Review

Info
Studio : Lifelike Pictures
Genre : Thriller
Director : Joko Anwar
Producer : Sheila Timothy
Starring : Rio Dewanto, Hannah Al Rasyid Surya Saputra, Marsha Timothy, Izzati Amara Isman, Aridh Tritama, Sadh

Selasa, 24 April 2012 - 20:02:09 WIB
Flick Review : Modus Anomali
Review oleh : Titis Sapto Raharjo (@titisapto) - Dibaca: 3735 kali


Butuh waktu 3 (tiga) tahun untuk kembali memasuki isi kepala seorang Joko Anwar yang dihadirkan lewat medium film. Setelah kita semua, terutama saya mampu dibuat berdecak kagum sekaligus menyisakan banyak tanda tanya seusai menonton Pintu Terlarang pada awal 2009, seorang Joko kembali hadir melalui MODUS ANOMALI, film panjang keempat yang ia sutradarai sepanjang karirnya di perfilman nasional. Modus Anomali adalah film dengan genre thriller ketiga dari total empat filmnya, sebelum Pintu Terlarang (2009) ada Kala (2007). Sebelumnya di tahun 2005, Nicholas Saputra menjadi tukang pengantar roll film dalam Jani Joni yang membuka filmography Joko Anwar yang sebelum menjadi sutradara, menempuh karir menjadi seorang jurnalis surat kabar.

Modus Anomali adalah proyek kedua dari Sheila Timothy selaku produser dan Joko Anwar selaku sutradara dibawah rumah produksi Lifelike Pictures setelah sebelumnya mereka berkolaborasi lewat Pintu Terlarang. Sheila Timothy berujar bahwa budget produksi dari Modus Anomali bisa dikatakan lebih kecil dibanding Pintu Terlarang dengan hanya memakan 10 hari waktu syuting yang dilaksanakan di daerah Sentul, Bogor. Film yang berdurasi 88 menit ini pertama kali diputar pada festival SXSW di Austin, Texas – Amerika Serikat pada Maret 2012 setelah sebelumnya cerita film ini memenangkan Bucheon Award di ajang Network of Asian Fantastic Films (NAFF) yang merupakan bagian dari Puchon International Fantastic Film Festival di Korea Selatan pada 2011 lalu.

Banyak yang bertanya kepada saya sesuai menonton Modus Anomali:  “Apakah film ini berhubungan dengan Pintu Terlarang? Apakah Modus Anomali sekompleks Pintu Terlarang?” Jawaban saya: Bisa iya bisa tidak, tapi untuk urusan kompleks? Tidak! Modus Anomali adalah film yang sangat simple untuk sutradara sekelas Joko Anwar. Simple bukan berarti dangkal. Modus Anomali berhasil menghadirkan alur cerita yang sangat terstruktur rapi dari awal hingga akhir film, bahkan orang awam yang sebelumnya belum familiar dengan film-film yang pernah dibuat Joko akan sangat mudah mencerna cerita dalam Modus Anomali. Seorang laki-laki yang terjebak di sebuah hutan, tidak ingat dengan apapun yang ia alami sebelumnya, berusaha melarikan diri dan menyelamatkan keluarganya yang sedang terancam oleh pihak yang tidak diundang dan sengaja merusak liburan mereka ke hutan. Bahkan ketika ada satu keluarga lain yang mengalami hal serupa dengan laki-laki tersebut, penonton dibuat untuk geram sembari menerka-nerka apa sebenarnya motif utama dari sosok “pihak tidak diundang” melakukan semua itu. Teka-teki yang dihadirkan di Modus Anomali digarap Joko secara detail, dari pesan-pesan dalam berbagai bentuk, alarm jam yang bergeletakan di area hutan sampai video kamera yang sengaja ditinggalkan. Teka-teki dan puzzle yang jika dirangkai secara lengkap akan menghadirkan kejutan yang membuat kita speechless di akhir film.

Kesungguhan Joko Anwar menghidupkan suasana mencekam di hutan patut diacungkan jempol, dengan memaksimalkan kemampuan teknologi Dolby Digital, sound effect yang dihasilkan mampu membuat siapapun yang menontonnya merasakan ia berada di hutan itu. Diwujudkan oleh suara-suara yang menurut Joko dihasilkan oleh suara toilet, coffee machine dan segala benda lain dengan berhasil blend in ke scene-scene dalam Modus Anomali. Kualitas sound design yang menurut saya boleh dikatakan terbaik yang pernah dihasilkan oleh film nasional. Inilah alasan mengapa pengalaman menonton di bioskop tidak ada tandingannya dibanding hanya menonton di layar televisi. Kredit patut diberikan kepada Khikmawan Santosa sebagai penata suara dan juga trio Aghi Narottama, Bemby Gusti, Ramondo Gascaro sebagai penata musik. Selain kualitas suara yang luar biasa, kualitas cinematography dalam film ini juga menjadi keunggulan utama. Gunnar Nimpuno yang bertindak sebagai director of photograpy banyak mengambil angle-angle yang tidak biasa dan mampu membuat penonton seakan ikut berpetualang menelusuri hutan bersama Rio Dewanto. Gunnar mampu memaksimalkan kamera yang ia gunakan dengan gaya semi handheld dan terkadang shaky seperti layaknya kita yang berada di posisi Rio Dewanto sehingga sepanjang film seakan kita tidak bisa bernafas dengan ketegangan demi ketegangan yang terus dihadirkan.

Rio Dewanto yang didaulat menjadi pemeran utama berhasil menjalankan tugasnya dengan sangat maksimal mengingat 80% adegan dalam Modus Anomali dipenuhi olehnya. Akting one-man show Rio mampu membuat penonton merasakan apa yang ia alami sepanjang film. Fakta menarik dari Modus Anomali adalah pertemuan kembali Rio Dewanto dan Surya Saputra, jika pada Arisan 2 karya Nia Dinata, Rio dan Surya berperan sebagai sepasang kekasih, kali ini mereka akan kembali beradu akting dalam satu frame. Modus Anomali banyak menghadirkan wajah baru di belantika perfilman Indonesia, sebut saja Hannah Al Rashid, Izzati Amara Isman, Aridh Tritama, Sadha Triyudha dan Jose Gamo. Uniknya pemeran Modus Anomali lebih banyak ditemukan lewat ranah social media, dimana info audisi disebar lewat Twitter dan Facebook. Marsha Timothy yang mempunyai peran yang penting dalam Pintu Terlarang kembali terlibat dalam Modus Anomali walau perannya tidak sebesar di Pintu Terlarang. Satu-satunya kritik saya untuk Modus Anomali adalah penyampaian dialog bahasa Inggris dari para pemain yang seakan tidak tampak terlalu lancar dan masih berbau Indonesia. Untungnya semua itu bisa termaafkan dengan akting menawan dari seluruh cast.

Modus Anomali bisa dikatakan penyegar dari kekeringan film nasional bergenre thriller yang berkualitas di negeri ini. Walau menurut saya Modus Anomali bukanlah karya terbaik dari seorang Joko Anwar, wajib rasanya untuk menyambangi bioskop untuk menonton film ini lebih dari satu kali dengan sudut pandang yang berbeda karena akan ada banyak detail-detail yang tidak tersadar terlewat ketika menonton pertama kali. Tidak perlu harus mengenyeritkan kepala ataupun merangkai rangkaian detail-detail panjang untuk memecahkan teka-teki pada film ini. Datang ke bioskop dan masuki isi kepala dari dunia Joko Anwar yang dihadirkan lewat visual yang mengagumkan, kualitas suara yang luar biasa dan petualangan yang super mencekam. Dua jempol patut dialamatkan kepada duo Joko Anwar dan Sheila Timothy yang berani menghadirkan film dengan genre seperti ini di Indonesia.

Di akhir review, saya ingin mengutip pernyataan Riri Riza lewat akun Twitter-nya selesai menonton Modus Anomali: “Di dunia film Indonesia masih ada yang berani melawan arus dan memproduksinya dengan terampil, baik dan benar. MODUS ANOMALI oleh Joko Anwar dan Sheila Timothy”. Semoga setelah proyek ini, Joko dan Lala akan terus berkolaborasi menghadirkan banyak lagi sesuatu yang melawan arus dengan produksi sempurna layaknya Modus Anomali bagi kemajuan perfilman Indonesia.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.