Review

Info
Studio : Warner Bros. Pictures
Genre : Action, Adventure, Fantasy
Director : Jonathan Liebesman
Producer : Basil Iwanyk, Polly Cohen Johnsen
Starring : Sam Worthington, Rosamund Pike, Bill Nighy, Édgar Ramírez, Toby Kebbell

Selasa, 03 April 2012 - 19:47:34 WIB
Flick Review : Wrath of the Titans
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3401 kali


Dengan pendapatan lebih dari US$400 juta yang diperoleh Clash of the Titans (2010) selama masa rilisnya di seluruh dunia, adalah sangat mudah untuk memahami keputusan para produser film tersebut yang kemudian ingin melanjutkan kesuksesan tersebut dengan memproduksi sebuah sekuel – walaupun dari sisi kritikal, Clash of the Titans dapat digolongkan sebagai sebuah kegagalan dan hampir dapat dengan mudah dilupakan banyak orang keberadaannya. Mengangkat mengenai mitos dewa-dewa Yunani yang sebenarnya sangat menarik, Louis Leterrier sayangnya gagal untuk memberikan sebuah sentuhan yang menarik dalam penceritaannya. Posisi Leterrier sendiri di sekuel Clash of the Titans, Wrath of the Titans, kini digantikan oleh Jonathan Liebesman (World Invasion: Battle Los Angeles, 2011). Sayangnya, Liebesman sendiri sepertinya juga tidak dapat melakukan banyak hal untuk dapat meningkatkan kualitas penceritaan franchise ini.

Dalam Wrath of the Titans, yang jalan ceritanya berlangsung pada masa satu dekade setelah kejadian yang terjadi pada Clash of the Titans, Perseus (Sam Worthington) kini hidup sebagai seorang nelayan bersama anaknya, Helius (John Bell), setelah istrinya Io meninggal dunia. Suatu hari, Perseus dikunjungi oleh sang ayah, Zeus (Liam Neeson), yang meminta bantuan Perseus untuk kembali memimpin pasukan yang dapat mengamankan kekuasaan para dewa dari beberapa ancaman yang datang karena kekuatan mereka semakin melemah seiring dengan semakin banyaknya manusia yang berpaling dari dewanya. Perseus, yang tidak mau mengambil resiko bahwa dengan keikutsertaannya dalam berperang akan membuat anaknya harus tumbuh sendiri, kemudian menolak permintaan Zeus.

Ancaman itu sendiri kemudian menjadi nyata ketika Zeus dikhianati anak kandungnya, Ares (Edgar Ramirez), yang bekerjasama dengan saudara kandung Zeus, Hades (Ralph Fiennes), untuk merebut kekuatannya guna membangkitkan kembali kekuasaan ayah Zeus dan Hades, Kronos. Poseidon (Danny Huston), yang terluka parah akibat diserang Ares dan Hades, memberitahukan kabar tersebut kepada Perseus dan memintanya untuk menyelamatkan Zeus. Atas saran Poseidon, Perseus akhirnya pergi menemui Queen Andromeda (Rosamund Pike) dan anak Poseidon, Agenor (Toby Kebbell), yang dapat membantunya untuk menemui Hephaestus (Bill Nighy) yang kemudian dapat menunjukkan mereka jalan ke tempat dimana Ares dan Hades menyekap Zeus.

Penyegaran yang dilakukan di kursi sutradara dan departemen penulisan naskah nampaknya tidak begitu memberikan pengaruh berarti pada ritme penceritaan Wrath of the Titans. Masih sama seperti prekuelnya, Wrath of the Titans hadir dengan sederetan plot cerita yang begitu melelahkan, dialog-dialog yang terdengar menggelikan serta karakterisasi yang benar-benar dangkal. Begitu lemahnya penceritaan Wrath of the Titans, mungkin kebanyakan penonton akan merasa begitu penasaran dengan besarnya gaji yang diterima oleh Liam Neeson dan Ralph Fiennes sehingga mereka mau berakting di film yang berkualitas seburuk ini. Mereka yang mengharapkan untuk mendapatkan sebuah sajian aksi yang segar jika dibandingkan dengan Clash of the Titans jelas hanya akan mendapatkan sebuah kekecewaan.

Masalah terbesar lainnya datang dari aktor pemeran utama film ini, Sam Worthington. Ingat ketika masa-masa dimana Worthington dipilih untuk James Cameron untuk membintangi film Avatar (2009) yang kemudian menjadi film terlaris sepanjang masa tersebut? Waktu kemudian membuktikan bahwa Worthington gagal untuk memanfaatkan kesempatan besar tersebut untuk menunjukkan kapabilitas akting yang sebenarnya ia miliki. Benar, Worthington sebenarnya memiliki kemampuan akting. Namun, ia sepertinya terus menerus untuk memilih film-film seperti Avatar atau Clash of the Titans yang murni hanya mampu mengeksplorasi kemampuannya sebagai seorang bintang aksi dengan memanfaatkan kelebihan teknologi efek visual untuk menyembunyikan kemampuan aktingnya yang tampil begitu minimal. Dalam Wrath of the Titans, pudarnya kharisma bintang Worthington semakin membuat film ini kehilangan daya tarik terbesarnya. Jika pada Clash of the Titans kehadiran Worthington mampu memberikan poin tersendiri, maka kehadiran Worthington pada sekuel film tersebut kini hanya sebagai seorang pelengkap jajaran departemen akting belaka.

Tidak ada masalah berarti dari departemen akting. Worthington, Neeson, Fiennes, Rosamund Pike, Edgar Ramirez, Toby Kebbell hingga Bill Nighy mampu memberikan penampilan akting mereka yang mumpuni. Namun, keunggulan utama sebenarnya dari Wrath of the Titans adalah perbaikan yang terjadi di departemen visual efek. Walau tetap menggunakan teknologi tiga dimensi kelas dua – alias hasil konversi, penampilan efek tiga dimensi Wrath of the Titans mampu tampil lebih baik daripada film pendahulunya. Pemanfaatan kehadiran efek tiga dimensi itu sendiri juga terasa semakin maksimal ketika Jonathan Liebesman mampu memanfaatkannya pada banyak adegan yang memang ditujukan untuk mengeksplorasi teknologi visual tersebut.

Wrath of the Titans jelas adalah sebuah produk yang murni hadir karena film pendahulunya berhasil meraih kesuksesan komersial yang cukup besar. Sayangnya, Wrath of the Titans tidaklah mampu memperbaiki segala kekurangan dari sisi penceritaan yang pernah membuat Clash of the Titans tampil begitu menjemukan tersebut. Wrath of the Titans masih tampil dengan jalan cerita yang jauh dari kata memuaskan, cenderung datar, dengan dialog-dialog yang  masih tampil dengan jalan cerita yang jauh dari kata memuaskan, konflik cenderung datar, dengan dialog-dialog yang cheesy serta karakterisasi yang dangkal. Entah bagaimana nasib film ini jika Jonathan Liebesman juga gagal dalam memberikan perbaikan dari sisi penampilan visualnya. Wrath of the Titans masih mampu tampil cukup menghibur. Namun jelas tidak akan menghentikan banyak orang untuk berpendapat bahwa franchise ini seharusnya tidak pernah diteruskan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.