The Raid baru saja menjadi penutup festival yang makin menanjak namanya tiap tahun, iNAFFF11. Dan bisa dibilang, ini adalah film penutup terbaik iNAFFF selama tahun-tahun penyelenggaraannya.
Kembali duet Gareth Evans dan Iko Uwais menyajikan pencak silat Indonesia dalam adaptasinya ke pertarungan sesungguhnya. Plot utama film ini digariskan sederhana saja: serangan pasukan khusus ke markas para penjahat yang telah lama tidak bisa disentuh oleh hukum.
Plot ini membawa penggemar film action ke tingkat kepuasan yang lain: adegan-adegan yang biasanya menjadi klimaks sebuah film action, disajikan satu film penuh. Dengan susunan yang kreatif dan hati-hati, penulis sekaligus sutradara Gareth Evans berhasil menyusun tingkat lapisan cerita sehingga tidak menjadi anti-klimaks.
Sinopsis yang kita ketahui bersama, bahwa tim pasukan khusus yang terjebak di dalam gedung, benar-benar adalah garis total cerita film ini. Mengisi setiap sudut cerita dengan pertarunganlah yang dilakukan film ini. Beberapa plot twist yang dilemparkan di akhir film ini hanya menjadi sebuah belokan paksa untuk mengakhiri cerita.
Dalam hal karakter, Yayan Ruhian, berperan sebagai mad dog memberikan satu penampilan yang memukau. Mengingat badannya yang kecil ini, penampilannya di layar memberikan kesan kuat yang membuat penonton langsung tahu dia lah "monster" yang harus dihadapi tokoh utama kita terakhir.
Koreografi pertarungan yang disajikan juga menyimpan banyak kejutan-kejutan yang tidak biasa dalam film martial arts. Bisa dibilang Gareth Evans dengan tim koreografinya kali ini kembali berhasil menyajikan apa yang mereka lakukan di Merantau, menyusun pertarungan yang semakin menarik di akhir.
Menarik untuk disimak adalah bahwa film ini membawa versi silat yang lebih brutal dan mematikan. Menggunakan setiap gerakan untuk mematikan lawannya, dalam gerakan beruntun yang jarang kita lihat di film martial arts lainnya. Inilah yang membuat penonton harus menahan nafas karena setiap gerakan bisa saja menjadi gerakan terakhir dari pertarungan, karena setiap gerakan disini dirancang untuk menghabiskan lawannya.
The Raid (Serbuan Maut) memang memiliki intensitasnya sendiri, mulai dari pertempuran senjata api, senjata tajam hingga tangan kosong tetap memberikan ketegangan sendiri. Selama hampir 90 menit film ini terus menerus memacu adrenalin penontonnya, setiap adegan pertarungan selesai, dilanjutkan dengan pertempuran lain dengan tempo istirahat yang sangat cepat.
Satu kebanggaan adalah film ini telah dibeli Sony Pictures untuk dirilis di Amerika, setelah The Raid memberi kejutan dan perhatian dengan beberapa klip di Cannes Festival kemaren, dan screening pertama yang membuat mereka terpilih sebagai People Choice Award di Toronto Film Festival. Screen Gems bahkan kabarnya telah membeli hak remake film ini (yang saya harap tidak pernah di remake).
Kabar terakhir, film ini akan muncul di bioskop Januari 2012. Namun bila melihat momentum ini, The Raid mungkin harus mempertimbangkan merilis film ini lebih cepat. (bix)