Rachel Weisz adalah salah satu aktris yang selalu dapat memberikan penampilan terbaik dalam setiap film yang ia bintangi. Sayangnya, setelah kemenangan Weisz di ajang Academy Awards untuk penampilannya dalam film The Constant Gardener (2005), Weisz sepertinya mengalami kesulitan untuk menemukan sebuah material cerita yang dapat mengingatkan banyak orang akan kemampuan mendalamnya dalam memerankan sebuah karakter. The Whistleblower, yang merupakan sebuah film yang menandai debut penyutradaraan dari Larysa Kondracki, kemungkinan akan kembali membuat nama Weisz kembali menjadi perbincangan hangat. Memerankan sesosok karakter yang diinspirasi dari sosok karakter nyata, Weisz berhasil tampil begitu efektif dalam film ini. Sayangnya, jalan cerita yang juga berdasarkan sebuah kisah nyata, ditampilkan dengan begitu minim eksplorasi oleh Kondracki yang menyebabkan The Whistleblower seringkali terasa mampu ditampilkan dengan baik namun gagal diceritakan secara tajam.
Didasarkan pada insiden terungkapnya kasus women trafficking yaang dilakukan oleh beberapa anggota penjaga keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa di Bosnia pada tahun 1999, Weisz berperan sebagai Kathryn Bolkovac, seorang polisi wanita yang kemudian menerima tawaran untuk menjadi salah satu anggota penjaga keamanan PBB di Bosnia pasca perang yang terjadi di wilayah tersebut. Kathryn sendiri menerima tawaran pekerjaan tersebut murni karena alasan ekonomi. Namun, setelah beberapa saat berada di wilayah tersebut, dan mulai menyadari bahwa terdapat beberapa kasus penjualan wanita di bawah umur yang sama sekali tidak mendapatkan perhatian luas, Kathryn mulai tergerak untuk membenahi masalah tersebut.
Secara perlahan, Kathryn mulai membuka berbagai lembaran hitam yang menyelubungi kasus women trafficking tersebut. Sebuah kejutan kemudian datang ketika Kathryn menyadari bahwa orang-orang yang berada di balik industri penjualan wanita di bawah umur yang selama ini ia selidiki adalah orang-orang yang berada di satu wilayah pekerjaan dengannya, orang-orang yang bekerja di bawah panduan bendera PBB. Berang mengetahui fakta tersebut, Kathryn bertekad untuk membuka kedok orang-orang yang seharusnya melindungi mereka yang telah dijadikan korban. Tidak mudah, tentu saja. Bekerja di bawah nama PBB untuk kemudian mengungkapkan borok busuk beberapa anggota yang juga bekerja di bawah nama yang sama, Kathryn mulai merasakan tekanan dari beberapa orang yang coba untuk menutup mulutnya.
Masalah terbesar dari The Whistleblower adalah film ini tidak dapat membedakan dirinya dari film-film lain yang jalan ceritanya didasarkan atas sebuah kisah nyata. Dalam kasus The Whistleblower, seorang wanita menemukan sebuah kebobrokan di sebuah lembaga besar nan terpercaya dan kemudian berusaha untuk membuat publik menyadari bahwa kebobrokan tersebut harus diungkap sekaligus dimusnahkan. Cukup sederhana jika dijabarkan dengan jalan tersebut dan sesederhana itu pula Larysa Kondracki menggambarkan film yang ia arahkan. Tidak ada kejutan berarti, terlepas dari beberapa kali keberhasilan Kondracki dalam menampilkan beberapa grafis kekerasan ekstrem yang mampu tampil mengejutkan dan meningkatkan intensitas cerita.
Pun begitu, The Whistleblower sama sekali bukanlah sebuah film yang dapat dipandang sebelah mata. Biarpun Anda dapat dengan mudah membaca setiap pergerakan dan adegan yang akan ditampilkan – meskipun Anda sama sekali belum pernah membaca kisah nyata dari karakter Kathryn Bolkovac – Anda harus mengakui bahwa Kondracki mampu menyusun jalan cerita filmnya dengan sangat baik. Hal ini kemudian membuat intensitas jalan cerita film demikian terjaga. Sedari awal konflik dimulai, intensitas secara perlahan kemudian meningkat yang diiringi dengan beberapa sentuhan misteri yang akan cukup mampu membuat penonton tetap merasa tertarik untuk mengikuti kisahnya.
Penampilan Rachel Weisz juga berada dalam performa teratasnya. Ketika karakter-karakter lain ditampilkan hampir terlihat hanya sebagai pelengkap cerita, karakter yang diperankan oleh Weisz tampil dalam penceritaan mendalam dan mampu dihidupkan Weisz dengan sangat sempurna. Beberapa momen emosional yang membutuhkan eksplorasi yang dalam juga berhasil dilalui Weisz dengan tanpa masalah. Selain Weisz, nama-nama seperti Vanessa Redgrave, David Strathairn dan Monica Bellucci juga hadir mengisi departemen akting The Whistleblower. Sayangnya, karakter yang mereka perankan disajikan dalam peran yang begitu terbatas yang membuat mereka tidak begitu mampu memberikan penampilan yang lebih mendalam lagi.
Yang harus diperhatikan adalah The Whistleblower merupakan sebuah film yang datang dari seorang sutradara debutan. Dan berdasarkan kriteria tersebut, The Whistleblower harus diakui telah mampu tampil dalam kualitas yang sangat berkelas. Larysa Kondracki mampu mengarahkan cerita yang ia bawakan untuk tampil dalam intensitas yang terjaga sekaligus mampu mengarahkan para jajaran pemeran filmnya untuk dapat memberikan permainan akting mereka. Kekurangan Kondracki untuk mengeluarkan jalan cerita ‘konvensional’ ke sebuah wilayah penceritaan yang lebih berwarna lagi yang membuat The Whistleblower akan sulit dibedakan dengan banyak film yang bertema sama lainnya. Pun begitu, The Whistleblower jauh dari kata mengecewakan.
Rating :