Seorang pria remaja bernama Vino (Axel Andaviar) suatu hari datang ke hadapan Tommy (Ferdy Taher), seorang mantan vokalis grup musik rock papan atas di Indonesia, The Boxis, dan kemudian mengaku bahwa dirinya adalah anak kandung dari Tommy. Terdengar seperti jalan cerita dari sebuah film Indonesia yang pernah dirilis sebelumnya? Memang, (Masih) Bukan Cinta Biasa adalah sekuel dari film drama, Bukan Cinta Biasa, yang secara mengejutkan cukup mampu tampil menghibur penontonnya ketika dirilis pada tahun 2009 lalu. Masih menghadirkan jajaran pemeran yang sama, dengan naskah dan arahan yang masih datang dari Benni Setiawan, (Masih) Bukan Cinta Biasa dapat dipandang sebagai versi kisah alternatif dari film pendahulunya. Tergarap dengan cukup baik pada kebanyakan bagian, (Masih) Bukan Cinta Biasa tetap saja kekurangan banyak faktor esensi pembeda yang dapat memberikan penjelasan mengenai eksistensi dari perilisan film ini. Kecuali faktor keuntungan komersial, tentu saja.
Karakter Tommy sendiri dalam seri ini dikisahkan telah pensiun dari posisinya sebagai vokalis The Boxis – yang secara tidak langsung menyebabkan grup musik tersebut kehilangan kharisma mereka ketika tampil di panggung. Ia kini lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, dengan menjadi seorang bapak rumah tangga bagi istrinya, Lintang (Wulan Guritno), yang menjadi pencari uang dalam rumah tangga mereka, serta Nikita (Olivia Lubis Jensen). Kedatangan karakter Vino yang jelas mengulang peristiwa kedatangan karakter Nikita pada seri sebelumnya, menjadi sebuah alasan baru bagi Benni Setiawan untuk kemudian memasukkan berbagai kisah klise mengenai kekeluargaan, rasa menghargai satu sama lain hingga cinta yang terjalin antara pasangan suami istri.
Jika saja (Masih) Bukan Cinta Biasa merupakan sebuah film tunggal dan bukanlah sebuah film sekuel, mungkin kehadirannya mampu memberikan sebuah arti yang lebih mendalam. Sayangnya, sebagai sebuah sekuel, (Masih) Bukan Cinta Biasa sama sekali tidak memberikan sesuatu yang baru kepada penontonnya. Bukan hanya karena separuh kisahnya yang seperti mengulang kisah fi dilm terdahulunya, Benni Setiawan juga gagal untuk memberikan perkembangan karakter pada deretan karakter yang kembali ia hadirkan di film ini. Karakter Tommy, Lintang, Nikita hingga karakter-karakter pendukungnya masih ditampilkan dengan karakterisasi yang sama dan tanpa perubahan yang berarti (baca: menarik) pada diri mereka.
Kehadiran dua karakter utama baru, Vino serta ibunya, Voni (Aline Adita), juga tidak begitu mendapatkan porsi penceritaan yang esensial. Karakter Vino pada (Masih) Bukan Cinta Biasa dapat disetarakan dengan karakter Nikita pada Bukan Cinta Biasa, hanya dengan latar belakang kisah yang berbeda dan dengan lebih banyak masalah yang mengitari kehidupan pribadinya. Karakter Voni juga terkesan dihadirkan hanya sekedar menjadi sebuah jalan keluar dari permasalahan yang dibentuk Benni Setiawan dengan menghadirkan Vino di awal cerita. Itupun dengan karakterisasi yang sangat dangkal dan porsi cerita yang cukup singkat untuk penonton dapat mengenal karakter Voni.
Pun begitu, (Masih) Bukan Cinta Biasa harus diakui tergarap dengan baik sebagai sebuah film yang berniat untuk menghadirkan hiburan bagi penontonnya. Walau kisah drama yang dihadirkan cukup mudah tertebak karena terlihat seperti ‘terinspirasi’ dari banyak kisah-kisah beralur cerita sama yang dihadirkan Hollywood, namun komedi yang dihadirkan Benni Setiawan terbukti cukup mampu bekerja dengan baik di sepanjang penceritaan (Masih) Bukan Cinta Biasa. Sisi komedi tersebut kebanyakan berhasil karena terbantu performa para pemeran pendukungnya, khususnya dari penampilan komedian Joehana Sutisna dan Mucle yang seringkali berhasil untuk mencuri perhatian.
Tidak ada yang istimewa dari departemen akting, mengingat jajaran pemeran film ini masih memerankan karakter yang sama dan tidak begitu banyak berubah dari seri sebelumnya. Ferdy Taher, Wulan Guritno dan Olivia Lubis Jensen memberikan penampilan yang wajar – walau karakter yang diperankan Wulan Guritno terlihat begitu terbatas pada peran marah dan menggerutu sedangkan karakter yang diperankan Olivia Lubis Jensen tampil begitu minimalis. Axel Andaviar yang memberikan permainan akting perdananya untuk film ini juga tampil tidak mengecewakan. Tidak istimewa, karena pada kebanyakan adegan Axel masih terlihat canggung dan belum mampu memberikan chemistry yang tepat dengan para lawan mainnya.
Apakah penonton memerlukan kisah percintaan dan permasalahan hidup lanjutan dari Tommy sang rocker insyaf dari film Bukan Cinta Biasa? Mungkin saja, jika Benni Setiawan mampu menghadirkan sebuah kisah lanjutan yang mampu tampil menarik. (Masih) Bukan Cinta Biasa sendiri tidak dapat dikatakan sebagai sebuah film yang tidak menarik. Kemampuan akting para jajaran pemerannya serta penulisan naskah yang cukup tertata rapi membuat film ini masih mampu menghasilkan hiburan tersendiri bagi penontonnya. Namun kurangnya greget jalan cerita akibat terlalu familiarnya formula cerita yang ditawarkan membuat (Masih) Bukan Cinta Biasa sulit untuk dikategorikan sebagai sebuah tayangan yang istimewa. Atau… memang itu inti dari pernyataan “masih” dalam judul (Masih) Bukan Cinta Biasa?
Rating :