Feature

Senin, 29 November 2021 - 18:56:08 WIB
Jogja-NETPAC Asian Film Festival Kembali Digelar dengan Tema Tenacity
Diposting oleh : Administrator - Dibaca: 678 kali

Sejak diinisiasikan pertama kali pada 2006, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) kembali digelar tahun ini. Mengusung tema Tenacity atau kegigihan, JAFF 16 menawarkan gagasan mengenai kegigihan sinema yang ternyata mampu terus bergeliat di tengah keadaan yang serba tidak pasti. Kegigihan ini merupakan bekal dalam upaya pertahanan kelangsungan sinema Asia Pasifik yang dinilai luar biasa dalam terus mencipta karya serta langkah untuk beradaptasi dengan keadaan.

Tema ini juga merupakan sebuah penggambaran situasi tentang bagaimana kita tetap gigih untuk beradaptasi dalam menjalani kehidupan di era kenormalan baru. “JAFF mampu menggerakkan anak-anak muda yang gigih bergerilya meniti dirinya di dunia film, menggerakkan sebuah kota menjadi oasis kegigihan para gerilyawan film yang bekerja dengan cara masing-masing dan menggerakkan mereka dengan beragam akses informasi dunia film lokal dan internasional dengan terbuka,” ucap Garin Nugroho selaku founder JAFF.

Berbeda dengan tahun sebelumnya yang secara penuh diselenggarakan dengan metode daring, kali ini JAFF dihelat secara hybrid: luring dan daring. JAFF kembali ke lokasi pemutaran yang bertempat di Empire XXI Yogyakarta setelah terakhir diselenggarakan di sana pada 2019 silam. Hal ini adalah upaya JAFF memberikan ruang untuk mempertemukan kembali film dengan penontonnya secara langsung tanpa mengurangi pengalaman sinema yang ideal. Selain itu, JAFF juga memfasilitasi para penonton yang tak dapat datang secara langsung dengan kembali berkolaborasi bersama KlikFilm dalam program pemutaran daring dan Public Lecture.

Gelaran JAFF 16 menghadirkan 115 film dari 15 negara Asia Pasifik yang berhasil lolos kurasi mengalahkan lebih dari 400 film dari berbagai negara yang didaftarkan. Kelimabelas negara yang terlibat adalah Australia, Singapore, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand, Filipina, Myanmar, Laos, Taiwan, Japan, China, Korea Selatan, Sri Lanka, India, Tajikistan, Uzbekistan, Kazakhstan, Iran, Turki, Qatar, Austria, Jerman, Britania Raya, Belanda, Prancis, Spanyol, Mesir, Saudi Arabia, Palestina, Amerika Serikat, Mexico, dan Kolombia.

Adapun ke-115 film tersebut terdiri dari 46 film panjang dan 69 film pendek yang tergabung dalam program kompetisi dan non-kompetisi. Program kompetisi ini terbagi menjadi kompetisi film feature pada program Main Competition yang memperebutkan Golden dan Silver Hanoman Awards dan kompetisi film pendek dalam program Light of Asia yang memperebutkan Blencong Awards. Selain kedua program tersebut, JAFF memberikan penghargaan pada para sutradara yang menelurkan karya film feature pertama dan keduanya dalam kompetisi NETPAC Awards.

Film-film Indonesia yang akan ditayangkan tahun ini akan berkompetisi dalam program JAFF Indonesian Screen Awards yang memperebutkan penghargaan Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Naskah Terbaik, Pemeran Terbaik, dan Sinematografi Terbaik. Di samping program kompetisi, JAFF mempersembahkan seleksi film-film terbaik Asia Pasifik yang tergabung dalam program Asian Perspectives dan beberapa program unggulan lain seperti Layar Indonesiana, Indonesian Film Showcase, Layar Komunitas, Classic, dan Retrospective: Gunawan Maryanto.

Tahun ini, film-film Indonesia yang telah berkeliling ke banyak festival internasional akhirnya untuk pertama kalinya ditayangkan di Indonesia. Penyalin Cahaya (2021) yang disutradarai Wregas Bhanuteja mendapat penghargaan Nominee for New Currents, Busan International Film Festival 2021 dan menyabet 12 Piala Citra masuk ke dalam program Main Competition bersama dengan film Yuni (2021) karya Kamila Andini yang memenangkan penghargaan Platform Prize, Toronto International Film Festival 2021 dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) karya Edwin yang sebelumnya menyabet penghargaan tertinggi dalam Locarno International Film Festival 2021, penghargaan Golden Leopard.

Tak hanya film-film feature, JAFF menayangkan film pendek Indonesia Laut Memanggilku karya Tumpal Tampubolon yang mendapat penghargaan Sonje Award (Asia), Busan International Film Festival 2021 Best Short Film dan Film Pendek Terbaik Festival Film Indonesia 2021 dan Dear To Me (2021), karya Monica Vanesa Tedja yang mendapatkan Special Mention Open Doors Shorts, Locarno Film Festival 2021. Keduanya berkompetisi di program Light of Asia.

Film-film pilihan ini masuk ke dalam program JAFF karena dirasa mampu mewakili semangat sineas yang mencerminkan geliat dan potensi filmmaker Indonesia yang mampu bersaing di kancah internasional. “Kami berharap adanya JAFF mampu menjadi medium untuk menayangkan film-film yang sebelumnya hanya eksklusif beredar di kancah Internasional. JAFF ingin memberikan ruang untuk film-film ini dinikmati oleh masyarakat Indonesia,” tutur Ifa Isfansyah, Direktur Festival JAFF.

Selain program tersebut, tahun ini JAFF mempersembahkan program khusus mengenang seniman Gunawan Maryanto melalui program Retrospektif: Gunawan Maryanto yang akan menayangkan film-film yang dibintangi beliau, Istirahatlah Kata-Kata (2016) dan The Science of Fictions (2019). Kedua film tersebut sebelumnya untuk pertama kali ditayangkan di JAFF setelah berkeliling di festival internasional. Meskipun demikian, antusiasme penonton untuk kembali menyaksikan sosok Gunawan Maryanto di layar lebar membuat program ini juga banyak diminati.

“Sosok Gunawan Maryanto tak hanya mampu menghipnotis para penonton untuk ikut tenggelam dalam performanya sebagai aktor tapi juga patut dikenang sebagai sosok yang dekat dengan kami, yang tak berhenti mendukung JAFF sedari dulu. Maka dari itu, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih atas jasa-jasa beliau dengan cara mengenangnya melalui film,” ucap Ifa Isfansyah.

Public Lecture sebagai program non-pemutaran film turut memeriahkan JAFF 16. Terdapat 4 sesi Public Lecture di antaranya adalah, “Theme Discussion: Tenacity” dengan pembicara Yulia Evina Bhara, Wregas Bhanuteja, dan dipandu oleh Budi Irawanto, Content and Programming dengan John Badalu dan Alexander Matius akan dipandu oleh Ifa Isfansyah, serta South East Asia Cinema Nowadays bersama Apichatpong Weerasethakul yang dipandu Kamila Andini.

JAFF 16 secara resmi dibuka di Empire XXI Yogyakarta dengan penayangan film A Hero (2021) karya Asghar Farhadi secara serentak di seluruh studio. Rangkaian acara pembukaan juga menggunakan metode penayangan sambutan dan rangkaian hiburan berbentuk video guna meminimalisir acara seremonial langsung yang berpotensi menimbulkan kerumunan. Acara pembukaan JAFF 16 diisi oleh Ari Wulu dan Komunitas Gayam 16 yang dapat disaksikan secara langsung melalui KlikFilm.

Pemilihan film A Hero (2021) dirasa tepat sebagai representasi semangat kegigihan yang digaungkan oleh JAFF. Film asal Iran ini menceritakan tentang Rahim, seorang bapak, yang harus masuk penjara karena tidak mampu membayar hutangnya. Selama cuti dari penjara, dia ingin menarik pengaduan atas hutang yang diemban, tetapi ternyata rencananya tak berjalan semulus yang ia pikir. Karya film ini berhasil menyabet penghargaan Grand Prix di kompetisi Palme d Or Cannes Film Festival dan merupakan perwakilan negara Iran untuk nominasi Best International Feature Film pada 94th Academy Awards mendatang.

Upacara pembukaan yang diadakan pada Sabtu, 27 Desember 2021 berjalan lancar dan meriah. Meskipun hujan mengguyur Yogyakarta sedari pagi, semangat para pengunjung tidak patah. Lima studio Empire XXI Yogyakarta terisi penuh oleh para pengunjung yang tak hanya berasal dari Yogyakarta, tapi juga dari beberapa daerah di luar Yogyakarta dan Jawa Tengah. Festival dibuka dengan sambutan singkat dari para direksi, Budi Irawanto sebagai Festival President, Ifa Isfansyah sebagai Festival Director, dan Alexander Matius sebagai Program Director. Selain itu, sambutan dari Sultan Hamengkubuwono X yang diwakili oleh Gubernur DIY, dan Ahmad Mahendra, S.Sos., selaku Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga mengisi rangkaian upacara pembukaan JAFF 16.

“Dalam ranah yang lebih luas, Tenacity bisa dipahami sebagai semangat kegigihan dari sinema Asia dalam mengatasi berbagai persoalan serta merumuskan respon yang inovatif dalam menjawab tantangan,” tutur Budi Irawanto membuka JAFF 16. Budi Irawanto bersama para jajaran panitia JAFF 16 mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh rekanan yang setia mendukung JAFF sehingga tahun ini dapat mewujudkan JAFF sebagai ruang tonton yang aman untuk menampilkan semangat inovasi dari para pembuat film di Asia Pasifik.

Antusiasme para pecinta film untuk kembali mengalami sinema terasa sangat semarak. Tercatat lebih dari lima film yang habis terjual kurang dari 30 menit sejak dibuka. Adanya pembatasan jumlah penonton demi kesehatan dan meminimalisir keramaian akibat dari masa era pandemi membuat para penonton mesti rebutan untuk memesan tiket film pilihan mereka. Namun, hal tersebut tidak menjadi kendala bagi penikmat lain yang tidak dapat menikmati secara langsung karena film-film di JAFF juga tersedia di KlikFilm bagi siapapun yang ingin menonton dengan berlangganan jangka pendek.

“Di saat krisis terjadi seperti sekarang ini dan sinema berada di titik terendahnya, ternyata hal yang paling dasar yang harus dilakukan untuk membela sinema adalah dengan menonton sinema itu sendiri. Penting sekali kita mengambil posisi sebagai penonton, siapa pun kita," ujar Ifa menanggapi hal ini.

JAFF 16 akan dilaksanakan secara delapan hari berturut-turut terhitung sejak hari ini hingga 4 Desember 2021. Seluruh tiket dapat dipesan melalui aplikasi atau website M-Tix dan TIX ID. Untuk informasi lebih lengkap mengenai JAFF 16 dapat diakses secara terbuka di sosial media resmi JAFF @jaffjogja atau website JAFF www.jaff@film-fest.org


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.