Review

Info
Studio : Maxima Pictures/Unlimited Production
Genre : Drama, Romance
Director : Chiska Doppert
Producer : Ody Mulya Hidayat
Starring : Stefan William, Shalvynne, Karina Meita Permatasari

Sabtu, 11 Februari 2012 - 21:33:16 WIB
Flick Review : Bila
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2584 kali


Terlepas dari poster filmnya yang harus diakui benar-benar mampu menghantarkan kesan romantisme yang kuat kepada para penonton film ini, jalan cerita yang ditawarkan oleh Bila sama sekali tidak mampu untuk memperkuat kesan tersebut. Bercerita tentang kisah cinta segitiga antara tiga karakter utamanya, dengan memanfaatkan momen tren kisah romansa di balik sebuah kematian yang saat ini sedang begitu dieksploitasi banyak pembuat film Indonesia, Bila adalah rangkaian kisah percintaan remaja yang cheesy, yang mengharapkan para penontonnya untuk dapat merasa tersentuh dengan deretan dialog-dialog yang berkeinginan untuk menjadi romantis – sayangnya gagal – serta karakter-karakter yang sepertinya lebih mudah untuk dibenci daripada disukai akibat dangkalnya karakterisasi yang diberikan pada mereka.

Dengan naskah yang ditulis oleh Cassandra Massardi, yang memberikan penonton Indonesia naskah cerita dari film-film seperti Kabayan Jadi Milyuner (2010), Get Married 3 (2011) dan Purple Love (2011), Bila berkisah mengenai dua sahabat, Bila (Shalvynne) dan Shosana (Karina Meita Permatasari), yang jatuh hati pada seorang pria yang sama, Dani (Aktor Terfavorit 2011). Walaupun awalnya telah sama-sama berjanji bahwa mereka tetap akan menempatkan persahabatan mereka diatas persaingan untuk memperebutkan cinta Dani, tetap saja hubungan Bila dan Shosana akhirnya semakin menjauh seiring dengan Dani yang sepertinya lebih memilih untuk bersanding dengan Bila.

Sayangnya, di tengah-tengah menghangatnya hubungan cinta antara Bila dan Dani, hubungan tersebut kemudian mendapatkan tentangan dari ibu Bila. Kejadian ini ternyata membuat Dani begitu patah hati dan kemudian memutuskan untuk melanjutkan kehidupannya dengan bersekolah di Australia. Beberapa tahun berlalu, walaupun masih memendam rasa cinta yang mendalam terhadap Dani, Bila sama sekali tidak pernah berhubungan lagi dengan pria tersebut. Takdir kemudian mempertemukan mereka kembali dalam sebuah acara reuni sekolah. Sayang, kini Dani telah menjadi milik orang lain. Milik seorang wanita yang sekaligus telah menjadi tunangan Dani dan siap untuk menikahinya dalam waktu dekat.

Bila jelas bukanlah sebuah film dengan sajian penceritaan yang mampu menghadirkan sesuatu yang baru dan bermakna bagi penontonnya. Film ini murni ditujukan bagi mereka para penggemar kisah-kisah drama percintaan remaja, yang mendayu-dayu dan dibumbui dengan dialog-dialog romantis khas para remaja. Cassandra Massardi sepertinya tahu benar akan hal tersebut, yang kemudian membuatnya seperti mencampurkan seluruh formula standar yang dapat penonton temukan dalam sebuah film drama percintaan remaja ke dalam jalan cerita Bila. Dua karakter yang saling mencintai. Sebuah halangan yang datang dalam cinta mereka. Seorang sahabat yang cemburu akan hubungan mereka. Sebuah pengkhianatan yang kemudian memisahkan pasangan tersebut. Sebuah kecelakaan yang akan menguji cinta mereka. Semua plot cerita standar akan percintaan remaja hadir dalam Bila. Begitu klise dan sangat mudah ditebak.

Sebenarnya, penggunaan formula yang sama untuk menghasilkan sebuah jalan cerita yang dinamis jelas bukanlah sebuah kesalahan. Sayangnya, Chiska Doppert bukanlah seorang sutradara yang tepat untuk menghantarkan kisah-kisah romansa semacam Bila. Tentu, Chiska dapat mengumpulkan rangkaian gambar-gambar indah untuk setiap adegan filmnya yang mampu membuat penonton terbuai ketika menyaksikan Bila. Namun tidak dapat disangkal bahwa Chiska terlihat begitu kewalahan untuk menjaga kesinambungan rangkaian cerita yang hadir dalam Bila sekaligus menjaga ritme penceritaan agar mampu terhindar dari kesan membosankan.

Kelemahan lain juga datang dari jajaran pengisi departemen akting film ini. Tidak ada satupun diantara pemeran utama Bila yang mampu memberikan penampilan akting yang meyakinkan. Chemistry yang tercipta antara Shalvynne dan Aktor Terfavorit 2011 terasa begitu hampa akibat kakunya akting yang ditampilkan keduanya, khususnya penampilan akting dari Aktor Terfavorit 2011 yang sepertinya terlalu berusaha untuk menjaga penampilannya agar terlihat sebagai karakter yang cool, calm and collected. Shalvyne sendiri sempat menampilkan beberapa momen penampilan akting yang cukup baik, namun akibat dangkalnya karakter dan kisah yang harus ia jalani membuat penampilannya menjadi tenggelam.

Sama sekali tidak ada yang istimewa dalam Bila. Film ini jelas-jelas diproduksi dan dirilis untuk memanfaatkan momen Valentine’s Day dengan menggunakan berbagai formula standar kisah romansa remaja untuk dapat memikat hati penontonnya. Sayangnya, tujuan tersebut tidak didukung oleh naskah cerita yang kompeten — yang menampilkan jalan cerita dan deretan karakter yang dangkal, pengarahan yang mampu menjaga intensitas dan harmoni cerita yang tepat serta kemampuan akting para jajaran pemeran film ini yang jelas jauh dari kata mengesankan. Bila mungkin akan masih mampu bekerja pada mereka yang memang menggemari kisah-kisah drama penceritaan remaja nan cheesy. Namun, bagi kebanyakan orang, Bila sepertinya akan menjadi sebuah film yang akan terasa begitu membosankan bahkan ketika hanya ditayangkan sepanjang durasi 90 menit.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.