Review

Info
Studio : Skylar Pictures/GMA Films
Genre : Thriller, Drama
Director : Muhammad Yusuf
Producer : Sarjono Sutrisno
Starring : Gwen Zamora, Pierre Gruno, Marcelino Lefrandt, Agung Saga, Kimberly Ryder

Jumat, 27 April 2012 - 17:32:24 WIB
Flick Review : The Witness
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3055 kali


Sebagai seorang sutradara, nama Muhammad Yusuf mungkin masih belum familiar bagi banyak penonton film Indonesia. Muhammad Yusuf sendiri, yang juga pernah menjadi seorang aktor di tahun 1980an, memulai debut penyutradaraannya dengan kurang mengesankan. Film Jinx yang ia arahkan dan dirilis pada tahun 2010, gagal untuk mendapatkan perhatian publik, baik dari sisi kualitas maupun komersial. Kegagalan tersebut sepertinya menjadi pemicu bagi Muhammad Yusuf untuk menghasilkan Tebus (2011), yang walaupun masih hadir dengan beberapa kelemahan, namun mampu menunjukkan sebuah peningkatan kualitas yang berarti. Tebus sendiri kemudian berhasil memberikan sebuah nominasi Penulis Cerita Asli Terbaik bagi Muhammad Yusuf dan Sarjono Sutrisno serta nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik bagi Tio Pakusadewo di ajang Festival Film Indonesia tahun lalu.

Masih setia dengan jalur horor dan thriller, Muhammad Yusuf kembali hadir dengan film terbarunya, The Witness, yang merupakan hasil kolaborasi antara rumah produksi dari dua negara, Indonesia dan Filipina. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Beby Hasibuan (Surat Kecil Untuk Tuhan, 2010), The Witness mengisahkan mengenai Angel (Gwen Zamora), seorang pegawai hotel yang baru saja pindah dari Manila ke Jakarta untuk urusan pekerjaannya. Malang, Angel harus menghadapi sebuah kejadian tragis ketika di satu malam, ia dan anggota keluarganya menjadi korban pembantaian seorang pria yang tak dikenal. Angel sendiri selamat dari pembantaian tersebut, namun kenangan akan kejadian tragis tersebut terus menerus menghantui dirinya.

Angel kini berubah mejadi sosok yang penyendiri akibat mimpi dan bayang-bayang kejadian tragis yang terus menghampiri dirinya. Walau begitu, secara perlahan, Angel mencoba untuk menangkap pesan tersembunyi yang selama ini berada di balik mimpi-mimpinya. Bersama dengan Indra (Marcelino Lefrandt), seorang polisi yang sedang menyelidiki kasus pembantaian keluarganya, Angel kemudian menyusun kembali berbagai misteri mengenai siapa pelaku pembantaian tersebut dan mengapa keluarganya menjadi sasaran kejadian tragis tersebut. Penyelidikan Angel dan Indra sendiri bukan tanpa resiko. Sang pembunuh, yang masih bebas berkeliaran, juga sedang mencari cara untuk menghilangkan jejaknya dengan mencoba untuk melenyapkan nyawa Angel.

Secara kualitas produksi, The Witness harus diakui merupakan film terbaik yang pernah dihasilkan oleh Muhammad Yusuf. Kualitas produksi yang begitu memikat tersebut bahkan menjadi bagian penting bagi jalan penceritaan The Witness dalam menghasilkan begitu banyak kejutan sekaligus menjaga ritme ketegangan di sepanjang durasi film ini berjalan. Camerawork yang banyak tampil dengan pengambilan gambar yang berputar juga mampu diarahkan untuk menghasilkan deretan gambar yang tajam dan jauh dari kesan menjemukan. Begitu kuatnya tampilan produksi The Witness, keunggulan tersebut bahkan seringkali menjadi pengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh naskah cerita film ini.

Ya… The Witness memiliki susunan naskah cerita yang sebenarnya sangat dangkal sekali. Untungnya, Muhammad Yusuf memiliki teknik tersendiri dalam menutupi kelemahan tersebut, yakni dengan penggunaan adegan-adegan yang berdurasi panjang. Pada beberapa bagian, khususnya yang memiliki kandungan unsur ketegangan yang kuat, hal tersebut mampu ditampilkan dengan baik. Namun, ketika The Witness hadir sebagai sebuah drama romansa – unsur yang mendominasi bagian pertengahan kisah film ini – hal tersebut membuat film ini terasa bergerak terlalu lamban dan bertele-tele. Hal ini semakin diperparah dengan kurang menariknya konflik yang disajikan di bagian pertengahan tersebut. Hasilnya, setelah mengawali penceritaannya dengan unsur ketegangan yang kuat, The Witness kemudian terlihat berhenti untuk bergerak di bagian pertengahannya dengan kisah drama romansa yang sama sekali tidak menarik.

Departemen akting The Witness sendiri dipimpin oleh aktris cantik asal Filipina, Gwen Zamora. Dan Gwen mampu menampilkan kemampuan akting terbaiknya – atas sebuah karakter yang sebenarnya begitu dangkal pendalaman penokohannya. Seringkali, Gwen diharuskan menampilkan emosi depresi, ketakutan maupun menangis di sepanjang penceritaan The Witness. Walau Muhammad Yusuf sepertinya terlalu memaksa karakter yang diperankan Gwen untuk terlalu sering tampil menangis, penampilan Gwen harus diakui menjadi daya tarik utama bagi film ini. Para pemeran pendukung juga cukup mampu untuk mendukung kualitas penceritaan The Witness. Marcelino Lefrandt, Pierre Gruno, Kimberly Ryder, Agung Saga dan Febby Febiola tampil dalam kapasitas yang mumpuni.

Sayang sekali, entah mengapa Beby Hasibuan sepertinya merasa harus memasukkan unsur drama romansa dan perselingkuhan di dalam naskah cerita The Witness yang ia tulis. Padahal, unsur misteri dan ketegangan yang dijalin semenjak awal cerita sebenarnya telah mampu hadir dengan cukup memikat, khususnya dengan eksekusi Muhammad Yusuf yang begitu kuat. Jika unsur drama romansa yang hadir dengan tempo lamban dan konflik yang kurang menarik yang terletak di bagian pertengahan cerita The Witness, mungkin film ini akan mampu tampil lebih kuat. Pun begitu,The Witness sekali lagi berhasil menunjukkan bahwa Muhammad Yusuf adalah seorang sutradara yang mau berinovasi dan bergerak dari kesalahannya yang telah lalu.

 

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.