Dalam dunia keuangan, khususnya pada bursa saham, margin call adalah sebuah bentuk peringatan yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan pialang atau otoritas bursa apabila suatu marjin atau jumlah jaminan yang wajib diletakkan oleh seorang investor berada pada titik minimum jumlah marjin yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdengar membingungkan? Namun istilah margin call, dan berbagai istilah dunia keuangan lainnya, akan menjadi menu utama yang akan penonton hadapi ketika mereka memilih untuk menyaksikan Margin Call, sebuah film yang menjadi debut penyutradaraan layar lebar bagi sutradara asal Amerika Serikat, J.C. Chandor. Ketakutan jika film ini akan mengalienasi Anda yang sama sekali tidak familiar dengan istilah dunia saham dan keuangan? Tidak perlu. Chandor memastikan bahwa filmnya hadir dengan bahasa keuangan yang sesederhana mungkin dan dengan dukungan naskah cerita yang mampu dieksekusi dengan begitu rapi akan mampu dinikmati oleh kalangan luas.
Margin Call sendiri dapat digambarkan sebagai sebuah versi drama dan jauh lebih sederhana dari Inside Job (2010), sebuah dokumenter pemenang Academy Awards yang membahas secara detil mengenai penyebab kejatuhan ekonomi Amerika Serikat ketika negara adidaya tersebut sedang ditimpa krisis ekonomi. Daripada mengajak penontonnya untuk menelusuri rumitnya penyebab krisis ekonomi di dalam sebuah negara, J.C. Chandor mengalihkan perhatiannya ke dalam skala yang lebih kecil, namun tetap dengan akurat tetap mampu menjadikannya sebagai sebuah metafora bagi bobroknya kondisi keuangan dan ekonomi sebuah negara – dalam hal ini adalah negara Amerika Serikat.
Dalam sebuah proses pemutusan hubungan kerja besar-besaran yang dilakukan oleh sebuah bank investasi, Eric Dale (Stanley Tucci) yang bekerja sebagai pemimpin divisi penganalisa resiko terkena imbasnya. Sebelum ia meninggalkan perusahaan tersebut, Eric sempat memberikan sebuah data kepada bawahannya, Peter Sullivan (Zachary Quinto), yang berisi tentang analisisnya yang belum selesai tentang resiko keuangan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan. Penasaran dengan data tersebut, Peter akhirnya bekerja lembur untuk menyelesaikan seluruh perhitungan dan menemukan sebuah fakta kelam bahwa perusahaan tempat ia bekerja sedang berjalan ke arah kebangkrutan.
Dalam kepanikan, Peter kemudian menghubungi koleganya, Seth Bregman (Penn Badgley), dan kepala divisi perdagangan saham, Will Emerson (Paul Bettany), agar mereka melihat hasil perhitungan yang ia hasilkan. Jelas kepanikan yang dirasakan oleh Peter kemudian turut serta dirasakan oleh Seth dan Will. Will kemudian menghubungi pimpinannya, Sam Rogers (Kevin Spacey), untuk turut membaca hasil perhitungan tersebut sekaligus mengambil keputusan mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan. Secara perlahan, kepanikan mulai menjalar ke seluruh jajaran pimpinan bank investasi tersebut. Dipimpin oleh pimpinan umum mereka, John Tudd (Jeremy Irons), seluruh jajaran direksi dan pemegang saham kemudian dipanggil untuk melaksanakan rapat guna menghasilkan keputusan yang jelas akan menentukan nasib perusahaan tersebut di masa yang akan datang.
Dalam 109 menit dari durasi Margin Call berjalan, J.C. Chandor berusaha untuk menggambarkan masa 36 jam yang terjadi pada setiap orang yang terlibat dalam kelangsungan penentuan masa depan sebuah perusahaan. Dan Chandor sepertinya memastikan bahwa tidak ada satupun dari 109 menit yang ia hadirkan terbuang dengan percuma. Diisi dengan plot cerita yang tersusun dengan rapi untuk kemudian dieksekusi dengan intensitas penceritaan yang benar-benar terjaga dengan baik, bahkan mereka yang sama sekali buta dengan dunia keuangan dan bursa saham akan dapat merasa terhubung dengan jalan cerita Margin Call. Kunci kesuksesan Chandor jelas berada pada pengkerucutan masalah yang hanya berfokus pada satu masalah saja di sepanjang penceritaan Margin Call. Beberapa cabang cerita memang muncul diantaranya – yang kebanyakan bercerita mengenai apa pengaruh krisis yang dialami perusahaan terhadap masing-masing karakter yang hadir di dalam jalan cerita – namun cabang-cabang cerita tersebut secara cerdas dihadirkan hanya dalam porsi penceritaan yang singkat namun terasa padat dan begitu efektif.
Kunci kesuksesan lain adalah keberhasilan Chandor dalam memilih talenta-talenta yang tepat untuk mengisi departemen akting Margin Call. Chandor mengenal dengan baik setiap karakter yang hadir dalam jalan ceritanya untuk kemudian menempatkan satu talenta yang tepat untuk menghidupkan karakter tersebut. Hasilnya, setiap pemeran terlihat mampu menampilkan penampilan akting mereka. Penonton akan disajikan penampilan terbaik Kevin Spacey, Jeremy Irons dan Demi Moore dalam beberapa tahun terakhir, pemantapan posisi Stanley Tucci sebagai salah satu aktor terbaik yang dimiliki Hollywood saat ini serta penampilan yang mungkin merupakan penampilan terbaik yang pernah diberikan Simon Baker, Zachary Quinto dan Penn Badgley dalam karir akting mereka di layar lebar. Talenta-talenta ini saling mengisi satu sama lain, membentuk sebuah chemistry yang sangat erat dan meyakinkan.
Selain merupakan sebuah bukti bahwa J.C. Chandor telah menghasilkan karya yang begitu cerdas dalam debut penyutradaraannya, Margin Call juga sukses untuk membuktikan bahwa sebuah film yang murni memfokuskan jalan ceritanya pada satu bidang yang mungkin kurang begitu dikenal banyak orang mampu memiliki daya tarik untuk kalangan yang lebih luas. Menggunakan istilah-istilah yang sederhana dalam pendekatan jalan ceritanya, Chandor juga menyajikan kisahnya dengan tempo dan intensitas yang benar-benar terjaga di setiap perjalanan durasi film ini. Ditambah dengan penampilan jajaran pengisi departemen akting yang benar-benar mengagumkan, Margin Call adalah salah satu film – yang walaupun tetap memerlukan tingkat kesabaran tersendiri – akan mampu memikat penonton dengan kecerdasannya.
Rating :