Feature


Sabtu, 20 April 2019 - 22:05:11 WIB
Okinawa International Movie Festival 2019 Dibuka dengan Pesan Kuat Soal Keluarga
Diposting oleh : Taufiqur Rizal (@TarizSolis) - Dibaca: 1298 kali

Laporan oleh Daniel Irawan (@danieldokter) langsung dari Okinawa, Jepang.

Okinawa International Movie Festival (OIMF), festival film yang diselenggarakan tahunan di Okinawa, Jepang, sejak dihidupkan kembali pada tahun 2009 silam oleh Yoshimoto Kogyo memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan rata-rata festival film internasional lainnya.

Tetap mengusung tema Laugh & Peace sebagai skup terbesarnya, pilihan film-film yang ditayangkan lebih mengarah ke genre drama dan komedi dengan tema-tema yang mengusung tawa dan kedamaian. Selain itu, bukan hanya soal film, OIMF juga menggelar pesta dan perayaan budaya kesenian lain dari musik, tari, karya-karya baru dari tiap prefektur kawasannya hingga pertunjukan komedi sebagai salah satu fondasi Yoshimoto Kogyo di industri hiburan Jepang.

Resmi dibuka Kamis, 18 April 2019, seluruh tamu dan undangan ikut menyambut upacara pembukaan yang diselenggarakan di salah satu hotel terbesarnya, ANA Crowne Plaza Okinawa Harborview. Dibuka oleh MC Ayako Kisa dan Yuichi Kimura, CEO Yoshimoto Hiroshi Osaki tampil untuk menyapa audiensnya.

“Walaupun saya berasal dari Osaka, saya selalu merasa bahagia untuk kembali ke Okinawa”, kata Osaki memulai sambutannya. Ia kemudian menyebutkan rencana konferensi pers untuk memperkenalkan platform-platform baru Yoshimoto untuk berkolaborasi dalam bentuk-bentuk hiburan yang ada buat seluruh Asia.

Sebelum Walikota Naha Mikiko Shiroma tampil berikutnya, gubernur Okinawa Denny Tamaki mengirimkan pesan khusus bagi Osaki dan Yoshimoto atas kesuksesannya mempertahankan OIMF sejak 2009 hingga sekarang dalam membawa peringatan budaya dan kesenian tersebut.

Shiroma mengatakan bahwa ada energi yang ia rasakan bersama penyelenggaraan festivalnya, dan bukan hanya di Naha, tapi juga ke seluruh 41 kawasan Okinawa. Walikota Ginowan, Masakuri Matsukawa, kawasan yang dulu menjadi titik utama panggung hiburan pembuka dan penutup OIMF juga ikut tampil menyampaikan orasinya.

Komedian dan pelaku seni rakugo Katsura Bunshi kemudian resmi membuka OIMF dengan ajakan toast dari atas panggung. “Mensore”, yang berarti “Selamat Datang”, ia lantunkan bersama semangat persahabatan yang diusung OIMF sesuai subtemanya tahun ini, “Transform! Follow Your Heart”.

Setelah upacara pembuka, ada 2 film bertema keluarga yang ditayangkan sebagai film pembuka OIMF tahun ini. Salah satunya, termasuk yang paling ditunggu adalah Keluarga Cemara, film produksi Visinema Pictures arahan Yandy Laurens yang diangkat dari novel dan serial terkenal besutan Arswendo Atmowiloto. Kesuksesan Keluarga Cemara awal tahun ini di sinema Indonesia juga merambah Sakurazaka Theater, bioskop alternatif di kawasan Kokusai-dori Okinawa, dengan penonton yang memenuhi hall tempat pemutarannya.

Yandy Laurens yang hadir bersama Widuri Puteri – pemeran Ara, tampil dalam stage appearance dipandu oleh komedian-komedian Yoshimoto Indonesia. Ia menjelaskan bahwa ketertarikannya pada Keluarga Cemara dipicu oleh pemikiran bahwa Indonesia perlu film keluarga yang baik. Ada relevansi yang diusung oleh Keluarga Cemara yang bukan saja hanya sekadar bercerita soal interaksi keluarga, tapi juga makna memiliki dan dimiliki yang tertuang pada lirik theme song legendarisnya, Harta Berharga.

Selain Keluarga Cemara, pada jam yang berdekatan juga ditayangkan film kolaborasi Jepang – Vietnam, Daddy Issues. Sama-sama punya penekanan kuat soal keluarga di slot Special Invitation tahun ini, Daddy Issues merupakan karya penyutradaraan kedua dari Ken Ochiai yang dibuat di Vietnam dan dibintangi oleh komedian Vietnam ternama Thau Hoa bersama aktor cilik Kaity Nguyen.

Template komedi fantasi yang senada dengan Like Father, Like Son, komedi Hollywood tahun 1988, juga sudah dibuat oleh Jepang bahkan Korea sebelumnya, ada dibalik plot seorang single father yang harus bertukar jiwa dengan putri kecilnya selama 7 hari oleh kuasa almarhum sang istri. Ketika sang ayah bergulat dengan perjuangan putrinya termasuk dalam pertunjukan ballet, si anak harus merasakan sulitnya usaha sang ayah untuk menjadi satu-satunya orang yang bisa melindunginya.

Sama seperti Yandy untuk Keluarga Cemara, Ochiai juga menyatakan pandangannya bahwa tak seperti di waktu-waktu lalu, keluarga-keluarga di Vietnam sekarang kebanyakan merupakan keluarga kecil dibandingkan kecenderungan di Jepang, sehingga ia merasakan ini adalah saat yang tepat membawa cerita tersebut untuk dipindahkan ke set Vietnam.

Melengkapi dua film bertema keluarga, seperti di tahun-tahun sebelumnya, program tahunan Sakurazaka Film University yang berisi live commentary dari para pakar film Jepang tahun ini memutarkan film Telugu tahun 2009, Magadheera karya S.S. Rajamouli setelah kesuksesan Baahubali di OIMF terdahulu.

Unsur komedi yang mengiringi tema fantasi epik di Magadheera menjadi titik berat pengenalan film ini bagi presenter-komedian Yoshimoto, Nobuhiko Ohtani dari grup duo Dainoji yang membuka penayangannya. Didampingi komedian Colocolo Peppers dan Miki dari duo Kamaitachi, juga komedian solo Ken Koga, penayangan Magadheera berlangsung meriah dengan penonton yang meramaikan dengan tamburin dan glow sticks di sepanjang durasinya.


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.