Review

Info
Studio : CBS Films
Genre : Drama, Horror, Thriller
Director : James Watkins
Producer : Richard Jackson, Simon Oakes, Brian Oliver
Starring : Daniel Radcliffe, CiarĂ¡n Hinds, Janet McTeer, Sophie Stuckey, Misha Handley

Sabtu, 24 Maret 2012 - 20:48:41 WIB
Flick Review : The Woman in Black
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3256 kali


The Woman in Black jelas bukanlah film pertama Daniel Radcliffe yang ia bintangi di luar franchise Harry Potter (2001 – 2011). Namun, The Woman in Black memberikan sebuah kesan tersendiri mengingat film ini merupakan film pertama yang dibintangi Radcliffe seusai membintangi franchise yang hingga saat ini telah menghasilkan keuntungan komersial sebanyak lebih dari US$7 triliun dari perilisannya di seluruh dunia dan, yang lebih membuat film ini diperhatikan lebih luas lagi, bahwa Radcliffe justru memilih sebuah film horor untuk membuktikan eksistensi aktingnya selepas era Harry Potter. The Woman in Black memang bukanlah sebuah presentasi horor yang istimewa. Namun penampilan Radcliffe jelas membuktikan bahwa dirinya siap untuk keluar dari bayang-bayang besar karakter Harry Potter yang telah membesarkan namanya.

The Woman in Black sendiri bukanlah sebuah materi baru dalam dunia pertunjukan. Diangkat dari novel fiksi bernuansa horor berjudul sama yang ditulis oleh Susan Hill dan dirilis pada tahun 1983, The Woman in Black kemudian diangkat menjadi sebuah pertunjukan drama panggung yang sukses digelar semenjak tahun 1987. The Woman in Black juga sempat diadaptasi dalam bentuk film televisi berjudul sama pada tahun 1989, namun versi film yang diarahkan oleh James Watkins (Eden Lake, 2008) ini sendiri merupakan sebuah adaptasi yang jalan ceritanya sama sekali tidak terikat akan versi drama panggung maupun versi film televisi The Woman in Black yang telah dirilis sebelumnya.

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Jane Goldman (X-Men: First Class, 2011), The Woman in Black berlatar belakang kisah di tahun 1900-an dan bercerita mengenai seorang pengacara muda bernama Arthur Kipps (Radcliffe) yang ditugaskan untuk berangkat ke sebuah kota kecil bernama Crythin Gifford dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang menyangkut harta kepemilikan dari Eel Marsh House yang pemiliknya baru saja meninggal dunia. Berbicara mengenai kematian, Arthur sendiri telah dihantui oleh kematian sang istri usai melahirkan anak pertama mereka. Meninggalnya sang istri tersebut telah membuat sosok Arthur menjadi lebih tertutup kepada banyak orang, termasuk kepada puteranya sendiri.

Berkeinginan untuk segera menyelesaikan tugasnya – yang dengan terpaksa ia lakukan karena tuntutan ekonomi dan ancaman bahwa dirinya akan dipecat jika gagal dalam pelaksanaan tugasnya, Arthur kemudian menemui berbagai keanehan di Crythin Gifford. Tidak hanya karena penduduk di desa tersebut yang sepertinya menolak kehadiran dirinya, Arthur juga kemudian mengalami berbagai hal aneh yang sepertinya tidak dapat diterima oleh akal sehat. Secara perlahan, Arthur mulai menelusuri berbagai misteri mengenai desa Crythin Gifford, tragedi yang menimpa pemilik Eel Marsh House sekaligus berusaha menghindari sebuah kutukan yang mungkin saja akan mengambil nyawa puteranya.

Sayangnya, The Woman in Black adalah sebuah film horor yang lebih banyak memanfaatkan cara-cara tradisional dalam penyampaian kisahnya – baik dalam pengisahan dramanya maupun dalam usaha untuk menakuti para penontonnya. Semenjak awal film, James Watkins telah menerapkan atmosfer kelam yang membantu untuk membangun suasana horor dari jalan cerita yang ingin ia sampaikan. Atmosfer kelam tersebut – yang dibentuk dari kelamnya pewarnaan visual serta didukung oleh tata musik arahan Marco Beltrami – sedikit banyak berhasil memberikan eksekusi pada momen-momen horor The Woman in Black. Seperti halnya Insidious (2011) atau Paranormal Activity 3 (2011), The Woman in Black juga mengandalkan adegan-adegan bernuansa jump scare dengan menampilkan kejutan baik secara audio maupun secara visual. Tidak mengecewakan, namun setelah beberapa saat, momen-momen tersebut kemudian berjalan datar dan tidak mampu bekerja dengan baik.

Keunggulan terkuat dari The Woman in Black jelas berada pada penampilan deretan pengisi departemen aktingnya. Walaupun sedikit sulit untuk membayangkan Daniel Radcliffe untuk memerankan karakter sebagai sosok seorang ayah, namun Radcliffe ternyata mampu mengatasi rintangan tersebut dengan kemampuan aktingnya yang alami dan membuat karakternya lebih mudah untuk dipercaya. Penampilan para aktor dan aktris pendukung lainnya juga semakin membuat The Woman in Black terlihat lebih berkelas, khususnya dukungan akting dari Ciarán Hinds dan Janet McTeer yang hadir dalam porsi peran yang lebih besar jika dibandingkan dengan deretan pemeran pendukung lainnya.

Selain dari penampilan dramatis para jajaran pengisi departemen aktingnya, sama sekali tidak ada yang spesial dari penceritaan The Woman in Black. Seperti halnya banyak film horor bernuansa supernatural, The Woman in Black berusaha menghadirkan daya tariknya melalui deretan kejutan-kejutan yang hadir melalui tampilan visual dan tata musiknya. Metode kejutan jump scare tersebut harus diakui cukup berhasil pada beberapa bagian. Namun, dengan lemahnya pendalaman penceritaan The Woman in Black, dan monotonnya cara penyajian kejutan tersebut, kejutan-kejutan tersebut lama-kelamaan terasa datar dan kehilangan sisi kejutannya. Sebuah sajian yang meyakinkan, namun tidak akan memberikan kesan yang begitu mendalam.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.