Exorcismus, atau yang di beberapa negara lain dirilis dengan judul The Possession of Emma Evans, mengisahkan mengenai kehidupan Emma Evans (Sophie Vavasseur), seorang remaja perempuan berusia 15 tahun yang oleh kedua orangtuanya, Lucy (Jo-Ann Stockham) dan John (Richard Felix), dipaksa untuk menjalani pendidikannya di rumah, terlepas dari keinginan besar Emma agar ia dapat bersekolah di sekolah umum layaknya banyak remaja lainnya. Depresi, Emma akhirnya tumbuh menjadi seorang remaja bermasalah dengan jiwa pemberontak dan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kungkungan keluarganya.
Kepribadian Emma yang bermasalah tersebut membuat kedua orangtuanya kemudian mengirimkannya ke seorang psikiater. Namun, seperti yang dapat diduga oleh penonton, penyakit Emma tidak datang dari fisik maupun mentalnya. Setelah tanpa disadari Emma berusaha menenggelamkan adiknya, Mark (Lazzaro Oertli), serta membuat dua teman dekatnya, Alex (Tommy Bastow) dan Rose (Isamaya French), memusuhi dirinya, Emma akhirnya tersadar bahwa ada yang salah dengan dirinya. Ia lalu mendatangi pamannya yang juga seorang pendeta, Christopher (Stephen Billington), dan memintanya untuk melakukan pengusiran terhadap setan yang berada di dalam dirinya.
Berapa banyak film yang bertema mengenai proses pengusiran setan yang telah Anda tonton di sepanjang hidup Anda? Kepopuleran The Exorcist (1973) karya William Friedkin yang tidak hanya berhasil memperoleh kesuksesan komersial luar biasa namun juga mampu meraih sepuluh nominasi di ajang The 46th Annual Academy Awards – termasuk menjadi film horor pertama yang berhasil meraih nominasi Best Picture, memang menjadi formula horor standar yang kemudian berulangkali dicoba oleh Hollywood untuk ditiru kesuksesannya. Banyak yang mencoba, dengan hasil akhir yang terdiri dari film-film horor berkualitas baik hingga yang sama sekali tidak tertata dengan baik, namun keunggulan The Exorcist sepertinya tidak akan dapat dilangkahi dalam jangka waktu yang dekat.
Kesalahan utama? Film-film bertema pengusiran setan seringkali terjebak dengan formula yang sama. Berulang-ulang. Sosok remaja bermasalah. Seorang pendeta yang bermasalah. Tubuh yang mampu melayang di udara. Rasa skeptis yang mencuat. Ketidakpercayaan pada keberadaan Tuhan. Sebuah jalinan kisah maupun obsesi personal yang terlibat dalam proses pengusiran setan dan sebagainya. Kisahnya menjadi mudah ditebak dan lama-kelamaan terasa melelahkan, khususnya ketika banyak pembuat film yang tidak lagi berusaha untuk memberikan sebuah sentuhan baru pada formula klasik tersebut.
Exorcismus, sayangnya, berada pada kelompok film bertemakan pengusiran setan dengan formula yang melelahkan tanpa adanya usaha dari sutradara dan penulis naskahnya untuk memberikan sebuah sajian yang menarik dalam film yang mereka hasilkan. Bahkan, beberapa momen yang hadir dalam film ini terasa begitu hampa, datar dan jauh dari kesan yang menarik. Penulis naskah, David Munoz, seringkali terlihat kebingungan untuk memberikan fokus kisah yang tepat pada naskah ceritanya. Akhirnya, Exorcismus terlihat seperti beberapa cerita yang digabung menjadi satu, namun dengan ketiadaan kesinambungan antara satu bagian cerita dengan yang lain.
Pun begitu, para jajaran pengisi departemen akting film ini mampu menghadirkan penampilan akting – setidaknya jika dilihat dari dangkalnya karakter yang harus mereka perankan dalam film ini. Sophie Vavasseur berperan dengan baik sebagai Emma Evans, seorang gadis yang hidup dengan berbagai problema pribadi di dalam kepalanya. Vavasseur juga berhasil menampilkan sisi misteriusnya ketika karakternya digambarkan sedang kerasukan. Begitu juga dengan Stephen Billington yang berperan sebagai seorang pendeta dengan masa lalu dan permasalahan pribadi yang kelam. Tidak ada yang spesial dari tata produksi Exorcismus, seluruhnya dihadirkan dengan kualitas yang seadanya.
Mengecewakan, jelas merupakan satu ekspresi yang dapat dirasakan usai menyaksikan Exorcismus. David Munoz sama sekali tidak memberikan sesuatu yang baru dalam penulisan naskah cerita film ini, begitu terpaku pada berbagai formula standar film-film sejenis. Kedangkalan naskah cerita itu yang kemudian membuat sutradara film ini, Manuel Carballo, hampir sama sekali tidak berbuat apa-apa untuk mendapatkan sebuah hasil akhir film yang memuaskan. Dangkal, datar dan sama sekali hadir tanpa momen yang layak membuat film ini sebagai sebuah film horor, Exorcismus adalah sebuah karya yang sangat mengecewakan.
Rating :