Sudah hal yang awam bagi seorang sutradara yang bekerja di dalam produksi di bawah naungan studio besar untuk bekerja dengan berbagai "masukan" serta "aturan" tertentu yang tentunya bersinergi dengan kepentingan studio itu sendiri.
Sistem kerja seperti ini tentunya menyulitkan bagi sutradara yang biasa bekerja dengan sistem produksi mandiri atau independen, tanpa tekanan dari "atas" dalam mengkreasikan idealismenya dalam membuat film.
Darren Aronofsky merupakan salah satu nama dari skena indie yang kemudian menarik perhatian studio besar untuk bekerjasama. Film-filmnya yang dikerjakan di sutradara berusia 44 tahun ini, seperti Pi (1998) dan Requiem for a Dream (2000), memang mengangkat namanya ke permukaan.
Kerjasama pertamanya dengan studio besar adalah The Fountain (Warner Bros) di tahun 2006. Namun, kesuksesan besar diraihnya saat mengerjakan Black Swan untuk Fox Searchlight Pictures yang merupakan sister group dari 20th Century Fox. Film berbujet "hanya" $13 juta tersebut sukses mengumpulkan $329,398,046 untuk peredarannya di seluruh dunia.
Film terbaru Aronofsky adalah Noah, sebuah film epik yang diangkat berdasarkan kisah kitab suci tentang nabi (tentu saja) Nuh. Tidak tanggung-tanggung, film ini berbujet sangat besar, yaitu $130 juta.
Dengan jumlah uang sebesar itu, tentunya Paramount Pictures sebagai studio yang berada di belakang produksi tentunya harus sangat berhati-hati agar film nantinya tidak terjatuh ke kegagalan dalam peraihan keuntungan.
Sebagai seorang auteur, tentunya Aronofsky memerlukan kontrol penuh terhadap produksi film. Sayangnya, seperti yang dilaporkan oleh The Hollywood Reporter, terjadi ketidaksesuaian visi antara Aronofsky dengan para petinggi Paramount.
Tidak begitu jelas apa penyebab terjadinya friksi tersebut, meski asumsi yang berkembang, berhubungan dengan bagaimana third act film yang dinilai kurang memuaskan setelah tes screening dan pihak studio kemudian meminta dilakukan perubahan.
Tapi, kabarnya Aronofsky menolak untuk mengerjakan perubahan tersebut, seperti yang dikatakan sumber yang dikutip oleh THR, "Darren is not made for studio films. He’s very dismissive. He doesn’t care about [Paramount's] opinion.”
Pertentangan ide antara sutradara dengan studio ini tentunya bukan hal yang aneh. Baru-baru ini World War Z mengalami isu serupa saat Paramount merasa perlu untuk mengubah third act dari film karya Marc Forster tersebut. Untungnya, perubahan tersebut beraspek positif, karena film menjadi lebih solid, meski rasanya hal ini "melukai" visinya sebagai sutradara.
Aronosky memang memiliki nama besar, akan tetapi ia belum benar-benar terbukti sebagai nama yang bisa "dijual" sehingga kemudian dapat memiliki kontrol yang mutlak dan mandiri terhadap karyanya meski bekerja di bawah studio besar. Berbeda kasus dengan Christopher Nolan misalnya, karena memang ia memiliki track record yang cukup bagus di box office.
Meski begitu, baru-baru ini Aronofsky membantah kabar tersebut dengan menyebutkan kabar yang berkembang itu sebagai rumor dan gosip belaka, seperti yang dikutip dari Entertainment Weekly.
Juru bicara Aronosfsky menyebutkan jika Noah merupakan proses panjang dan kolaboratif antara berbagai pihak. Aronofsky dan pihak studio bekerja sama untuk membuat hasil yang terbaik yang bisa mereka lakukan. "To comment on anonymous quotes only gives time and space to false rumors and gossip,” demikian tandasnya.
Semoga saja berita tersebut memang tidak benar dan hubungan Aronofsky dengan studio besar baik-baik saja, serta mereka mampu mengakomodir cita rasa seninya sebagai sutradara.
Untuk membuktikannya, kita tunggu saja filmnya yang akan tayang pada tanggal 28 Maret 2014 nanti.
Noah akan diperankan oleh Russell Crowe. Bintang-bintang lain yang terlibat adalah Jennifer Connelly, Anthony Hopkins, Logan Lerman, Emma Watson, Douglas Booth, Dakota Goyo dan Ray Winstone.