Review

Info
Studio : Columbia Pictures/Sony Pictures Animation/Kerner Entertainment Company
Genre : Animation, Adventure, Comedy
Director : Raja Gosnell
Producer : Jordan Kerner
Starring : Neil Patrick Harris, Jayma Mays, Hank Azaria, SofĂ­a Vergara, Tim Gunn

Jumat, 07 Oktober 2011 - 23:41:33 WIB
Flick Review : The Smurfs
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 4368 kali


Well… penonton seharusnya tahu kualitas seperti apa yang akan mereka dapatkan ketika memilih untuk menyaksikan sebuah film yang disutradarai oleh seorang sutradara yang sebelumnya menghasilkan film-film semacam Scooby-Doo 2: Monsters Unleased (2004) dan Beverly Hills Chihuahua (2008). Bukan berarti bahwa film-film yang diarahkan oleh Raja Gosnell adalah film-film berkualitas buruk. Namun ketika Gosnell mengarahkan sebuah film yang bertendensi kuat untuk dipasarkan kepada para penonton muda dan mereka yang memang menggemari film-film keluarga sederhana, Gosnell memang kemudian mengarahkan filmnya secara keseluruhan hanya untuk dapat dinikmati oleh para target penonton film tersebut: dengan jalan cerita yang aman bahan cenderung klise, guyonan-guyonan khas film keluarga, karakter-karakter yang mengalahkan keluguan dari karakter-karakter protagonis di film-film animasi Walt Disney serta kemungkinan besar menutup adanya kemungkinan bagi para penonton dewasa untuk dapat menikmati film tersebut.

The Smurfs –  sebuah film animasi yang didasarkan dari seri komik Belgia berjudul sama yang kemudian sempat sangat populer setelah diadaptasi ke dalam serial televisi pada tahun 1980an – adalah sebuah contoh terbaru dari bagaimana Gosnell menyajikan sebuah film yang murni ditujukan bagi sebuah pangsa pasar yang begitu spesifik. The Smurfs berkisah mengenai sekelompok makhluk kecil berwarna biru yang menamakan diri mereka sebagai… well… smurfs, dengan masing-masing pribadi diberikan nama berdasarkan karakteristik sikap mereka sehari-hari. Karena dari itu, penonton akan dikenalkan secara spesifik pada enam karakter smurfs: Papa Smurf (Jonathan Winters) yang bertugas sebagai ayah dan kepala keluarga dari seluruh kelompok smurfs di desa tersebut, Smurfette (Katy Perry) yang merupakan satu-satunya smurfs berjenis kelamin wanita, Brainy Smurf (Fred Armisen) yang menjadi pemikir di kelompoknya, Gutsy Smurf (Alan Cumming) yang sering bertindak nekat dan tanpa pemikiran panjang, Grouchy Smurf (George Lopez) yang sering mengeluh akan keadaan sekitarnya serta Clumsy Smurf (Anton Yelchin) yang memenuhi deskripsi namanya sebagai karakter yang sering berbuat ceroboh.

Semenjak lama, kehidupan para smurfs telah mendapatkan ancaman dari keberadaan seorang penyihir bernama Gargamel (Hank Azaria) yang berniat untuk menculik para smurf dan mengambil kemampuan mereka guna menjadikannya sebagai seorang penyihir terkuat yang pernah ada. Usaha Gargamel – yang selalu ditemani oleh kucingnya yang sering mencuri perhatian, Azrael (Frank Walker) – hampir mencapai keberhasilan setelah secara tidak sengaja Clumsy Smurf mengarahkan Gargamel ke desa mereka yang sebenarnya telah dilindungi oleh sebuah lapisan kasat mata. Gargamel hampir saja berhasil menangkap mereka jika saja mereka tidak memilih untuk memasuki sebuah pusaran air gaib… dan kemudian keluar di kota New York.

Di kota New York, keenam smurf tersebut tinggal di rumah pasangan Patrick (Neil Patrick Harris) dan Grace (Jayma Mays) yang saat ini sedang menantikan kelahiran anak pertama mereka. Kedatangan keenam smurf tersebut jelas memberikan sebuah pengaruh baru bagi kediaman Patrick dan Grace, dengan Patrick merasa bahwa kedatangan keenam smurf tersebut membuat kinerjanya di perusahaan kosmetik milik Odile Anjelou (Sofia Vergara) menjadi sangat terganggu. Papa Smurf sendiri masih berusaha untuk mencari bagaimana caranya agar mereka dapat kembali ke desa mereka yang tenteram. Sementara itu, Gargamel dan Azrael masih terus menyusun rencana agar mereka dapat menangkap dan memanfaatkan kekuatan para smurf.

Seperti yang telah dapat diduga, para smurf, para karakter manusia dan sang penyihir jahat dan kucingnya kemudian saling kejar-kejaran satu sama lain demi mendapatkan keinginannya dan berjalannya plot cerita The Smurfs. Guyonan-guyonan yang dihadirkan telah digunakan di banyak film yang bertema sama sebelumnya – dan kebanyakan hanya akan mampu berhasil membuat tertawa para penonton muda. Pun begitu dengan jalan ceritanya: The Smurfs mencoba untuk menyelipkan beberapa pesan moral yang terbentuk antara simbiosis yang terjalin antara karakter Patrick dan Grace dengan para smurf. Harus diakui bukanlah sebuah jalan cerita terburuk yang penonton akan dapatkan, namun tetap saja hadir terlalu datar akibat kurangnya inovasi yang terjadi di sepanjang penceritaan tersebut.

Walau seringkali menghadirkan banyak guyonan yang ditujukaan untuk para penonton muda, Gosnell juga sepertinya masih berusaha untuk merengkuh para penonton dewasa yang menemani para penonton muda ketika menyaksikan The Smurfs. Untuk itu, naskah cerita The Smurfs beberapa kali mencoba untuk memasukkan referensi budaya pop dewasa populer ke dalam dialog para karakternya – seperti film E.T.: The Extra-Terrestrial (1982) milik Steven Spielberg, penggunaan parodi lagu Walk this Way (1986) milik Aerosmith dan Run DMC, adegan fenomenal dari film Seven Years Itch (1955) yang dibintangi Marilyn Monroe hingga dialog yang menyinggung mengenai lagu I Kissed a Girl (2008) milik Katy Perry. Sebuah usaha yang bagus, namun sama sekali gagal untuk mengundang tawa… dan membuat kebingungan para penonton muda yang sama sekali belum mengenal beberapa ikon budaya pop tersebut.

The Smurfs sepertinya berusaha memadukan tiga bintang serial televisi populer untuk mengisi departemen akting film ini: Neil Patrick Harris, Jayma Mays dan Sofia Vergara. Ketiganya mampu tampil tidak mengecewakan, dengan Harris kembali membuktikan bahwa ia adalah seorang aktor komikal yang handal. Hank Azaria juga tampil maksimal lewat perannya sebagai sang penyihir jahat, Gargamel… walaupun harus diakui, semakin sering karakter tersebut hadir di dalam jalan cerita, maka semakin lama karakter tersebut menjadi sangat menyebalkan untuk dilihat. Tidak ada yang istimewa dari para pengisi suara film ini, beberapa kali terdengar terlalu datar namun secara keseluruhan masih dapat dinilai tidak mengecewakan.

Sebenarnya tidak ada sesuatu yang salah dari sebuah film yang dibuat khusus untuk para penonton muda. Namun, mudahnya untuk memberikan sebuah ‘hiburan’ pada kelompok penonton tersebut justru sering dimanfaatkan oleh para produser film untuk menghadirkan sebuah jalan cerita yang kacangan dan sama sekali jauh dari mengesankan. The Smurfs juga memanfaatkan pakem yang sama. Plot cerita yang memadukan berbagai formula film hiburan dengan guyonan-guyonan kekanak-kanakan, karakterisasi yang hampir tidak pernah mampu dikembangkan dengan baik hingga usaha untuk memberikan sedikit pesan moral dari keseluruhan jalan cerita. The Smurfs sepertinya memang murni ditujukan bagi para penonton (yang benar-benar) muda. Karena selain kelompok tersebut, sepertinya akan sulit untuk menemukan diri mereka bersenang-senang lewat film yang terlalu datar, klise dan cenderung bodoh untuk diikuti.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.