Walau telah dikenal atas novelnya yang berjudul Gaby dan Lagunya yang kemudian sempat difilmkan pada tahun 2010, nama Agnes Danovar benar-benar menjadi pusat perhatian para penggemar film Indonesia setelah novelnya, Surat Kecil Untuk Tuhan, difilmkan dan kemudian meraih sukses luar biasa – dan hingga saat ini masih tercatat sebagai film Indonesia dengan raihan jumlah penonton terbesar sepanjang tahun 2011. Tidak mengherankan bila novel-novel karyanya yang lain, yang sebenarnya telah meraih sukses dan ribuan pembaca, kemudian dilirik oleh produser film untuk diterjemahkan ke dalam bentuk cerita audio visual. Setelah Ayah, Mengapa Aku Berbeda?, kini giliran My Blackberry Girlfriend yang diperkenalkan kepada para pecinta film Indonesia.
Berbeda dengan ketiga film sebelumnya, My Blackberry Girlfriend bukanlah sebuah film yang berpotensi untuk menjadi film yang akan menghanyutkan emosi para penontonnya, walau masih mengandung beberapa elemen adegan yang memang bermaksud untuk tampil menyentuh dan dramatis. My Blackberry Girlfriend lebih berusaha untuk menjadi sebuah jalan cerita yang ingin menggabungkan kisah drama percintaan dengan unsur-unsur komedi khas remaja yang mampu tampil menghibur. Sayangnya, di tangan penulis naskah Djaumil Aurora dan sutradara Findo Purnomo HW – yang sebelumnya sempat bekerjasama lewat Ayah, Mengapa Aku Berbeda? – deretan komedi dan drama tersebut menjadi datar dengan kebanyakan dari adegan-adegan film yang hadir berjalan terlalu absurd untuk dapat menjadi sebuah kenyataan.
Jalan ceritanya sendiri berjalan cukup sederhana. Martin (Fathir Muchtar) membeli sebuah Blackberry bekas yang akhirnya secara tidak sengaja justru mengenalkannya pada Angel (Luna Maya). Tertarik akan penampilan fisik Angel yang memikat, Martin setuju untuk bertemu dengan Angel di suatu tempat. Bukannya mendapat kesempatan untuk berkenalan secara baik-baik, Martin justru kena damprat Angel yang mengira Martin adalah pemilik lama dari Blackberry yang sekarang ia miliki dan merupakan sahabat dari pria yang telah menyakiti hatinya. Angel bahkan kemudian mengancam Martin untuk mengadukannya ke polisi dan menjebloskannya ke dalam penjara.
Takut akan ancaman Angel, Martin akhirnya rela menjadi seorang suruhan bagi Angel. Setiap hari, lewat Blackberry yang ia gunakan, Martin harus bersiap-siap untuk datang dan memenuhi segala kebutuhan Angel. Walaupun merasa muak dan kadang kesal dengan perintah-perintah Angel, Martin sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk menolak seluruh keinginan Angel. Secara perlahan, Martin mulai mengenal siapa Angel sebenarnya – seorang wanita yang dibalik segala kata-kata dan perbuatan kasarnya menyimpan sebuah luka kelam yang tersimpan begitu dalam di lubuk hatinya. Di momen itu pula, Martin akhirnya mulai merasa bahwa ia harus melindungi Angel setiap saat.
Klise? Jelas! Bahkan dengan durasi yang tergolong singkat – 83 menit – My Blackberry Girlfriend telah terasa berjalan begitu lama. 60 menit awal dari film ini bahkan dihabiskan hanya untuk memperlihatkan bagaimana karakter Martin merasa tersiksa oleh segala perintah Angel – yang ditandai dengan karakter Martin yang terlihat bergumam, meraung-raung dan berteriak-teriak tidak jelas di sepanjang durasi cerita. Jelas merupakan sebuah deretan cerita yang mengganggu dan sangat tidak dapat masuk akal. Alasan karakter Angel untuk menjebloskan karakter Martin ke dalam penjara jelas sangat terlihat mengada-ada. Pun begitu, karakter Martin dengan bodohnya mau saja percaya dengan segala ancaman karakter Angel. Dan ini terjadi terus berulang-ulang. Sebuah pembodohan dalam jalan cerita yang dikemas secara datar, jauh dari kesan lucu yang akhirnya berakhir dengan kesan mengesalkan.
Dan kemudian My Blackberry Girlfriend memasuki wilayah dramanya dengan jalan cerita mulai membuka masa lalu karakter Angel yang kelam… selama kira-kira 15 menit dan kemudian jalan cerita kembali berfokus untuk menghadirkan segala penyiksaan yang dilakukan karakter Angel kepada karakter Martin. Dan kemudian mereka menyadari bahwa mereka sebenarnya saling menyukai satu sama lain… namun salah satu pihak merasa terlalu takut untuk jatuh cinta. Phew. Terlalu mudah ditebak dan Findo Purnomo HW bahkan tidak melakukan usaha apapun untuk membuat jalan cerita yang klise tersebut agar dapat tampil setidaknya menarik dan masih layak untuk diikuti.
Kekuatan departemen akting sendiri berpaku pada Luna Maya dan Fathir Muchtar. Luna hadir dengan karakter sebagai sosok wanita cantik dengan sifat menyebalkan di sepanjang film. Kebalikannya, Fathir hadir sebagai karakter pria pengecut yang tidak pernah berani melawan penindasan yang dilakukan kepada dirinya. Keduanya tidak bermain dengan buruk, walaupun chemistry dan kemampuan akting yang ditampilkan keduanya hadir sederhana dan sama sekali tidak istimewa. Masih ada beberapa pemeran lain. Namun dengan peran yang sangat minim, hampir tidak ada kesempatan untuk menampilkan kemampuan akting yang lebih dalam jalan cerita film ini.
Secara keseluruhan, My Blackberry Girlfriend terlihat sebagai sebuah alasan buruk untuk membuat sebuah film. Jalan ceritanya yang sama sekali tidak mengesankan terlihat diseret terlalu lama hanya untuk memenuhi kuota durasi penayangan sebuah film bioskop. Konflik-konflik yang dihadirkan juga terlihat standar, sama sekali tidak menarik dan gagal untuk menghidupkan dua elemen yang sebenarnya berusaha dibawakan oleh jalan cerita film ini: drama percintaan dan komedi. Luna Maya dan Fathir Muchtar menjadi alasan tunggal mengapa film ini tidak lantas terbujur datar menjadi sebuah film yang benar-benar buruk. Payah!
Rating :