirnya memisahkan Kugy dari Noni dan Eko. Hal yang sama juga terjadi pada hubungannya dengan Keenan yang perlahan mulai membeku ketika Keenan mulai berkonsentrasi untuk membangun karirnya sebagai seorang pelukis dengan pindah ke Pulau Bali. Kugy sendiri, seusai menyelesaikan masa kuliahnya, mulai magang di sebuah perusahaan periklanan atas bantuan kakaknya, Karel (Ben Kasyafani). Jalan pemikiran Kugy yang unik akhirnya justru memikat pimpinan perusahaan tersebut, Remi (Reza Rahadian), yang kemudian mengangkat Kugy sebagai seorang karyawan. Secara perlahan, hubungan profesional antara Kugy dan Remi mulai mencair menjadi sebuah hubungan personal. Keenan sendiri juga sedang memulai sebuah hubungan kasih baru dengan seorang gadis asal Bali bernama Luhde (Elyzia Mulachela). Namun, keduanya akan segera menemukan diri mereka kembali bertemu di sebuah persimpangan kehidupan yang baru.

Jika dibandingkan dengan deretan karya Dewi ‘Dee’ Lestari lainnya, Perahu Kertas jelas merupakan karya Dee yang paling mudah dicerna – sekaligus difilmkan. Layaknya film-film drama romansa kebanyakan, Perahu Kertas juga memuat formula kisah percintaan yang tidak asing lagi: jatuh bangunnya hubungan cinta antara dua orang manusia yang diwarnai dengan kisah pembuktikan kemampuan dan eksistensi pribadi diri mereka. Yang membedakan Perahu Kertas jelas adalah kemampuan Dee untuk menggarap karakter-karakter kisahnya menjadi lebih berwarna dan menarik serta jalinan dialog puitis indah yang hadir di setiap bagian penceritaan. Dan harus diakui, Dee cukup berhasil dalam menghadirkan poin-poin penting dari novelnya ke dalam naskah cerita Perahu Kertas.

Tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar sebenarnya. Perahu Kertas terasa sekali berusaha memperkenalkan karakter-karakternya dalam waktu yang singkat. Untungnya, setiap karakter yang hadir di dalam jalan cerita mampu digambarkan dengan cukup baik – dan sangat terbantu dengan kemampuan para pengisi departemen akting film ini. Bagian introduksi karakter berjalan cukup mulus dengan hadirnya karakter-karakter serta dialog-dialog segar yang menghibur. Namun, ketika konflik demi konflik mulai dihadirkan, Perahu Kertas perlahan-lahan mulai kehilangan arahnya. Konflik yang muncul dari sisi kehidupan pribadi masing-masing karakter mulai mengambil tempat yang akhirnya justru memecah perhatian dan membuat satu bagian terkesan menarik sementara bagian lainnya terasa datar. Hal ini berjalan dalam durasi yang cukup lama sampai sebuah fase baru dalam kehidupan karakternya mulai hadir yang akhirnya kemudian membangkitkan kembali ritme dan energi penceritaan Perahu Kertas.

Tidak hanya dari sisi penulisan cerita, warna penceritaan Perahu Kertas juga sangat dipengaruhi oleh penampilan akting para jajaran pemerannya. Dalam kapasitas tersebut, Maudy Ayunda, yang memerankan karakter Kugy, merupakan sarana enerji utama dari Perahu Kertas. Maudy secara berhasil menterjemahkan bagaimana sesosok karakter Kugy yang memiliki kepribadian yang berwarna, tidak takut mengekspresikan perasaannya – kecuali perasaan cintanya, mungkin –  dan jalan pemikiran yang unik. Penonton yang telah mengikuti perjalanan akting Maudy jelas akan merasa kagum dengan transformasi gadis cantik tersebut menjadi sesosok karakter yang lebih luwes daripada karakter-karakter yang biasa ia perankan. Dan penampilan Maudy jelas merupakan nyawa utama bagi Perahu Kertas.

Sayangnya, hal yang sama tidak berlaku bagi lawan main Maudy Ayunda, Adipati Dolken. Penampilan Adipati lebih sering terlihat terlibas keberadaan penampilan bersinar Maudy Ayunda – atau pasangan karakter Eko dan Noni yang diperankan oleh Fauzan Smith dan Sylvia Fully R yang seringkali mencuri perhatian. Akibatnya, ketika Perahu Kertas sedang mengeksplorasi kisah pribadi karakter Keenan yang diperankan oleh Adipati – tanpa kehadiran karakter lainnya – Perahu Kertas menjadi terlihat berjalan semu. Tidak sepenuhnya kesalahan Adipati Dolken, sebenarnya. Karakter Keenan harus diakui merupakan karakter yang membutuhkan sesosok pemeran yang memiliki daya tarik dan kharisma yang sangat kuat. Adipati, terlepas dari penampilannya yang cukup baik, tidak memiliki kharisma tersebut.

Berbeda dengan Adipati, kehadiran Reza Rahadian merupakan contoh tersendiri bagaimana satu sosok aktor dapat menjadikan sebuah peran yang kecil menjadi begitu bermakna ketika dirinya mampu memiliki kharisma yang kuat. Penampilan Reza sebagai Remi memang baru dihadirkan di paruh kedua film. Pun begitu, rasanya akan ada cukup banyak penonton yang kemudian segera meminggirkan (baca: melupakan) karakter Keenan yang diperankan oleh Adipati Dolken dan menjadikan karakter Remi yang dipresentasikan oleh Reza sebagai pendamping yang tepat bagi karakter Kugy yang diperankan Maudy Ayunda. Terlepas dari penampilan personal dari masing-masing jajaran pemeran, seluruh pengisi departemen akting film ini mampu memberikan penampilan yang lugas serta chemistry yang kuat satu sama lain untuk menjadikan Perahu Kertas begitu mudah untuk dinikmati.

Satu hal lain yang cukup tampil standout dari presentasi Perahu Kertas adalah pilihan-pilihan lagu yang mengisi deretan adegan film ini. Selain iringan musik arahan Andhika Triyadi yang mampu menghasilkan tambahan emosi pada setiap adegan, lagu-lagu pilihan yang mengisi deretan adegan Perahu Kertas begitu mampu untuk hadir dan menjadi presentasi kisah sendiri bagi setiap adegan yang diisi oleh lagu tersebut. Sangat mudah untuk menempatkan jajaran soundtrack film Perahu Kertas pada jajaran soundtrack terbaik yang pernah berada pada sebuah film Indonesia. Selain kualitas tata musik, Perahu Kertas juga didukung kualitas produksi yang kuat, baik dari segi audio maupun visualnya. Sederhananya, Perahu Kertas adalah sebuah tampilan yang memuaskan dari sisi produksinya.

Perjalanan pengisahan Perahu Kertas tidak murni berjalan mulus. Setelah bagian pembukaannya yang cenderung meledak-ledak dengan deretan karakter dan dialog yang begitu berwarna, film ini mengalami penurunan ritme cerita ketika berusaha memperdalam penggambaran konflik pribadi yang dialami oleh karakter Keenan. Cukup mengganggu mengingat hal tersebut membuat Perahu Kertas terlihat menjadi datar dan cenderung menjemukan. Untungnya, Perahu Kertas kemudian mampu bangkit lagi dengan sebuah fase penceritaan yang baru dan akhirnya berhasil untuk membawa film ini menjadi sebuah jalan cerita yang cukup menghibur sekaligus menyentuh. Maudy Ayunda memberikan penampilan terbaik di sepanjang karirnya – yang masih sangat panjang, tentu saja –  yang dengan dibantu dengan penampilan dari jajaran pemeran lainnya membuat Perahu Kertas mampu tampil dinamis dalam bercerita. Sebuah drama romansa yang jelas berada di atas kelas kebanyakan drama romansa yang banyak dihasilkan oleh industri film Indonesia.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.