Kuching, Malaysia – ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA), usai digelar pekan lalu dari 25 – 28 April 2019. Edisi keempat festival film dua tahunan yang menyatukan 10 negara di Asia Tenggara dalam sebuah perayaan insan film sekaligus pesta budaya di Kuching, Sarawak, Malaysia, untuk mempromosikan kerjasama dan pemahaman yang lebih baik antar budaya di kawasan Asean itu kali ini mengkurasi 29 film dari seluruh kawasan Asean termasuk 4 film Indonesia.
Dibuka pada tanggal 25 April di Hotel Grand Margherita Waterfront oleh YB Datuk Haji Abdul Karim Rahman Hamzah, Menteri Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan Olahraga Sarawak, selain mengumumkan nominasi seluruh kategori penghargaannya, AIFFA 2019 juga menayangkan secara perdana film horor Kajeng Kliwon: Nightmare in Bali, sebuah produksi bersama Indonesia, Malaysia dan Singapura karya sutradara Bambang Drias dan dibintangi Amanda Manopo, Chris Laurent serta aktris Malaysia Atikah Suhaime.
Ada 10 nominasi dari 4 perwakilan Indonesia yang terpilih; Ave Maryam (Best Editing, Best Actor, Best Actress, Best Director, Best Film), 27 Steps of May (Best Director of Photography, Best Screenplay, Best Supporting Actor, Best Actress), dan Tengkorak (Best Editing), sementara Pengabdi Setan karya Joko Anwar, meskipun urung memperoleh nominasi tapi menjadi salah satu film yang paling diminati penonton di sana.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Michelle Yeoh di edisi pertama, Jackie Chan di edisi kedua dan Donnie Yen di edisi ketiga, kali ini AIFFA menghadirkan bintang aksi Hollywood legendaris Steven Seagal sebagai bintang tamu festivalnya. Aktor yang lekat dikenal mempopulerkan bela diri Aikido yang kini berusia 67 tahun itu juga hadir untuk menerima penghargaan baru; Asean Luminary Award yang baru diinisiasi tahun ini untuk sosok yang menginsipirasi di malam puncak Gala Night yang digelar Sabtu, 27 April 2019 di Pullman Hotel, Sarawak, bersama penampilan penyanyi-penyanyi lintas negara Asean; Jaclyn Victor, Sheila Majid dan Harvey Malaiholo – di antaranya.
Dari 10 nominasi, Indonesia mendapat dua penghargaan; Best Editing untuk film Ave Maryam karya Ertanto Robby Soediskam mengalahkan Rina 2 (Brunei), Guang (Malaysia), Song Lang (Vietnam) dan Tengkorak (Indonesia) serta Best Actress untuk penampilan memukau Raihaanun dalam 27 Steps of May. Raihaanun menyisihkan Sangeeta Krishnasamy (Adiwiraku, Malaysia), Paing Phyoe Thu (Mi, Myanmar), Elora Espano (Signal Rock, Filipina) dan Maudy Koesnaedi (Ave Maryam, Indonesia). Sementara yang berhasil memenangkan kategori film terbaik tahun ini adalah Signal Rock dari Filipina, menyisihkan Ave Maryam bersama sejumlah film lainnya termasuk action thriller Malaysia, Crossroads: One Two Jaga.
Diterima masing-masing oleh Olga Lydia dan Lukman Sardi sebagai anggota delegasi Indonesia, setelah penganugerahan Asean Luminary Award untuk Steven Seagal, AIFFA juga menganugerahkan Lifetime Achievement Award yang disambut meriah untuk aktor legendaris kita Slamet Rahardjo di pengujung acara. Tampil langsung untuk menerima penghargaan itu, Slamet Rahardjo mengatakan bahwa film bukanlah pekerjaan tapi hidupnya.
Ketua Dewan Juri AIFFA 2019, sineas legendaris Malaysia, U-Wei bin Haji Saari, ikut berkomentar atas pemilihan Slamet Rahardjo sebagai penerimanya. “Karena beliau sudah lebih dari 50 tahun berkarir sebagai aktor, sutradara, penulis naskah dan pegiat film. Karya-karyanya juga disukai di negara jiran, tidak hanya di Indonesia”. Menyebut sejumlah filmnya dari Ranjang Pengantin, Cinta Pertama, November 1828 dan Tjoet Nja Dhien yang membuat nama Slamet menjadi sosok penting dalam khazanah perfilman di Asia Tenggara, “Film-film yang beliau mainkan sangat monumental”, tambah U-Wei.
Slamet menutup sambutannya menerima penghargaan bergengsi itu dengan mengatakan, “Kalau saya boleh berandai-andai saya seekor burung, Anda semua yang ada di sini juga burung-burung, maka Madame Livan Tajang (Festival Director AIFFA) adalah sarang kita. AIFFA dan Kuching menjadi sarang bagi kita para pegiat film dari seluruh pelosok Asia Tenggara”.
.