Selamat tahun baru 2018!
Tidak terasa 365 hari di tahun 2017 telah kita lewati dan kini memasuki hari pertama di tahun yang baru. Sebagai penikmat film, maka kita punya 365 hari lain untuk menyaksikan film-film lain lagi. Namun, sebelum melangkah jauh, mengapa tidak melongok sejenak ke belakang. Ke satu tahun terakhir dan mengingat kembali judul-judul film yang telah kita saksikan. Ada yang bagus. Ada juga tidak. Pastinya ada yang berkesan pula.
Sebagai pembuka tahun, Flick Magazine ingin memberi penanda dengan memilih satu film, dari barisan film 2017, sebagai film pilihan. Dan pilihan tersebut jatuh ke tangan film ketiga salah satu sutradara handal Indonesia, Mouly Surya, Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak atau Marlina The Murderer In Four Act.
© 2017 cinesurya
Ada banyak alasan mengapa Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak kami tempatkan sebagai Movie of the Year untuk tahun 2017.
Tidak bisa dinafikan fakta Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak merupakan bagian seksi Directors' Fortnight di Cannes Film Festival 2017 memberi indikasi memang film ini memiliki pesonanya tersendiri sehingga festival film prestisius tersebut memilihnya.
Namun bagi Flick Magazine keutaman Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak layak dikedepankan adalah esensi yang ditawarkan dalam kisahnya; perempuan yang tersubjugasi dalam menentang dominasi patriarki.
Ini menjadi lekat dengan isu besar yang tengah berkembang di ranah perfilman dunia akhir-akhir ini, ekspose pelecehan seksual berdekade lamanya oleh mega-produser Hollywood, Harvey Weinstein, terhadap berbagai perempuan (utamanya dari kalangan seni peran), yang justru dilakukan oleh para korbannya sendiri.
Ekspose ini kemudian bergulir layaknya bola salju. Bergulung emakin besar, menyeret para pelaku lain dalam kasus sejenis, di mana para pelakunya adalah sosok laki-laki dengan dominasi kekuasaan besar. Subjugasi ini kerap dilakukan karena pelaku merasa korban mereka tidak memiliki kekuatan atau tak berdaya dalam melawan.
Hanya saja, para pelaku tersebut terlena dengan status quo hegemoni kekuasaan yang melanggengkan dominasi sebagai laki-laki penekan, sampai para korban melayangkan parang dan menebas hak privilise mereka. Sebagaimana Marlina (diperankan Marsha Timothy dengan menawan), si perempuan dusun lemah yang membela kehormatannya dengan memberikan perlawanan balik kepada pihak yang mengagresi kehidupannya.
Saat Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak dikerjakan, pastilah Mouly Surya tidak menyangka "timing" kehadiran film setepat ini dengan apa yang terjadi. Tapi Mouly Surya tetap harus diberi tabik karena mau mengangkat tema "sensitif" seperti ini dalam format film cerita. Sebuah film yang dengan gemilang mengangkat isu krusial, yang mungkin sensitif, tapi perlu dibahas.
Istimewanya, Mouly Surya dengan tangkas mengeksekusi film dengan pilihan memadukan antara estetika film artistik dan komersil secara pas. Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak adalah sebuah karya auteur-esque dengan gaya khas, tapi disampaikan dalam bahasa sinema relatif mudah dicerna, sehingga pesannya dengan efektif tersampaikan. Bahkan pada penonton awam sekalipun.
© 2017 cinesurya
Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak juga menjadi catatan penting dalam sejarah film Indonesia. Sebuah hasil karya yang dikerjakan melalui teknik produksi mumpuni, serta sangat memperhatikan detil. Ia meningkatkan standar film Indonesia dengan teknik produksi jempolan dan berkelas.
Dengan demikian, kita beruntung di tahun 2017 ini berkesempatan bisa menyaksikan film sepenting Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak di layar lebar. Sebuah film yang ditakdirkan untuk menjadi klasik dalam sejarah perfilman Indonesia.
Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak adalah pilihan kolektif tim Flick Magazine sebagai film terbaik tahun ini. Lantas bagaimana dengan pilihan-pilihan secara pribadi tim di belakang layar Flick Magazine? Simak di bawah ini.
(berdasarkan abjad)