Sepuluh tahun seusai perilisan Men in Black II – yang mendapatkan kesuksesan komersial walaupun dihujani kritikan tajam dari banyak kritikus film dunia – sutradara Barry Sonnenfeld akhirnya merilis bagian ketiga dari franchise Men in Black. Masih dibintangi oleh duo Will Smith dan Tommy Lee Jones, proses produksi Men in Black 3 sendiri telah berjalan cukup lama, dengan hambatan kebanyakan datang dari sisi penulisan naskah yang terus menerus mengalami perbaikan. Pun begitu, usaha perbaikan naskah yang secara intensif terus dilakukan tersebut sepertinya jelas terlihat dalam penceritaan Men in Black 3. Lebih bernuansa serius jika dibandingkan dengan dua seri sebelumnya, Men in Black 3 mampu menghadirkan tata cerita yang lebih terjaga dengan karakterisasi yang lebih mendalam.
Dalam Men In Black 3, Agent K (Tommy Lee Jones) dan Agent J (Will Smith) harus menangkap seorang antar galaksi, Boris the Animal (Jermaine Clement), yang baru saja berhasil melarikan diri dari penjaranya di Bulan. Boris the Animal sendiri menyimpan dendam yang membara kepada Agent K. Kembali pada tahun 1969, Agent K adalah orang yang berhasil menangkap Boris the Animal setelah dirinya melakukan beberapa pembunuhan. Namun, dendam terbesar Boris the Animal muncul karena dalam penangkapan tersebut, Agent K telah memutuskan lengannya. Untuk melakukan balas dendam, Boris the Animal lalu melakukan sebuah perjalanan waktu kembali ke tahun 1969 dan melenyapkan Agent K.
Perbuatan Boris the Animal pada tahun 1969 tentu saja memberikan pengaruh yang besar pada kehidupan di masa sekarang. Agent K kini hanya diingat sebagai sosok yang telah meninggal dunia empat puluh tahun lalu. Bumi juga sedang berada dalam ancaman Boris the Animal yang siap untuk mengambil alih kekuasaan di atas permukaan Bumi. Tentu saja, kini bergantung pada Agent J untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan petunjuk dari Agent O (Emma Thompson), Agent J melakukan perjalanan waktu menuju tahun 1969 untuk menemui Agent K muda (Josh Brolin) dan memberikannya petunjuk mengenai marabahaya yang sedang mengancam dirinya.
Ternyata, dengan plot cerita mengenai perjalanan waktu – yang tersusun rapi walaupun sama sekali jauh dari kesan spektakuler – cukup membantu memberikan nafas segar bagi franchise Men in Black – yang seri keduanya dianggap sebagai sebuah kegagalan besar jika dibandingkan dengan seri pertamanya. Kunci kesuksesan penceritaan Men in Black 3 adalah kini film tersebut tidak lagi berusaha keras untuk menyamai kesuksesan film awalnya – yang dirilis pada lima belas tahun yang lalu, sukses meraih pujian dari banyak kritikus film dunia sekaligus mampu mendapatkan keuntungan komersial yang sangat mengagumkan. Men in Black 3 masih memegang pakem tema ceritanya sebagai sebuah film komedi tentang agen rahasia yang mengurusi masalah makhluk asing dari luar Bumi namun kini bercerita dengan santai dan tidak terlalu ambisius, seperti yang dilakukan oleh Men in Black II (2002).
Faktor keunggulan Men in Black 3 jelas masih jauh untuk mampu menyaingi film pertama dari franchise ini. Beberapa bagian penceritaannya masih terkesan datar dengan humor yang gagal terkesekusi dengan baik serta beberapa karakter yang gagal untuk mendapatkan penggalian yang berarti. Pun begitu, Men in Black mampu lebih menguatkan sektor penceritaan dramanya yang harus diakui berhasil tampil cukup kuat di sepanjang film. Daya tarik utama dari franchise ini, penampilan apik Will Smith, juga masih hadir di seri ketiga ini. Seperti dua seri sebelumnya, karakter Agent J masih digambarkan sebagai sosok agen rahasia yang banyak bicara, dan Smith sepertinya telah begitu menjiwai karakter tersebut. Tommy Lee Jones sendiri hadir dalam kapasitas cerita yang terbatas – walau dalam penampilannya ia tetap mampu berhasil menghadirkan penampilan akting terbaiknya.
Namun, pencuri perhatian utama dalam Men in Black 3 jelas adalah penampilan Josh Brolin yang berperan sebagai Agent K muda. Kharisma Brolin terasa begitu kuat dalam setiap penampilannya, sehingga mampu memberikan sebuah pandangan segar akan citra Agent K yang telah terasa bergerak lamban dan datar dari dua seri sebelumnya. Aktris watak Emma Thompson juga kembali membuktikan bahwa keahliannya dalam berpenampilan komedi masih sangat dapat diandalkan. Yang terakhir ada Michael Stuhlbarg dan Jermaine Clement yang masing-masing berhasil memberikan warna tersendiri dalam penceritaan Men in Black 3 lewat penampilan dari karakter yang mereka perankan.
Lewat naskah yang ditulis oleh Etan Cohen, Barry Sonnenfeld ternyata masih mampu membuktikan bahwa sepuluh tahun setelah perilisan seri keduanya, franchise Men in Black masih cukup layak untuk kembali dihidupkan. Dengan nada penceritaan yang lebih serius jika dibandingkan dua seri terdahulu, serta beberapa bagian yang benar-benar mampu untuk menyentuh hati para penontonnya, Men in Black 3 sebenarnya bukanlah sebuah karya yang spektakuler. Beberapa bagian film ini masih terasa datar dan mereka yang menginginkan hiburan seperti yang dahulu mereka dapatkan dalam dua seri pendahulu Men in Black juga sepertinya akan sedikit merasa kecewa. Pun begitu, lewat tampilan visual yang kuat sekaligus penampilan para jajaran pemerannya yang begitu mampu menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan, Men in Black 3 berhasil tampil menghibur dan cukup mengesankan.
Rating :