Review

Info
Studio : Mitra Pictures/BIC Productions
Genre : Comedy
Director : Chiska Doppert
Producer : Firman Bintang
Starring : Teamlo, Eko DJ, Kiki Fatmala, Ezra Pingky, Farida Gaynullina

Selasa, 10 April 2012 - 13:45:59 WIB
Flick Review : Enak Sama Enak
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3840 kali


Setelah Bukan Pocong Biasa (2011) dan Love is Brondong (2012), produser Firman Bintang kembali bekerjasama dengan sutradara Chiska Doppert dalam Enak Sama Enak, sebuah film komedi dengan kualitas yang hampir dapat diprediksi hanya dengan menilai penampilan poster, jajaran pengisi departemen aktingnya dan… well… nama produser dan sutradara yang bertanggungjawab dalam memproduksi film ini. Dengan mengusung kelompok musik komedi Teamlo sebagai bintang utamanya, Enak Sama Enak sepertinya berusaha untuk membawa kembali penontonnya ke era kejayaan film-film komedi yang dibintangi Warkop DKI. Sayangnya, penggunaan formula komedi Warkop DKI yang tanpa diiringi dengan pengarahan yang tepat dan sentuhan penceritaan yang kuat membuat Enak Sama Enak sama sekali gagal untuk hadir menghibur penontonnya.

Cukup sulit untuk dipercaya, namun membutuhkan tiga orang – dua diantaranya, Aditya Sugandi dan Djaffar Lesmana, juga merupakan penulis naskah cerita Love is Brondong – untuk menuliskan naskah cerita Enak Sama Enak yang secara jelas merupakan “pengembangan” dari naskah cerita film komedi yang dibintangi Warkop DKI, Gengsi Dong (1980). Itupun masih belum berhasil membuat Enak Sama Enak mampu tampil superior jika dibandingkan dengan Gengsi Dong. Dalam Enak Sama Enak, tiga orang anak kost, Wawan (Wawan Teamlo), Kudil (Kudil Teamlo) dan Ade (Ade Teamlo), sedang kebingungan untuk membayar uang kost mereka kepada Tante Ros (Kiki Fatmala) yang telah mengancam akan segera mengusir ketiganya jika tidak segera membayar uang kost tersebut.

Permasalahan tidak berhenti disitu saja. Masih ada beberapa masalah lain yang harus dihadapi ketiganya. Kudil, yang semenjak lama telah meminta sang ayah (Eko DJ) untuk mengirimkan sebuah mobil kepadanya agar dapat membuktikan bahwa dirinya memang adalah seorang yang berasal dari keluarga berada, kini malah kehilangan mobil tersebut. Wawan dan Ade juga harus menghadapi problema romansa dengan kekasih masing-masing setelah mereka jatuh cinta lagi dengan seorang gadis yang sama. Tapi, yang menjadi permasalahan bersama, Wawan, Ade, Kudil, dan kelompok musik mereka, kini harus berjuang untuk membuktikan keberadaan dan prestasi musikal mereka.

Memang, harus diakui, naskah cerita Enak Sama Enak berpegang teguh pada konsep komedi yang telah diterapkan film-film komedi Warkop DKI yang popular itu – minus penampilan para bintang-bintang wanita dengan pakaian minim, sayangnya. Para anggota kelompok musik komedi Teamlo sebenarnya memiliki potensi yang cukup untuk mengeksekusi trik komedi yang diberikan pada mereka untuk berhasil memancing tawa para penontonnya. Ini terbukti dengan masih berhasilnya beberapa dialog dan adegan humoris yang ada di dalam jalan cerita Enak Sama Enak untuk tampil begitu menghibur. Komedi dan humor yang cheesy memang, tapi tetap saja tidak dapat disangkal berhasil menghibur.

Kelemahan utama Enak Sama Enak jelas berasal dari penulisan naskah film ini. Naskah cerita Enak Sama Enak terlihat begitu malas dalam berinovasi, mengandalkan jalan cerita yang ‘mengadaptasi’ sebuah jalan cerita lama namun tanpa memberikan berbagai sentuhan yang dapat membuat kisah lama tersebut terlihat baru dan lebih segar lagi. Enak Sama Enak juga seringkali terlihat sebagai potongan-potongan sketsa komedi yang digabungkan menjadi satu kesatuan jalan cerita. Makanya, jangan heran jika banyak karakterisasi yang terkesan dangkal dan lubang-lubang plot cerita yang terletak di berbagai bagian kisah.

Mungkin dengan menyebutkan bahwa kualitas Enak Sama Enak berada pada posisi yang seimbang dengan kebanyakan film-film yang diproduseri Firman Bintang atau yang disutradarai oleh Chiska Doppert adalah deskripsi yang cukup tepat untuk menggambarkan bagaimana penonton akan menghabiskan masa 80 menit dalam hidup mereka ketika memilih untuk menyaksikan film ini. Diisi dengan rangkaian komedi cheesy, dengan plot cerita yang sama sekali tidak mempedulikan hadirnya kedalaman karakterisasi pada tokoh-tokoh yang dihadirkan maupun kesinambungan dalam plot ceritanya, Enak Sama Enak setidaknya masih mampu memberikan beberapa momen humor kepada penontonnya lewat penampilan para anggota kelompok Teamlo. Meh… but it’s still a hell of a mess, though.

 

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.