Visinema Pictures merilis teaser film dokumenter pertama dan terbaru, PULAU PLASTIK, di kanal Youtube-nya (bit.ly/teaserpulauplastik). Film ini disutradarai oleh Dandhy Laksono dan Rahung Nasution, diproduseri oleh Lakota Moira, dengan Angga Dwimas Sasongko dan Ewa Wojkowska sebagai produser eksekutif. Menurut Angga Dwimas Sasongko, “PULAU PLASTIK adalah proyek yang penting. Dandhy dan Rahung merupakan sutradara dokumenter yang memiliki visi dan kedalaman setiap menggarap sebuah isu. Dedikasi Robi menjalankan kampanye PULAU PLASTIK selama ini juga menjadi faktor penting mengapa proyek ini perlu diperjuangkan. Selebihnya, apa yang ada di dalam film ini merupakan kegelisahan personal saya sehingga bergabung bersama para pembuat film ini adalah kehormatan buat kami di Visinema.”
Pengambilan gambar dilakukan pada 2019 silam, selama enam bulan di pulau Bali dan Jawa. Dengan gaya dokumenter yang menghibur tapi serius, film PULAU PLASTIK mengangkat isu plastik dan gerakan anak bangsa ke layar lebar. Diiringi musik pergerakan, film ini merupakan catatan perjalanan Gede Robi, vokalis band rock Navicula asal Bali, Tiza Mafira, pengacara muda asal Jakarta, dan Prigi Arisandi, ahli biologi dan penjaga sungai asal Jawa Timur dalam menelusuri sejauh mana jejak sampah plastik menyusup ke rantai makanan kita, dampaknya terhadap kesehatan manusia, dan apa yang bisa dilakukan untuk menghentikannya.
PULAU PLASTIK merupakan film dokumenter sekaligus kolaborasi aksi antara Visinema Pictures, Kopernik, Akarumput, dan Watchdoc dalam menyikapi pencemaran sampah plastik di pulau Bali dan sekitarnya. Plastik pada awalnya merupakan solusi untuk menekan laju deforestasi dengan mengurangi penggunaan kantong kertas berlebihan. Material plastik yang praktis kemudian digunakan secara massal sebagai bahan dasar kemasan dan produk-produk komersial lainnya yang setelah tak terpakai menumpuk menjadi sampah tak terurai. Solusi global dengan motif ekonomi dan penyelamatan lingkungan dalam waktu singkat berubah menjadi masalah global baru. Masalah ini juga diperparah dengan pola perilaku dan gaya hidup konsumtif masyarakat.
Seperti yang dituturkan Gede Robi di teaser film ini, Indonesia menjadi negara terbesar kedua penyumbang sampah plastik ke lautan. Sampah plastik kemasan sekali pakai dan mikroplastik yang mencemari lautan dan ditelan oleh hewan laut telah kembali ke meja makan kita. Makanan yang kebanyakan dihasilkan dari laut telah terkontaminasi dan terakumulasi di dalam tubuh kita. Kehadiran film PULAU PLASTIK ini menjadi penting untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya sampah plastik dan melakukan perubahan yang berkelanjutan.
Film ini mengajak kita untuk melakukan perubahan yang bisa dimulai dari diri sendiri di lingkungan terkecil untuk lebih peduli dan lebih bijak dengan menolak pemakaian produk dan kemasan berbahan plastik sekali pakai. Kembali menerapkan kearifan lokal dengan menggunakan tas/keranjang belanja, menolak sedotan plastik, atau membawa kotak bekal sendiri merupakan contoh langkah nyata yang bisa dilakukan. “Sudah banyak inisiatif serta beragam solusi yang kita miliki saat ini. Mari bersama-sama menjadi bagian dari solusi tersebut dengan melibatkan komunitas, pihak swasta, serta pemerintah.” ujar Ewa Wojkowska, Chief Operating Officer Kopernik, yang juga produser eksekutif film ini.
Film PULAU PLASTIK akan tayang di bioskop tahun 2021 ini.