Akan sangat mudah untuk jatuh cinta kepada Midnight in Paris – sebuah film yang menandai kali pertama perjalanan sinema seorang Woody Allen di kota romantis tersebut. Semenjak pertama film ini dimulai, yang ditandai dengan sebuah adegan pembuka sepanjang tiga menit yang berisi banyak pemandangan indah kota Paris yang diiringi dengan musik jazz yang sangat menghipnotis, penonton telah dapat merasakan bahwa Midnight in Paris akan menjadi sebuah persembahan cinta Allen kepada kota terbesar di negara Perancis tersebut. Namun, Midnight in Paris tidak hanya melulu berkisah seputar kesuksesan Allen dalam menangkap esensi keindahan kota tersebut. Allen – yang dalam beberapa film terakhirnya gagal mempersembahkan sebuah presentasi cerita yang segar kepada para penggemarnya – kali ini berhasil memberikan jalan cerita yang begitu ringan namun begitu imaginatif serta, layaknya kota Paris, begitu indah dan romantis untuk disimak.
Midnight in Paris berkisah mengenai seorang penulis naskah cerita film sukses, Gil Pender (Owen Wilson), yang bersama tunangannya, Inez (Rachel McAdams), ikut serta dalam perjalanan bisnis orangtua Inez (Kurt Fuller dan Mimi Kennedy) ke kota Paris, Perancis, untuk berliburan. Gil sendiri saat ini sedang berusaha untuk keluar dari zona amannya sebagai seorang penulis naskah cerita film dan menantang dirinya sendiri untuk menulis sebuah novel. Sebuah usaha yang berjalan dengan tidak begitu lancar karena dirinya seringkali merasa kehabisan ide untuk tulisan ceritanya. Namun, keindahan kota Paris yang seringkali menghipnotis dan terasa begitu magis akan segera memberikan inspirasi bagi Gil dalam sebuah cara yang tidak akan pernah ia duga sebelumnya.
Ketika suatu malam Gil memutuskan tidak ikut serta berpesta bersama Inez dan dua sahabatnya, Paul (Michael Sheen) dan Carol Bates (Nina Arianda), dan memilih untuk mengelilingi kota Paris di malam hari, Gil mulai menemukan keanehan. Ia dijemput oleh sebuah mobil kuno yang akhirnya mempertemukan dirinya dengan pasangan penulis legendaris, Scott (Tom Hiddleston) dan Zelda Fitzgerald (Alison Pill). Lewat bantuan keduanya, Gil kemudian malah bertemu dengan banyak penulis serta artis dari masa lalu yang akhirnya kembali memberikan aliran ide segar bagi cerita yang ia tulis. Pun begitu, diantara semua wajah baru yang ia kenal, Gil secara perlahan mulai jatuh hati kepada Adriana (Marion Cotillard), wanita eksotis yang saat itu sedang menjalin hubungan dengan pelukis Pablo Picasso (Marcial Di Fonzo Bo). Gejolak asmara baru itu kemudian turut menghadirkan berbagai pertanyaan kepada Gil mengenai hubungan yang ia jalin saat ini bersama Inez.
Lewat ceritanya, Woody Allen jelas ingin menyampaikan pesan bahwa seseorang tidak seharusnya terus berpaku di masa lalu. Bahwa masa lalu adalah sebuah tempat dan waktu yang tepat untuk mempelajari dan memberikan sebuah inspirasi namun tidak seharusnya dijadikan sebuah panduan hidup di masa sekarang. Pesan tersebut jelas terbaca semenjak Midnight in Paris bergulir. Walaupun begitu, Allen menghadirkan pesan tersebut lewat jalan yang begitu imaginatif. Tidak hanya ia menghadirkan berbagai karakter legendaris dan membuat sebuah twist cerita yang sangat segar, Allen juga berhasil menghadirkan kisah tersebut dalam ritme menengah yang begitu manis untuk terus diikuti penontonnya.
Tidak tanpa masalah. Banyaknya karakter yang dihadirkan di dalam jalan cerita film ini akan membuat sebagian orang tersesat ke dalam jalinan cerita Midnight in Paris. Khususnya ketika Allen gagal untuk menggali kehadiran beberapa karakter dan terkesan hanya menampilkan karakter-karakter tersebut sebagai tempelan belaka. Penonton yang kurang mengenal beberapa referensi seni yang digunakan dalam rentetan dialog film ini juga kemungkinan besar akan mempersulit mereka dalam memahami apa yang ingin disampaikan Allen dalam ceritanya. Pun begitu, Midnight in Paris memang tidak harusnya dinikmati secara serius. Penonton harusnya mampu membiarkan diri mereka mengalir dalam imajinasi yang dijalani oleh karakter Gil Pender untuk kemudian dibawa pada berbagai keindahan sudut kota Paris dan segala intrik problemanya yang bernuansa romantis.
Dan Allen juga memilih barisan pengisi departemen akting yang sangat tepat untuk menghidupkan jalan cerita romantis dan penuh keindahan yang ia bawakan. Berada mengisi peran utama, Owen Wilson berhasil menghapus citranya sebagai seorang aktor yang hanya mampu berperan untuk peran-peran komikal dan menjelma menjadi satu sosok pria yang romantis – karakternya berjiwa sangat Paris dan mencintai berjalan-jalan di tengah hujan. Karakter-karakter pendukung diperankan oleh nama-nama seperti Rachel McAdams, Marion Cotillard, Adrien Brody, Kathy Bates, Carla Bruni hingga Michael Sheen yang walaupun tidak tampil menonjol namun tetap mampu melengkapi potongan-potongan karakter yang ada di dalam jalan cerita Midnight in Paris dan menjadikannya sebagai sebuah kesatuan cerita yang begitu hangat untuk dinikmati.
Harus diakui bahwa karya-karya Woody Allen seringkali berjalan tidak konsisten. Menghasilkan sebuah karya yang benar-benar berkualitas pada satu waktu untuk kemudian diikuti dengan beberapa karya yang cenderung datar pada beberapa waktu lainnya. Midnight in Paris untungnya adalah sebuah drama komedi romantis yang mampu tampil tepat di setiap nada penceritaannya maupun tata visual dan musiknya. Mampu memanfaatkan suasana romansa yang dihasilkan kota Paris dengan baik dan didukung oleh penampilan solid para pengisi departemen akting film ini, Midnight in Paris adalah sebuah karya yang dipastikan akan meninggalkan senyuman lebar di bibir setiap penontonnya seusai mereka menyaksikan film ini.
Rating :