Hampir satu dekade semenjak Johnny Depp menginjakkan kakinya di franchise Pirates of the Caribbean (2003 – 2011) dengan memerankan karakter Captain Jack Sparrow yang ikonik itu. Semenjak kesuksesan komersial empat seri franchise tersebut, harus diakui imej Depp secara perlahan berubah – dari seorang aktor watak yang gemar untuk berperan dalam film-film drama independen menjadi seorang sosok aktor dengan nama yang paling dapat dijual untuk menghasilkan keuntungan komersial sebuah film. Tidak salah memang jika seorang aktor lebih memilih untuk berperan dalam film-film blockbuster yang diproduksi murni untuk mengejar kesuksesan komersial belaka. Namun efek negatifnya, nama dan kemampuan aktng Depp secara perlahan mulai terlihat stagnan dan menjemukan, khususnya bagi kalangan kritikus film dunia.
The Rum Diary mungkin adalah sebuah usaha Depp untuk dapat bersentuhan kembali dengan jiwa independensinya. Dibuat berdasarkan sebuah novel berjudul sama karya jurnalis sekaligus novelis Amerika Serikat, Hunter S. Thompson, proses adaptasi novel The Rum Diary menuju sebuah film layar lebar sebenarnya telah dimulai semenjak tahun 2000. Namun berbagai rintangan yang terjadi membuat proses adaptasi novel yang telah dirilis semenjak tahun 1998 ini menjadi terbengkalai, hingga akhirnya Graham King membeli hak adaptasi novel The Rum Diary di tahun 2007 dan memulai kembali dari awal proses produksi film ini. Dengan menempatkan Bruce Robinson – yang terakhir kali mengarahkan Jennifer 8 di tahun 1992 – di kursi sutradara dan Johnny Depp – yang sebelumnya turut membintangi adaptasi novel Thompson lainnya, Fear and Loathing in Las Vegas (1997) – memerankan karakter utama di film ini, The Rum Diary akhirnya secara resmi memulai proses produksinya pada tahun 2009.
Karakter Paul Kemp yang diperankan oleh Depp dalam The Rum Diary sendiri disebut-sebut sebagai alter ego dari seorang Hunter S. Thompson. Berlatar belakang waktu di tahun 1960, Paul adalah seorang jurnalis berkebangsaan Amerika Serikat yang kemudian merasa jenuh dengan segala kepadatan aktivitas dan pergerakan kota New York – dan negara Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Dwight D. Eisenhower – dan memilih untuk melanjutkan karirnya sebagai seorang jurnalis di Puerto Rico dengan melamar di harian The San Juan Star yang dipimpin oleh Edward J. Lotterman (Richard Jenkins). Mungkin, dengan hobinya yang suka mabuk-mabukan dan gaya hidupnya yang berantakan, tak akan ada seorangpun yang mau mempekerjakan Paul. Pun begitu, dengan resume yang sangat impresif, Lotterman akhirnya yakin bahwa Paul adalah seorang sosok jurnalis yang ia cari selama ini.
Tidak butuh waktu lama bagi Paul untuk dapat bertemu dan mendalami berbagai intrik sosial dan politik kotor yang terjadi di Puerto Rico. Bersama rekan kerjanya, Bob Sala (Michael Rispoli), Paul berkenalan dengan Hal Sanderson (Aaron Eckhart), mantan pekerja The San Juan Star yang kini telah beralih profesi menjadi seorang pebisnis handal. Mengetahui bahwa Paul adalah seorang penulis yang handal, dan juga tidak akan menolak sejumlah uang, Hal kemudian menawarkan Paul sebuah proyek untuk menuliskan beberapa artikel fiksi tentang proses pembangunan sebuah resor mewah di salah satu pulau Puerto Rico dengan menutupi berbagai keburukan sosial yang terdapat di sekitar pulau tersebut sehingga rencana pembangunan resor mewah tersebut akan mendapatkan dukungan luas dari publik. Diantara segala intrik tersebut, Paul juga terlibat cinta segitiga dengan tunangan Hal yang sangat jelita, Chenault (Amber Heard), yang kemudian justru memperumit hubungannya dengan Hal.
Minus tampilan eksentrik dan tata rias tebal yang menutupi wajahnya, berperan sebagai seorang jurnalis yang hobi mabuk-mabukan, penonton mungkin akan masih mendapatkan getaran seorang Captain Jack Sparrow dalam usaha Johnny Depp untuk memerankan karakter Paul Kemp. Bukan masalah besar, sebenarnya, mengingat Depp tetap mampu memberikan penampilan akting yang cukup memuaskan dalam film ini. Seperti halnya Depp, dengan seringai dan tatapan matanya yang tajam, Aaron Eckhart juga tidak tampak kesulitan untuk memerankan karakter licik, Hal Anderson. Departemen akting The Rum Diary juga mendapatkan sokongan kuat dari setiap pemerannya, mulai dari Amber Heard, Richard Jenkins, Michael Rispoli dan khususnya Giovanni Ribisi yang sekali lagi tampil dalam sosok karakter eksentrik/gila yang sering ia perankan namun tetap mampu tampil secara efektif.
The Rum Diary bukannya hadir tanpa masalah. Jalan cerita utamanya yang mengisahkan bagaimana karakter Paul Kemp akhirnya mampu meninggalkan egonya dalam merebut keuntungan komersial dan menjadi sosok jurnalis yang sebenarnya – yang selalu memberitakan sesuatu hal secara sejujurnya, berjalan terlalu lama dengan begitu banyak plot cerita tambahan yang sebenarnya dapat dengan mudah dihilangkan dari dalam jalan cerita. Terlalu berlikunya jalan cerita The Rum Diary inilah yang kemungkinan besar akan membuat banyak penonton merasa gagal untuk menjalin hubungan emosional dengan jalan cerita dan karakter yang hadir di film ini sebelum akhirnya menit-menit emosional itu datang di akhr kisah dalam waktu penceritaan yang harus diakui telah terlambat. Karakter-karakter yang hadir dalam cerita The Rum Diary juga hadir dalam dimensi tunggal dimana karakter-karakter tersebut kurang mendapatkan penggalian yang cukup agar penonton dapat merasa bahwa mereka benar-benar telah mengenal karakter yang sedang mereka saksikan di hadapan mereka.
Permasalahan terbesar dari The Rum Diary adalah film ini menghadirkan terlalu banyak kisah yang berliku dalam perjalanannya untuk menghantarkan sebuah kisah tunggal mengenai usaha pencarian jati diri seorang karakternya. Sayangnya, liku-liku cerita tambahan yang dihadirkan hadir terlalu monoton, dengan menghadirkan karakter-karakter yang terbatas dan kisah yang kurang mampu untuk tampil menarik. Tidak ada masalah berarti dari tata produksi film ini. Penonton akan disajikan gambar-gambar indah pilihan sinematografer Dariusz Wolski akan alam luas Puerto Rico yang ditemani dengan tata musik yang sesuai karya komposer Christopher Young. Depp dan deretan pemeran lainnya juga mampu menghantarkan permainan akting mereka dalam film yang kemungkinan besar akan membutuhkan banyak kesabaran penonton untuk dapat mencernanya.
Rating :