Dengan berbagai penghargaan dan nominasi yang ia raih dari banyak penghargaan film kelas internasional, Guy Pearce tidak dapat disangkal adalah salah satu ekspor akting terbaik dari Australia. Namun, pemilihan Pearce untuk lebih banyak berakting dalam film-film aksi kelas dua cenderung membuat kemampuan akting Pearce dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Padahal, tak peduli bagaimana kualitas cerita film yang ia bintangi, Pearce sepertinya selalu mampu menemukan cara untuk dapat membuat karakter yang ia perankan menjadi cukup berkesan – seperti yang ia lakukan pada peran-perannya di film Don’t Be Afraid of the Dark (2011) dan Seeking Justice (2011). Peforma akting yang sama juga akan ditunjukkan Pearce dalam Lockout, sebuah film aksi arahan James Mather dan Stephen St. Leger yang akan mampu memberikan hiburan yang cukup mumpuni bagi para penggemar film-film aksi terlepas dari kedangkalan jalan ceritanya.
Berlatar belakang masa di waktu yang akan datang, tepatnya pada tahun 2079 di Washington DC, Amerika Serikat, Pearce berperan sebagai Agent Snow, seorang agen rahasia CIA yang kemudian dituduh menjadi seorang mata-mata musuh dan membunuh rekan kerja yang harusnya ia lindungi. Snow jelas membantah seluruh tuduhan tersebut. Namun, satu-satunya bukti yang dapat menyelamatkan dirinya – yang berbentuk sebuah koper yang berisi banyak data-data penting – kini lenyap entah berada dimana setelah sahabatnya, Mace (Tim Plester), yang ia tugaskan untuk mengambil dan mengamankan koper tersebut, juga telah berhasil tertangkap oleh CIA dan dijebloskan ke sebuah penjara dengan pengamanan tingkat tinggi yang berada di angkasa luas, M. S. One.
Sementara itu, puteri Presiden Amerika Serikat (Peter Hudson), Emilie (Maggie Grace), sedang berada di dalam penjara tersebut. Bersama beberapa temannya, Emilie hendak melakukan beberapa penelitian untuk membuktikan dugaannya bahwa para narapidana yang dipenjarakan dengan sistem yang keras di luar angkasa seperti di M. S. One akan menyebabkan mereka mengalami dementia atau berubah menjadi seorang psikopat. Sialnya, ketika mewawancarai salah seorang narapidana, Hydell (Joseph Gilgun), sang narapidana kemudian berhasil mencuri senjata salah seorang pengawal keamanan Emilie, menawan gadis tersebut dan kemudian membebaskan seluruh narapidana yang ada di M. S. One. Kekacauan pun dimulai. Khawatir bahwa para narapidana akan menyadari bahwa Emilie adalah seorang puteri presiden dan kemudian memanfaatkan kesempatan tersebut, pihak CIA mau tidak mau kemudian mengirimkan Agent Snow untuk berangkat ke M. S. One dan menyelamatkan Emilie.
Layaknya Taken (2008) – yang juga diproduseri oleh Luc Besson dan dibintangi oleh Maggie Grace – Lockout memiliki premis cerita yang serupa: satu karakter tangguh yang berusaha untuk menyelamatkan satu karakter lainnya yang memang butuh untuk diselamatkan dengan melakukan berbagai cara. Jelas plot cerita yang cukup tipis untuk dikembangkan sebagai jalan cerita yang berdurasi selama 95 menit, namun – sama seperti Taken – Lockout kemudian mengisi dirinya dengan rentetan adegan aksi yang cukup memukau. Poin tambahan lainnya datang dari keberhasilan Besson bersama Stephen St. Leger dan James Mather untuk mendeskripsikan satu sosok karakter utama yang tangguh namun penuh dengan sikap dan karakteristik yang nyeleneh. Keberhasilan Pearce untuk menghidupkan karakter tersebutlah yang kemudian menghasilkan banyak momen komedi yang menghibur dalam Lockout.
Sayangnya, sekuat apapun unsur aksi maupun penampilan Pearce dalam film ini tidak akan mampu menutupi kelemahan yang muncul akibat dari sempitnya pengembangan ruang jalan cerita Lockout. Karakter-karakter yang disajikan cukup standar. Sisi protagonis dan antagonis semenjak awal telah dijelaskan semenjak awal dan perlawanan yang terbentuk antara mereka terus menerus menjadi menu utama dalam Lockout tanpa pernah memberikannya latar kisah yang kuat maupun pengembangan kisah yang mumpuni. Dialog-dialog yang dangkal juga terlintas di banyak bagian cerita. Poin-poin negatif ini akan semakin terasa begitu kuat ketika unsur-unsur kekuatan film seperti adegan aksi dan humor gelap dari karakter Agent Snow menghilang dari dalam jalan cerita.
Selain Guy Pearce – yang tampil dalam penampilan fisik yang lebih berisi dari apa yang biasa ia tampilkan – jajaran pemeran Lockout tampil dalam kapasitas yang tidak mengecewakan, walaupun terbatas. Sebagai tandem akting Pearce, Maggie Grace mampu mengimbangi penampilannya walau kadang chemistry yang hadir antara dirinya dan Pearce masih terasa begitu tipis. Vincent Regan dan Joseph Gilgun yang memerankan dua karakter antagonis bersaudara juga tampil meyakinkan, dengan Gilgun berperan sebagai sesosok penjahat psikotik yang akan mampu membuat siapapun dengan mudah membenci dirinya. Penampilan dari Peter Stormare, Lennie James dan Tim Plester juga semakin memperkuat departemen akting Lockout.
Tidak istimewa, Lockout memang hanya menawarkan sebuah modifikasi dari sebuah premis yang mungkin telah banyak dieksplorasi sebelumnya. Luc Besson bersama duo sutradara, Stephen St. Leger dan James Mather, kemudian mengisi kehampaan jalan cerita Lockout dengan menghadirkan deretan aksi dan komedi gelap yang cukup kuat serta dibalut dengan penampilan visual a la kisah-kisah science fiction yang tidak mengecewakan. Penampilan Guy Pearce mungkin adalah satu-satunya hal yang pantas meraih penilaian kuat dalam film ini. Selain itu, Lockout hadir layaknya sebuah film action sci-fi medioker namun jelas masih dapat mampu menghibur dengan baik.
Rating :