Skandal pelecehan seksual yang dituduhkan kepada Harvey Weinstein ternyata tidak hanya menyeret dirinya ke jurang kejatuhan, namun juga studio filmnya yang dulunya merupakan salah satu perusahaan film yang sangat berkuasa, The Weinstein Company.
Dalam sebuah surat yang diajukan kepada calon pembeli potensial, Ron Burkle dan Maria Contreras-Sweet, The Weinstein Company mengumumkan rencanya untuk mengajukan pernyataan bangkrut setelah pembicaraan untuk menjual aset perusahaan sebesar $500 juta urung terjadi.
Perusahaan menjelaskan jika mereka sangat membutuhkan biaya operasional agar tetap bisa berjalan. Namun sepertinya Contreras-Sweet, Burkle dan firma ekuitas swasta berbasis di kota Dallas, Lantern Asset Management, tidak bersedia untuk memenuhi permintaan untuk memberikan dana operasional tersebut, setidaknya sampai ditemukan kata mufakat tentang berapa harga pasnya untuk membeli The Weinstein Company.
Berikut sebagian kutipan dari surat yang dikirimkan The Weinstein Company kepada para investor pada Minggu, 25 Februari, setelah mendapatkan penawaran dengan nilai di bawah rata-rata:
"We have believed in this Company and in the goals set forth by the Attorney General. Based on the events of the past week, however, we must conclude that your plan to buy this company was illusory and would only leave this Company hobbling toward its demise to the detriment of all constituents.
This Board will not let that happen. While we deeply regret that your actions have now lead to this unfortunate outcome for our employees, our creditors and any victims, we will now pursue the Board's only viable option to maximize the Company's remaining value: an orderly bankruptcy process."
Penjualan sebesar $500 juta kepada Burkle, Contreras-Sweet dan Lantern Asset Management sebenarnya hampir terwujud, namun sebuah tuntutan hukum yang diajukan Penuntut Umum New York, Eric Schneiderman, membuat transaksi batal.
Tuntutan berisi tuduhan jika perusahaan mengakomodir pelecehan seksual yang dilakukan Harvey Weinstein selama beberapa dekade terakhir. Meski baik pihak investor dan The Weinstein Company setuju untuk memiliki, "open and free communication with the Attorney General's office, and any other governmental body with an interest in the transaction," namun tuntutan hukum ini justru membuka konflik kepentingan baru antara pihak-pihak yang terkait.
Pihak Schneiderman juga menentang rencana para investor untuk memperkerjakan mantan COO Weinstein Company, David Glaser, sebagai CEO baru.
Schneiderman telah bertemu dengan perwakilan dari dewan direksi The Weinstein Company dan juga para investor di hari Rabu pekan lalu. Dari pertemuan ini sepertinya akan ditemukan sebuah deal yang disetujui oleh Schneiderman. Tapi sebuah tawaran yang kemudian dikirimkan oleh para investor di hari Sabtu malam tidak disetujui oleh The Weinstein Company.
Berikut sebagian kutipan lain dari surat pernyataan The Weinstein Company:
"While acceding to virtually every demand you imposed, we made clear that the one thing the Company needed in furtherance of your good faith was interim funding to run our business and maintain our employees - employees who have remained dedicated to the Company even amidst great uncertainty.
During this time, we waited patiently for you to deliver the terms you represented would save this Company from certain bankruptcy. Instead, late last night, you returned to us an incomplete document that unfortunately does not keep your promises of February 21, including with respect to the guiding principles set forth by the Attorney General.
Nowhere, for instance, is there any provision for the "gold standard" human resources policies you promised; instead, you added all new contingencies relating to David Glasser, the former employee of The Weinstein Company who was recently terminated for cause.
Likewise, there is no provision for necessary interim funding to ensure your future employees were paid; instead, you increased the liabilities left behind for the Company, charting a financial path that will fail.
Other new conditions make clear that a closing, if one were to happen at all, could take many months (or longer). In short, the draft you returned presents no viable option for a sale."
Surat, yang kemudian dipublikasi oleh Variety, mengungkap jika kedua belah pihak tidak menemukan kata sepakat untuk peran David Glaser di perusahaan, yang sebelumnya merupakan pimpinan operasional The Weinstein Company, sebelum ia kemudian ia diberhentikan.
Di mana katalog film The Weinstein Company akan disimpan, setelah gagalnya perusahaan terjual, masih belum diketahui. Namun yang pasti koleksinya mencakup film-film karya Quentin Tarantino, Robert Rodriguez, Kevin Smith, serta berbagai film pememang piala Best Picture seperti The Artist dan The King's Speech.
*) disarikan dari MovieWeb