Feature


Kamis, 03 Maret 2022 - 15:11:41 WIB
Perjalanan Sinema Jepang Menuju Oscars 2022
Diposting oleh : Reynaldo Aldo - Dibaca: 1498 kali

Pada Selasa 8 Februari 2022, Oscar telah mengumumkan nominasi film dan film berjudul Drive My Car (2021) karya Hamaguchi  telah mendapatkan nominasi sutradara terbaik, skenario adaptasi terbaik, dan film fitur international terbaik. Drama sentimental dan meditatif yang dibangun oleh Hamaguchi dalam filmnya, telah mencuri perhatian juri Oscar, namun kita perlu melihat bagaimana perjalanan Sinema Jepang hingga melekat dengan Academy Award ? Sinema jepang telah di dekorasi dengan cukup baik di Academy Award, terutama di era keemasannya Sinema jepang pada 1950-an dan 1960-an, seperti Rashomon (1950) karya Akira Kurosawa. Sebelum munculnya kategori fitur internasional terbaik, pada masa periode itu Kurosawa sudah mendapatkan penghargaan dari Oscar. Juga belom lama ini, Shoplifters (2018) karya Hirokazu Kore-eda dinominasikan dalam kategori film internasional terbaik tahun 2018,  dan film Departures karya Yojiro Takita menjadi akhir sejarah dalam sinema jepang dalam memenangkan kategori film Berbahasa  Asing  Terbaik tahun 2008.

Film Ran (1985) karya Akira Kurosawa menjadi satu-satunya film Jepang yang mencetak sebanyak empat nominasi dari Academy Award. Mahakarya Kurosawa dinominasikan untuk sutradara terbaik, sinematografi terbaik, penyutradaraan seni, dan desain kostum terbaik. Kurosawa hanya memenangkan dalam kategori desain kostum terbaik. Hal ini mengingatkan kita dengan Bong Joon Ho dengan filmnya, pada tahun 2020 film yang berjudul Parasite (2019) yang dibesut oleh Bong telah menjadi sejarah dalam memenangkan 4 penghargaan dan 6 nominasi Academy Award dengan bahasa yang bukan dari bahasa inggris. Sebab pada tahun 2016, Oscar telah dikritik dan dibayangi oleh kontroversi tentang kurangnya keberagaman, dan diboikotnya Oscar oleh beberapa aktor dan aktris kulit hitam. Kebanyakan film Oscar didominasi oleh orang kulit putih yang membuat munculnya #OscarsSoWhite. Maka dari itu menarik jika kita melihat film Drive My Car dapat memenangkan penghargaan Academy Award.

Sebenarnya reputasi Sinema Jepang bagi Oscar tidak begitu baik, meskipun Bong Joon Ho telah memboyong 4 penghargaan ditahun 2020. Jika kita melihat pada tahun 2015 Oscar telah memberikan peluang terakhir untuk Studio Ghibli dan menominasikan animasi terbaik pada masa itu, namun The Tale Of The Princess Kaguya (2013) karya Isao Takahata dikalahkan begitu aja oleh Big Hero 6 (2014) dari studio Disney dan ini sejarah yang menyakitkan bagi Isao Takahata dan reputasi Jepang itu sendiri. Mari kita melihat kembali karya Hamaguchi, sebelum melihat film Drive My Car. Hamaguchi telah membangun reputasi yang menakjubkan dalam selama satu tahun terakhir. Dia ikut menjadi penulis dari film bergenre thriller yang berjudul Wife Of A Spy (2020) karya Kiyoshi Kurosawa, yang memenangkan penghargaan sutradara terbaik difestival film Venesia 2020. Kemudian Hamaguchi membuat karya film yang berjudul ‘Wheel of Fortune and Fantasy (2021)’ yang berkompetisi dibarengi Kamila Andini di Berlinale. Narasi yang dibangun oleh Hamaguchi penuh dengan relevansi politik kontemporer, yang sangat populer di Berlinale, dan memenangkan Jury Grand Prix Silver Berlin Bear. 

Film Drive My Car karya Hamaguchi telah mendapatkan penghormatan terbaik ditahun 2021, dan menjadi salah satu film yang paling mendapat pujian kritis di Cannes Festival. Drive My Car menjadi perjalanan dalam menggali trauma, penderitaan, dan perjuangan manusia untuk mengartikulasikan perasaan kita yang paling intens. Karakter dalam film ini telah membangun hubungan yang menarik. Itulah mengapa diawal saya mengatakan film ini sangat sentimental. Selain itu Mise-En-Scene yang dibangun oleh Hamaguchi telah mengembangkan perjalanan menjadi perubahan secara Character Development. Sehingga selama menyaksikan sebuah perjalanan yang dibangun dalam dunia mereka, kita dapat menemukan rasa keganjalan yang menyakitkan saat kita melihat perubahan karakter didalam film ini. Cerita film Drive My Car tidak perlu diragukan lagi sebab film ini merupakan adaptasi cerita pendek dari penulis Jepang yang terkenal yaitu karya Haruki Murakami. Hamaguchi telah menguraikan cerita pendek karya Haruki Murakami dengan mengajak kita untuk merenungkan kesedihan seorang duda yang tidak pernah sepenuhnya yakin akan cinta istrinya. Kafuku adalah aktor dan sutradara teater terpandang. Namun sejak kita dipertemukan oleh istri Kafuku yang selingkuh dengan seorang aktor muda, kita bisa merasakan penderitaan yang dirasakan Kafuku yang terpendam selama 2 tahun setelah kematian yang dialami istrinya dan bahkan Kafuku tidak pernah mengonfrontasinya tentang hal itu ke istrinya.

Tentu akan menarik jika kita melihat film Jepang yang satu ini berkompetisi di Academy Award, dan berharap ada perubahan menarik dalam sejarah sinema Jepang dan Oscar. Namun kita tidak perlu khawatir untuk berharap banyak. Karena bisa saja prasangka ini menjadi menyakitkan perasaan kita. Sehingga kita bisa menerima keputusan juri dengan lapang dada dan menerima hasil yang akan diumumkan pada bulan Maret. Kemudian kita dapat menganggap Oscar akan menjadi ajang acara penghargaan film prestisius yang tidak mengejutkan lagi.


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.