Selepas War for the Planet of the Apes, yang baru saja mendapat banyak ulasan positif dari para kritikus, proyek berikutnya yang akan digarap oleh sutradara Matt Reeves adalah film solo terbaru untuk salah satu karakter dalam DC Extended Universe, The Batman.
Dan berlawanan dengan film berorientasi aksi dan gelap sebagaimana yang bisa kita saksikan dalam beberapa film Batman akhir-akhir ini, Reeves menyebutkan jika ia ingin membawa sisi noir dari sang World's Greatest Detective.
The Batman merupakan film solo Batman pertama untuk DCEU milik Warner Bros. yang bermula dari Man of Steel di tahun 2013. Meski begitu Batman sudah muncul di film kedua franchise ini, Batman v Superman: Dawn of Justice, serta menjadi bintang tamu dalam Suicide Squad dan akan kembali beraksi dalam Justice League.
Meski begitu, secarakeseluruhan The Batman akan menjadi film layar lebar Batman kedelapan. Dimulai dengan Batman (1989) karya Tim Burton yang menjadi sebuah sensasi box office. Semenjak itu Batman telah menjadi semacam ninja, detektif, hingga pahlawan aksi.
Di tangan Christopher Nolan, melalui trilogi The Dark Knight-nya, Batman dihadirkan dalam sebuah dunia hyper-realistic yang suram. Sedang di tangan Zac Snyder, Batman menjelma menjadi sosok bringasan yang tak segan menurunkan tangan besi. Berdasarkan film-film ini, para penonton masa kini mengenal Batman sebagai pahlawan murung yang dekat dengan kekerasan.
Mungkin karena itu Reeves berniat untuk mengubah imej atau persepsi kepada sang Caped Crusader, sebagaimana yang dijelaskannya pada New Trailer Buzz. Ia akan menghindarkan Batman dari aksi kekerasan dan akan lebih mengedepankan sisi internal Batman.
“Dalam semua film-filmmua, apa yang coba aku lakukan adalah, dalam konteksi nyaris Hitchcockian, menggunakan kamera dan penceritaan, agar kau bisa menjadi karakternya, dan kau memberi penekanan pada sudut pandang. Ada kesempatan untuk mengerjakan versi nyaris noir Batman yang juga sangat bersandarkan pada aspek sudut pandang yang sangat kuat, yang semoga nantinya kau bisa terkoneksi dengan apa yang ada di otak dan hatinya."
Batman bergaya noir sepertinya merupakan ide yang brilian. Jika benar, maka The Batman akan menandakan kembalinya sang pahlawan dalam sebuah kisah yang berorientasi pada misteri. Lagipula ia adalah sang Detektif Tebesar Dunia, dengan intelenjensia dan sisi perseptif yang kerap terlupa dalam film-film Batman terbaru.
Dan dengan menyebutkan Hitchcock, sang maestro suspensi, sebagai salah satu pengaruh, maka jelas The Batman akan menjadi sebuah film yang akan menarik untuk disimak. Pastinya, jika Reeves benar-benar memadukan antara unsur noir dan Hitchcock dalam The Batman, maka ini akan menjadi pendekatan inovatif dan segar dalam adaptasi Batman.
Menurut Reeves, ia bisa melihat persamaan antara Batman dengan Caesar, karakter utama dalam War for the Planet of the Apes. Menurutnya kedua karakter ini adalah sosok-sosok yang tersiksa dan mencoba untuk bersandar pada diri sendiri untuk mencoba melakukan apa yang benar di dalam dunia yang tidak sempurna dan terkorupsi. Reeves sangat tertarik untuk menggali sisi emosionalnya.
The Batman belum memiliki tanggal rilis.
Tulisan disarikan dari SlashFilm.com