Review

Info
Studio : MD Pictures
Genre : Drama
Director : Hanny R Saputra
Producer : Dhamoo Punjabi, Manooj Punjabi
Starring : Herjunot Ali, Laudya Cynthia Bella, Jenny Rachman, Widyawati, Didi Petet

Senin, 29 Agustus 2011 - 14:46:28 WIB
Flick Review : Di Bawah Lindungan Kabah
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3402 kali


MD Pictures, rumah produksi yang sempat meraih sukses besar ketika merilis Ayat-Ayat Cinta (2008), yang kemudian memulai tren perilisan film-film drama bernuansa reliji di industri film Indonesia, sepertinya sangat berhasrat untuk mengadaptasi novel karya Buya Hamka, Di Bawah Lindungan Ka’bah, menjadi sebuah tayangan film layar lebar. Mereka bahkan rela menghabiskan waktu selama dua tahun untuk menyelesaikan proses produksi dan dana sebesar Rp25 miliar untuk menampilkan tata produksi terbaik untuk mendukung pembuatan versi film dari salah satu karya paling populer di dunia sastra Indonesia tersebut. Hasilnya, Di Bawah Lindungan Ka’bah menjadi sebuah film bertemakan kasih tak sampai dengan tampilan komersial yang sangat akut… seperti yang telah diduga banyak orang ketika nama Hanny R Saputra dilibatkan sebagai sutradara bagi film ini.

Di Bawah Lindungan Ka’bah memulai kisahnya dengan memperkenalkan Hamid (Herjunot Ali), seorang pemuda tampan, cerdas, saleh, berbudi pekerti tinggi namun terlahir dengan keadaan ekonomi yang berada di bawah garis kemiskinan. Untungnya, kehidupan Hamid dan ibunya (Jenny Rachman) selama ini cukup terbantu dengan keberadaan Haji Jafar (Didi Petet), seorang pria dermawan yang saleh serta cukup terpandang di sebuah kampung di provinsi Sumatera Barat yang masyarakatnya memegang teguh adat istiadat dan taat dalam menjalankan ajaran dan aturan agama. Haji Jafar bahkan membiayai pendidikan Hamid di sebuah sekolah agama bergengsi hingga Hamid akhirnya mampu menyelesaikan pendidikannya.

Dilema mulai mewarnai kehidupan Hamid ketika ia jatuh cinta dengan Zainab (Laudya Chyntia Bella), puteri jelita semata mayang dari Haji Jafar. Perbedaan status sosial yang begitu jauh antara keduanya membuat hubungan antara Hamid dan Zainab sepertinya tidak mungkin bersatu, walaupun keduanya sama-sama menyukai satu sama lain. Tidak hanya berhenti disitu, berbagai cobaan mulai mendera hubungan keduanya: mulai dari Hamid yang diusir dari kampungnya setelah dituduh telah ‘menyentuh’ Zainab secara tidak sopan hingga perjodohan Zainab dengan seorang pemuda anak saudagar kaya yang semakin memojokkan posisi Hamid. Hamid yang terusir dari kampung akhirnya meneruskan perjalanannya demi mewujudkan impiannya agar dapat menunaikan ibadah haji di Mekkah. Di saat yang sama, Zainab tetap menunggu kembalinya Hamid agar mereka dapat kembali menjalin hubungan kasih suci mereka yang telah terputus.

Diadaptasi oleh Titien Wattimena (Minggu Pagi di Victoria Park, 2010) dan Armantono (Love Story), kisah cerita Di Bawah Lindungan Ka’bah memang memiliki cukup banyak perbedaan yang berarti jika dibandingkan antara jalinan kisah yang tertulis di novelnya. Kisah mengenai pengusiran karakter Hamid dari kampungnya serta karakterisasi antagonis dari karakter pria yang dijodohkan dengan Zainab merupakan bentuk penyesuaian konflik yang dilakukan Titien dan Armantono untuk menerjemahkan jalan cerita yang berlangsung di masa klasik menjadi sebuah jalan cerita dengan sentuhan yang lebih modern. Dialog-dialog yang terjalin antara setiap karakter juga dibentuk dengan dialog modern daripada menggunakan dialog berbentuk metafora maupun pantun seperti yang digunakan di versi novel – walaupun Titien dan Armantono beberapa kali tetap menyelipkan dialog-dialog bernada klasik tersebut pada beberapa bagian cerita.

Walau berusaha untuk menerjemahkan jalan cerita menjadi modern, Hanny R Saputra tetap mempertahankan latar belakang waktu cerita berada pada kisaran daerah Sumatera Barat di tahun 1920-an. Disinilah dana produksi sebesar Rp25 miliar – mari tidak berdebat dengan pernyataan yang telah dikeluarkan pihak produser tentang jumlah total biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk film ini – tersebut banyak digunakan. Tim produksi Di Bawah Lindungan Ka’bah memunculkan banyak properti yang akan memunculkan nuansa klasik daerah Sumatera Barat tersebut, mulai dari tata perkampungan Minang, pasar tradisional, tata kostum yang digunakan oleh setiap orang, bangunan surau dan sebuah kincir air – yang kemungkinan merupakan kincir air yang sama yang muncul pada film Hanny R Saputra sebelumnya, Love Story – hingga perekaan ulang suasana Mekkah lengkap dengan tiruan bangunan Ka’bah-nya. Cukup mampu bekerja dengan baik dalam membangkitkan suasana klasik tersebut, walaupun… dapat dipastikan bahwa tim produksi Di Bawah Lindungan Ka’bah masih menyimpan cukup banyak dana sisa produksi dari total bujet sebesar Rp25 miliar yang disediakan. Just saying.

Beberapa detil dalam penceritaan Di Bawah Lindungan Ka’bah – seperti penggunaan aksen Minang yang tidak konsisten di sepanjang film, dapat ditemukan walaupun tidak akan cukup mengganggu jika penonton tidak begitu menyadari hal tersebut. Namun, proses penceritaan film ini terasa lemah sekali di bagian pertengahan film, ketika karakter Hamid dikisahkan telah keluar dari kampung dan terus menerus digambarkan mengalami penderitaan yang mendalam akibat terpisah dari Zainab. Hanny gagal memberikan poin yang menarik dalam menampilkan sisi kepedihan karakter Hamid dan Zainab selama mereka terpisah. Ditampilkan dengan alur yang terlalu mendayu-dayu – sangat khas seorang Hanny R Saputra, tentunya – bagian ini menjadi begitu menjemukan untuk diikuti. Pun begitu, Hanny cukup berhasil dalam mengemas momen-momen drama tearjerker – sekali lagi, khas Hanny R Saputra, tentu saja – yang seringkali menjadi highlight tersendiri bagi Di Bawah Lindungan Ka’bah.

Herjunot Ali dan Laudya Chyntia Bella cukup mampu menghidupkan karakter mereka dengan baik di sepanjang film. Walaupun begitu, chemistry yang tercipta antara keduanya adalah sangat minim untuk dapat dirasakan penonton. Minimnya percikan daya tarik dari karakter Hamid dan Zainab sebagai pasangan kekasih cukup memberikan pengaruh pada kegagalan jalan cerita Di Bawah Lindungan Ka’bah dalam menjalin hubungan emosional yang mendalam pada penontonnya. Jajaran pemeran mendukung tampil tidak mengecewakan, dengan Jenny Rachman kembali hadir di industri film nasional dan tetap mampu memberikan permainan akting terbaiknya serta Tarra Budiman yang berperan sebagai sahabat Hamid yang sering muncul dan menyita perhatian.

Seperti film-film nasional lainnya yang memanfaatkan nuansa latar belakang daerah Indonesia sebagai bagian dari ceritanya, Di Bawah Lindungan Ka’bah juga memberikan penampilan sinematografi yang cukup memikat. Di bawah arahan Ipung Rachmat Syaiful, tampilan gambar Di Bawah Lindungan Ka’bah tampil mempesona dalam menangkap nuansa alami daerah Sumatera Barat. Tya Subiakto Satrio sendiri juga mengisi deretan tata musik di film ini. Cukup berhasil dalam memberikan kedalaman emosional cerita pada beberapa bagian, namun lebih sering terdengar megah dalam mendayu-dayu pada banyak bagian film.

Dengan menerapkan beberapa baris kisah baru yang diterapkan pada kisah legendaris Di Bawah Lindungan Ka’bah, film yang diharapkan akan mampu mengikuti kesuksesan Ayat-Ayat Cinta ini harus diakui akan banyak mengecewakan para penggemar novelnya. Versi film Di Bawah Lindungan Ka’bah sangat terasa begitu modern dalam penceritaannya terlepas dari usaha Hanny R Saputra untuk mempertahankan nuansa tahun 1920-an di sepanjang penceritaan film ini. Hasilnya, Di Bawah Lindungan Ka’bah lebih terkesan sebagai bagian dari deretan filmografi film-film romansa cengeng Hanny R Saputra daripada sebagai sebuah film yang mengadaptasi sebuah karya sastra bernuansa Islami legendaris. Departemen akting dan tata produksi tampil cukup dinamis, terlepas dari beberapa kekurangan yang muncul, namun karakterisasi yang lemah serta jalan cerita yang cenderung lamban dan bertele-tele membuat Di Bawah Lindungan Ka’bah gagal untuk tampil istimewa seperti yang diharapkan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.