Review

Info
Studio : Pixar Animation Studios
Genre : Animation, Adventure, Comedy
Director : John Lasseter, Brad Lewis
Producer : Denise Ream
Starring : Owen Wilson, Larry the Cable Guy, Michael Caine, Emily Mortimer, Jason Isaacs

Rabu, 12 Oktober 2011 - 21:57:13 WIB
Flick Review : Cars 2
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3416 kali


Seandainya Pixar bukanlah sebuah rumah produksi animasi yang menghasilkan film-film seperti The Incredibles (2007), WALL•E (2008), Up (2009) dan Toy Story 3 (2010), mungkin tidak akan ada seorangpun yang memandang sebelah mata terhadap Cars 2. Namun, seperti yang telah diketahui setiap penggemar film di dunia, semenjak merilis Toy Story di tahun 1995, Pixar telah tumbuh menjadi sebuah trademark akan sebuah kualitas film animasi bercitarasa tinggi yang sulit untuk disaingi rumah produksi lainnya. Di empat tahun terakhir, Pixar secara perlahan lebih meningkatkan kualitas penulisan naskah cerita film-filmnya, dengan menjadikan film-film seperti WALL•E, Up dan Toy Story 3 terkadang bahkan lebih mampu menguras emosi penontonnya jika dibandingkan dengan film-film non-animasi yang dirilis pada tahun bersamaan.

Cars 2 sendiri tetap merupakan sebuah karya produksi yang jauh dari kata mengecewakan. Pixar seperti biasa berhasil memberikan sentuhan magis mereka terhadap setiap deretan gambar yang mereka produksi, menghasilkan warna-warna cerah yang begitu menarik untuk dilihat serta tata efek visual dan suara dalam komposisi yang pas dan tidak pernah berlebihan. Jika dibandingkan dengan film-film animasi lain yang dihasilkan sepanjang tahun ini, Cars 2 masih berada pada posisi terdepan dalam hal kualitas produksi secara keseluruhan. Pun begitu, ketika Anda berbicara soal Pixar – dan sebuah film animasi yang memiliki keterkaitan dengan Walt Disney, secara keseluruhan – Anda tentu saja tidak dapat hanya berbicara mengenai tampilan luar belaka. Ikatan emosi kuat yang tumbuh dari jalan cerita adalah sebuah hal wajib! Dan dari sisi tersebut Cars 2 bahkan tampil inferior dari prekuelnya.

John Lasseter – yang kini telah menjadi direktur kreatif Pixar dan Walt Disney Animation Studios – kembali duduk di kursi sutradara dalam Cars 2. Setelah dimulai dengan film pendek Toy Story yang berdurasi 6 menit, Hawaiian Vacation, Cars 2 memulai kisahnya dengan sederetan karakter baru dan sebuah kisah yang mungkin tidak akan disangka-sangka mereka yang telah menyaksikan Cars sebelumnya. Seorang agen rahasia, Finn McMissile (Michael Caine), tengah berada dalam sebuah misi rahasia di sebuah area pengeboran minyak di tengah-tengah lautan luas. Sayangnya, keberadaan McMissile kemudian diketahui. Adegan penyerangan penuh dengan ledakan pun mengisi layar ketika McMissile mencoba mempertahankan dirinya dari serangan lawan. Untungnya, McMissile berhasil menyelamatkan diri dengan menerjunkan dirinya ke lautan.

Adegan kemudian berlanjut ke wilayah yang familiar dalam jalan cerita seri Cars, Radiator Springs. Setelah menyelesaikan serangkaian perlombaan balap yang ia ikuti, Lightning McQueen (Owen Wilson) kembali ke Radiator Springs untuk menemui kekasihnya, Sally Carrera (Bonnie Hunt), sahabatnya, Mater (Larry the Cable Guy), dan tentu saja seluruh penduduk daerah tersebut yang ia cintai. Walaupun pada saat itu McQueen telah merencanakan untuk mengambil jeda dari masa perlombaan, sebuah tantangan yang datang dari pembalap Italia, Francesco Bernoulli (John Torturro), membuat McQueen akhirnya menyudahi masa istirahatnya yang singkat guna mengikuti perlombaan balap tingkat dunia yang diadakan oleh pengusaha bahan bakar alternatif, Allinol, Miles Axlerod (Eddie Izzard). Tidak ada satupun yang menyadari bahwa di balik penyelenggaraan perlombaan balap tersebut terdapat sebuah konspirasi yang nantinya akan menjebak Mater ke dalam dunia spionase yang mematikan.

Walau menjadi film dengan penerimaan kualitas paling minimal di antara film-film produksi Pixar lainnya, banyak kritikus dunia yang menilai Cars tampil lebih menghibur dan lebih dapat diterima jalan ceritanya ketika film animasi tersebut disaksikan berulang kali. Mungkin hal itu yang menyebabkan Lasseter tertarik untuk kembali turun tangan dan memproduksi sekuel bagi film tersebut – selain untuk memperbesar keuntungan komersial yang selama ini diraih dari penjualan merchandise karakter Cars yang dikabarkan sangat besar itu, tentu saja. Ia ingin Cars 2 dapat memperbaiki ‘citra buruk’ yang dimiliki oleh film pendahulunya. Bekerjasama dengan salah satu penulis naskah Cars terdahulu, Dan Fogelman, serta dengan Brad Lewis (Ratatouille, 2006), Lasseter kemudian menulis cerita Cars 2 yang dirangkum sebagai sebuah naskah cerita oleh Ben Queen.

Sebagai sebuah film animasi yang menawarkan hiburan kelas tinggi kepada para penontonnya, Cars 2 adalah sebuah sajian yang sempurna dengan menawarkan lebih banyak ketegangan yang datang dari intrik-intrik spinonase yang terbentuk dalam jalan ceritanya (James Bond berwujud mobil animasi?) serta kualitas tata visual dan suara yang lebih ditingkatkan. Namun sebagai sebuah film Pixar secara keseluruhan, harus diakui Cars 2 kehilangan sebuah poin penting yang selama ini dimiliki film-film lain yang diproduksi rumah produksi tersebut: daya magis atas kemampuan jalan ceritanya dalam mengikat emosi setiap penontonnya. Secara sederhana, Cars 2 terasa bagaikan sebuah film animasi karya rumah produksi lainnya yang lebih menonjolkan tampilan produksinya daripada visi dan misi ceritanya.

Bagian terlemah film ini berada pada bagian awal film. Setelah adegan karakter agen rahasia Finn McMissile yang sedang melakukan perlawanan terhadap lawan-lawannya yang cukup meningkatkan ketegangan cerita, Cars 2 kemudian beralih pada kehidupan bernada datar dari karakter-karakter di Radiator Springs. Penurunan drastis dari intensitas cerita tersebut berlangsung cukup lama bahkan hingga adegan perlombaan balap pertama yang berlangsung di Jepang gagal untuk tampil memikat. Guyonan yang digunakan juga kurang mampu bekerja dengan baik. Beberapa kali, pada saat karakter-karakter Cars 2 sedang berada di Jepang, film ini menampilkan beberapa karakter khas Jepang seperti Geisha pesumo Jepang dalam wujud mobil. Untuk mereka yang memperhatikan detil tersebut mungkin akan cukup mampu mengundang tawa. Namun bagi mereka yang tidak, serta banyak penonton muda yang masih awam pengetahuannya mengenai Jepang, hal tersebut tidak akan bekerja dengan baik – hal yang kemungkinan besar kemudian terjadi lagi ketika para karakter Cars 2 berada di Inggris dan film ini memparodikan keluarga kerajaan.

Pengalihan mayoritas cerita dari karakter Lightning McQueen di Cars kepada karakter Mater di seri ini juga mendapatkan sedikit hambatan. Harus diakui, Mater bukanlah satu tokoh dengan karakteristik yang istimewa jika dibandingkan dengan karakter-karakter ciptaan Pixar lainnya. Sikapnya yang sering ceroboh dan ‘terlalu lugu’ membuat karakter tersebut sukar untuk disukai dengan mudah. Memberikannya sebuah porsi cerita yang lebih banyak – bahkan dapat dikatakan menjadikan Cars 2 sebagai sebuah film miliknya – otomatis membuat banyak penonton sulit untuk merasa terhubung secara emosional dengan dirinya. Well… jika ingin memandang sisi bahwa Mater bukanlah satu-satunya karakter penyebab masalah di franchise ini, Pixar seharusnya menyudahi usaha mereka untuk membuat penonton merasa mampu iba, jatuh hati, simpati, bahagia dan memiliki segala perasaan emosional lainnya pada deretan mobil yang bisa berbicara.

Pun begitu, seperti film-film Pixar dan Walt Disney Animation Studios lainnya, Cars 2 juga menyelipkan banyak pesan moral yang dapat ditangkap dengan mudah. Pesan mengenai bahwa seseorang harus menjadi dan mencintai diri sendiri terpampang dari bagaimana karakter Mater melihat dirinya di mata orang-orang yang ia kenal. Kisah persahabatan erat antara karakter Lightning McQueen dan Mater serta beberapa kendala yang terjadi di antaranya juga menyeruak dan tampil cukup elegan. Cara penyampaiannya yang gamblang sepertinya akan mampu diserap oleh para penonton muda terlepas dari banyaknya tampilan ledakan dan kekerasan yang terjadi di sepanjang penceritaan film ini.

Cars 2 adalah sebuah film animasi yang memiliki penceritaan dengan nilai standar film-film animasi lain yang sering dibuat oleh para pesaing Pixar. Jika film ini dihasilkan oleh studio-studio animasi lainnya, Cars 2 mungkin akan dipandang murni sebagai sebuah film hiburan yang menyenangkan. Namun, jika penonton mengharapkan sebuah film khas Pixar dengan tingkat dramatisasi dan ikatan emosioanl yang tinggi khas beberapa film Pixar sebelumnya, kemungkinan besar Cars 2 akan tampil (sangat) mengecewakan. Cars 2 adalah sebuah film petualangan dengan plot kisah paling sederhana yang pernah ditampilkan Pixar dan sepertinya murni dibuat hanya sebagai sebuah film  komersial belaka. Cars 2 bukanlah kegagalan. Kemampuan mereka untuk menampilkan tata visual dan tata suara yang dinamis tetap berada di atas studio-studio animasi lainnya. Bagaimanapun, Pixar tetap adalah merupakan sebuah perusahaan komersil bukan?

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.