Pada minggu ketiga perilisannya, Gravity, karya Alfonso Cuarón, berhasil mempertahankan posisi puncak di tangga Box Office Amerika, di tengah serbuan film-film baru yang rilis minggu lalu. Ia berhasil mendapatkan $ 31 juta, sementara pesaing terdekatnya, Captain Phillips mendapatkan $ 17.3 juta di minggu keduanya dan pendatang baru, Carrie, memperoleh $ 17 juta.
Meski Gravity mengalami penurunan perolehan dollar sebanyak 28% dari perolehan minggu lalu ($44 juta), akan tetapi peraihannya jelas mengungguli sang runner-up, Captain Phillips, maupun Carrie. Sampai saat ini, Gravity telah mengumpulkan sebanyak $171 juta untuk peredarannya di wilayah domestik dan $114 juta untuk peredaran di negara lain.
Lantas, kita mungkin bertanya-tanya, apa rahasia sukes Gravity?
Dari segi sutradara, Cuaron belum merupakan jaminan akan kesuksesan filmnya secara perolehan uang. Film tersukses dirinya adalah Harry Potter and the Prisoner of Azakaban (2004) yang mengantungi $796,688,549 untuk peredaran seluruh dunia. Akan tetapi, faktor dirinya yang duduk di bangku sutradara pasti bukan alasan utama mengapa film ketiga dari seri Harry Potter ini sukses.
Meski begitu, keberhasilan Gravity bisa saja disebabkan karena faktor gimmick, mengingat 80% pemasukan di minggu pertamanya datang dari pemutaran 3D. Tentunya promosi yang kuat menjadi ujung tombak keberhasilan Gravity dalam menjual versi 3D tadi.
Secara teknis, Gravity memang mengagumkan dan menampilkan pameran efek khusus yang mencengangkan. Dan ini dipadu pula dengan kecekatan Cuaron dalam menerjemahkan skenario yang dikerjakannya bersama sang adik, Jonás dalam bentuk visual, meski berbekal kisah yang sebenarnya sederhana saja.
Akan tetapi, satu yang tampaknya dapat menjadi alasan kuat mengapa Gravity bisa mencapai kesuksesan, Sandra Bullock. Aktris berusia 49 tahun yang telah berkarir hampir 3 dekade ini ternyata masih memiliki pesona yang kuat untuk dijual.
Di dekade 90-an, Bullock adalah salah satu aktris yang namanya merupakan jaminan laris. Semenjak kesuksesan Speed (1994), beruntun ia tampil dalam film-film populer seperti While You Were Sleeping, The Net, A Time To Kill atau Hope Floats.
Memasuki periode 2000-an, nama Sandra Bullock memang tidak segemilang dekade 90-an, akan tetapi ia masih memiliki beberapa hit yang cukup sukses, seperti Miss Congeniality, Two Weeks Notice, Crash, The Proposal dan terutama The Blind Side yang memberinya sebuah Oscar.
Di tahun 2010 ke atas, Bullock tampaknya selektif dalam memilih peran. Extremely Loud and Incredibly Close (2011) karya Stephen Daldry, merupakan peran pertamanya setelah meraih Oscar, meski ia hanya tampil sebagai karakter pendukung di film yang dibintangi oleh Tom Hanks tersebut. Sayangnya, film ini kurang begitu menggembirakan dalam raihan dollar.
Setelah jeda setahun, di tahun 2013 ia kembali dengan film aksi-komedi berjudul The Heat yang dibintanginya bersama Melissa McCarthy. Ternyata film ini meledak di pasaran dan mengumpulkan $226,879,401 berbekal modal "hanya" $43 juta saja. Komedi memang pesona utama Bullock. Rasa-rasanya dengan memejamkan mata saja ia dengan mudah bisa memainkan karakternya, sehingga tidak mengherankan film ini bisa bertahan di tengah gempuran film-film penuh ledakan di musim panas yang lalu.
Lantas pada musim gugur ini, ia datang dengan Gravity, film yang secara umum memang hanya mengandalkan kemampuan akting Sandra Bullock. Akting yang selama ini selalu diragukan oleh banyak pihak, meski sebuah Oscar telah digenggamnya.
Dalam Gravity, Bullock memberikan salah satu penampilan terbaiknya. Tidak hanya bermain "solo", dalam film ini Bullock juga harus mampu mengajak para penonton untuk terlibat secara emosi dengan karakternya. Ia memberikan kedalaman lebih dari penampilan tiga dimensi yang ditawarkan oleh filmnya. Permainannya lebih cantik daripada visual filmnya itu sendiri.
Subjektif mungkin, akan tetapi Gravity bisa berhasil karena kemampuan akting dan pesona seorang Sandra Bullock. Sulit rasanya membayangkan perannya diisi oleh aktris lain, walau kemungkinan untuk itu ada. Gravity mungkin akan tetap cemerlang dari segi teknis, namun pastinya tidak akan digerakkan oleh enerji yang sama dengan yang diberikan Bullock.
Menarik bagaimana Bullock hadir dalam dua film yang memiliki genre berbeda akan tetapi bisa mencapai kesuksesan. Ini merupakan bukti jika Sandra Bullock memiliki apa yang namanya dengan star-power. Sandra Bullock seolah menegaskan bahwa ia bukan hanya seorang pemain film saja. Ia juga merupakan seorang bintang yang memiliki pesona mencorong sehingga mengundang orang untuk berbondong-bondong menyaksikan film-filmnya.
Saat ini star-power tampaknya merupakan barang langka di ranah Hollywood, dan hanya segelintir nama saja yang sepertinya masih memilikinya, sebutlah Leonardo Di Caprio. Sementara, rekan-rekan Bullock dari dekade 90-an, seperti Julia Roberts, Tom Cruise, Tom Hanks atau pun Will Smith harus berhadapan dengan kenyataan bahwa pasar sudah tidak terlalu meminta nama mereka.
Oleh karenanya kehadiran bintang senior seperti Sandra Bullock yang masih mampu mempertahankan kekuatan bintangnya jelas merupakan prestasi besar. Serta kalikan dua mengingat ia seorang perempuan pula.
Jadi, rasanya sah-sah saja jika kita menyebutkan Sandra Bullock sebagai salah satu bintang terbesar Hollywood saat ini.