News


Minggu, 30 Juli 2017 - 16:21:30 WIB
'The Emoji Movie' Adalah Film Dengan Review Terburuk Di Tahun 2017
Diposting oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 5228 kali

Beberapa kali kita sempat membahas film-film rilisan tahun 2017 yang sukses mendapatkan ulasan positif dari berbagai kritikus, bahkan dengan rating nyaris sempurna di Rotten Tomatoes. Namun, kira-kira film apa yang justru mendapat ulasan sangat buruk untuk tahun ini?

Jawabannya seharusnya tidak mengejutkan lagi, yaitu film animasi rilisan Sony Pictures Animations, The Emoji Movie.

Film yang tayang di akhir pekan ini di Amerika Utara tersebut tersebut dengan resmi telah tercatat sebagai film yang mendapat banyak ulasan buruk sejauh ini untuk tahun 2017. 

Awalnya film mendapat rating 0% di Rotten Tomatoes, yang sebenarnya amat sangat jarang terjadi. Namun beberapa saat kemudian mendapat satu review "fresh" yang meningkatkan rating film menjadi 3%. Dan sampai saat artikel ini ditulis, rating The Emoji Movie meningkat menjadi 8%, sehingga tidak lagi menjadi film dengan review terburuk untuk tahun 2017.

Tapi, tetap saja membuat dirinya tercatat sebagai salah satu film jelek di tahun 2017.

ScreenCrush telah mengkompilasi beberapa judul lain yang juga mendapat ulasan buruk untuk tahun 2017, yaitu

  • Rings – 6%
  • Fifty Shades Darker – 10%
  • Transformers: The Last Knight– 14%
  • The Circle – 15%
  • All Eyez on Me – 16%
  • CHIPS – 16%
  • The Mummy – 16%
  • The House – 18%

Sebenarnya agak mengejutkan Rings tercatat sebagai film dengan rating paling rendah, karena meski tidak bagus-bagus sekali, namun setidaknya film juga tidak sejelek itu juga atau dengan kata lain masih bisa dinikmati.

Mungkin The Emoji Movie memang pantas berada di daftar. Mungkin juga tidak, karena bagaimanapun subjektvitas dan masalah selera adalah tolak ukur dalam menilai sebuah film. Bisa jadi bagi penonton awam film justru terasa menghibur, sehingga akan memiliki performa yang baik di box office.

Hanya saja, sedari awal ide pembuatan film yang diangkat dari emoji ponsel pintar ini sudah diragukan akan memiliki hasil yang baik. Tapi sepertinya Sony sudah menyadari akan negativisme yang akan menghampiri film semenjak film bahkan masih dalam bentuk konsep, dan mereka tidak masalah dengan hal itu, karena bagaimanapun bagi penanam modal hasil box office lebih penting dibandingkan penilaian kritikus.

Meski rasa-rasanya agak sulit menghindari kesan jika studio menganggap penonton awam tidak memiliki selera tinggi sehingga mau saja menyaksikan sebuah film yang berangkat dari simbol-simbol atau ikon yang muncul di layanan pesan teks ponsel, sehingga tetap mau "berjudi" dengan merealisasikannya dalam bentuk film dan kemudian menarik keuntungan yang besar darinya.

Sepertinya "perjudian" mereka akan berbuah hasil. Sejauh ini dilaporkan jika The Emoji Movie mendapatkan $900 ribu hanya dari penayangan di Kamis malam lalu, yang lebih besar $100 ribu dibandingkan The Angry Birds Movie di malam pertamanya saat tayang di bioskop.

The Angry Birds Movie sendiri sukses mendapatkan $350 juta berdasarkan bujet $73 juta. Sedangkan The Emoji Movie memiliki bujet yang lebih rendah, yaitu $50 juta saja, sehingga jika angka-angka yang didapatkannya nantinya konsisten mirip dengan pendahulunya, maka film juga akan menuai kesuksesan sama, atau bisa jadi lebih besar. 

Meskipun di atas kertas konsepnya terlihat bodoh, sebenarnya ada potensi The Emoji Movie untuk hadir jauh lebih baik dan memberikan sesuatu yang mengesankan kepada penonton. The LEGO Movie adalah contoh sukses dari konsep yang sama, di mana duo Phil Lord dan Chris Miller mampu menghadirkan tontonan yang tidak hanya menghibur namun juga cukup cerdas dan berisi dari segi substansi. 

Namun rupanya sutradara The Emoji Movie, Tony Leondis, bukanlah duo Lord dan Miller, sehingga tidak perlu membaca semua review yang masuk, film adalah antitesis dari The LEGO Movie. Film dianggap tidak memiliki otak, hati atau juga kesadaran diri dan lebih mirip sebuah ajang penempatan produk oleh Sony.

Tetap saja, keputusan berada di tangan penonton, apakah tetap ingin menghabiskan 2 jam waktunya yang berharga dan membayar mahal tiket bioskop guna menyaksikan film yang secara aklamasi mendapat ulasan buruk, atau tidak.




Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.