Review

Info
Studio : Starvision Plus
Genre : Drama, Comedy, Romance
Director : Fajar Nugros
Producer : Chand Parwez Servia
Starring : Donny Alamsyah, Joanna Alexandra, Dion Wiyoko, Ramon Y Tungka, Gading Marten, Lukman Sardi

Sabtu, 30 Juni 2012 - 19:25:43 WIB
Flick Review : Cinta di Saku Celana
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 5176 kali


Berawal dari cerita pendek Cinta di Saku Belakang Celana karya Fajar Nugros yang terdapat dalam buku kumpulan cerita pendeknya yang berjudul I Didn’t Lose My Heart, I Sold it On eBay! (2010), Cinta di Saku Celana kemudian menjadi film kedua Fajar Nugros sebagai seorang sutradara setelah sebelumnya mengarahkan Queen Bee di tahun 2009. Berkisah mengenai perjuangan dan tantangan yang dihadapi oleh seorang pemuda untuk menyampaikan rasa sukanya kepada seorang gadis, cerita pendek karya Fajar Nugros tadi kemudian dikembangkan menjadi sebuah naskah cerita film layar lebar oleh Ben Sihombing (Pengejar Angin, 2011). Sayangnya, ekstensi ide yang dilakukan Ben Sihombing untuk cerita pendek Fajar Nugros tampil begitu lemah sehingga membuat Cinta di Saku Celana berjalan cenderung datar.

Cinta di Saku Celana sendiri memfokuskan kisahnya pada seorang pemuda bernama Ahmad (Donny Alamsyah) yang semenjak kecil hanya terobsesi pada satu hal: memiliki perasaan cinta. Berbeda dengan sahabatnya, Gifar (Dion Wiyoko), yang sepertinya selalu berhasil mendapatkan cinta dari setiap wanita yang ia inginkan, Ahmad memiliki kesulitan yang cukup besar untuk dapat mengekpresikan perasaan tersebut pada seseorang yang ia sukai. Namun, pertemuannya secara konstan dengan seorang gadis cantik bernama Bening (Joanna Alexandra) di gerbong kereta api kemudian menyulut rasa suka Ahmad dan membuatnya bertekad untuk mendapatkan cinta gadis tersebut.

Atas saran Gifar, Ahmad lalu mencurahkan seluruh perasaannya melalui sebuah surat cinta yang ia niatkan akan diberikan pada Bening ketika mereka nantinya bertemu kembali di gerbong kereta api. Hari itu pun tiba. Ahmad telah menyiapkan surat cintanya dan menyimpan surat cinta tersebut di dompetnya. Sial… di hari yang sama, Ahmad justru mengalami kecopetan yang jelas menghilangkan surat cinta yang telah dengan susah payah ia tulis sekaligus kesempatan untuk dirinya agar dapat menyatakan rasa sukanya pada Bening. Tidak mau menyerah begitu saja, Ahmad lalu melakukan segala cara untuk mendapatkan cinta Bening.

Deretan adegan awal Cinta di Saku Celana kemungkinan akan menipu sebagian besar penonton film ini. Film yang awalnya hanya berfokus antara karakter Ahmad, Bening dan Gifar ini memiliki atmosfer cerita pembuka yang jelas akan membuat banyak orang mempersiapkan diri mereka untuk sebuah paparan cerita komedi romantis. Dalam perjalanannya, Cinta di Saku Celana masih berjalan sebagai sebuah komedi romantis. Hanya saja, Fajar Nugros melakukan sebuah pendekatan berbeda dengan kebanyakan komedi romantis yang banyak hadir di industri film Indonesia. Daripada menghadirkan sebuah komedi romantis standar, Fajar Nugros memilih untuk menghantarkan kisahnya secara filosofis melalui deretan metafora yang tersebar di berbagai penjuru cerita. Unik, namun sayangnya Cinta di Saku Celana secara perlahan kehilangan fokus dan gagal untuk menjalin sebuah ikatan emosional kepada penontonnya.

Perjuangan yang dilakukan karakter Ahmad untuk mendapatkan cintanya juga semakin lama terasa semakin absurd. Kehadiran deretan karakter baru di dalam jalan cerita juga gagal untuk mendapatkan porsi penceritaan yang mencukupi untuk dapat membuat Cinta di Saku Celana tampil menarik. Kebanyakan dari karakter tersebut hadir begitu saja dalam plot cerita untuk kemudian menghilang dengan sendirinya. Karakter utamanya sendiri juga sama kurang menariknya. Kesialan (atau kebodohan) yang terus menerus dialami oleh karakter Ahmad membuat karakter tersebut lebih pantas untuk dikasihani daripada didukung perjuangannya. Karakter Bening juga gagal ditampilkan menarik untuk seorang gadis yang patut diberikan perjuangan sebegitu kuatnya. Karakter-karakter pendukung seperti Gifar, Gubeng (Ramon Y Tungka) atau ibu penjaga panti asuhan (Pricillia Tanamal) justru yang lebih sering tampil menarik dengan deretan dialog dan karakterisasi mereka yang lebih kuat.

Tidak ada masalah berarti dari penampilan para pengisi departemen akting film ini – kecuali jika penampilan datar Joanna Alexandra Anda anggap sebagai sebuah gangguan. Nama-nama seperti Donny Alamsyah, Ramon Y Tungka, Lukman Sardi, Pricillia Tanamal hingga Gading Marten tampil dalam kapasitas akting yang memadai. Penampilan yang cukup mencuri perhatian, secara mengejutkan, muncul dari Dion Wiyoko yang mampu menampilkan sisi komedinya dengan baik di film ini. Mungkin adalah penampilan paling menarik dari aktor yang selama ini lebih banyak hadir dalam film-film bernuansa drama yang sebenarnya masih jauh dari jangkauan aktingnya.

Pemaparan yang memang berbeda jelas memberikan tantangan tersendiri dalam menikmati Cinta di Saku Celana. Sayangnya, kehadiran berbagai metafora dalam perlambangan cinta di jalan cerita film ini sama sekali tidak diiringi dengan penceritaan yang kuat. Kebanyakan plot cerita dan karakter yang hadir disajikan dengan cara cenderung datar dan jauh dari kesan menarik. Hasilnya, walaupun didukung dengan penampilan apik para pengisi departemen aktingnya serta deretan kualitas teknis yang mumpuni, Cinta di Saku Celana gagal untuk tampil seunik penceritaannya.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.