Di kalangan penikmat film horor, Pocong 2 (2006) arahan Rudi Soedjarwo (Ada Apa Dengan Cinta?, Mengejar Matahari) memang acapkali disebut-sebut sebagai tontonan seram paling menakutkan yang pernah dibuat oleh sineas Indonesia. Pun begitu, adakah diantara kalian yang menyadari bahwa kita tidak pernah melihat keberadaan dari film perdananya? Penonton mendadak disuguhi instalmen kedua lalu berlanjut ke Pocong 3 (2007), tapi tanda-tanda seri pembuka masih tidak kunjung nampak. Apa pasal?
Apabila kalian telah mengikuti perkembangan sinema Indonesia sedari masa-masa kebangkitannya, tentu mengetahui bahwa Pocong (2006) terbentur oleh sensor. Lembaga Sensor Film (LSF) meninggalkan banyak sekali catatan untuk film ini yang salah satunya menunjukkan keberatan terhadap isu yang diangkat yakni tragedi 1998. Setelah mengalami proses berliku selama beberapa hari, LSF akhirnya memutuskan untuk tidak memberikan izin tayang bagi film keluaran Sinemart tersebut lantaran khawatir akan menciptakan kegaduhan.
Setelah lebih dari satu dekade mendekam, Monty Tiwa yang dulunya bertindak selaku penulis skenario dan kemudian dipercaya mengomandoi Pocong 3 akhirnya memutuskan untuk mempertontonkannya ke hadapan publik. Bukan dalam format asli maupun restorasi, melainkan berbentuk interpretasi baru. Dibawah naungan rumah produksi Starvision, Monty bersama sang kakak, Eric Tiwa, melakukan modifkasi terhadap naskah sehingga jalinan penceritaan yang dikedepankan terasa relevan dengan situasi sosial politik masa kini.
Salah satu modifikasi yang dilakukan adalah memberi kompleksitas atau kedalaman terhadap karakter antagonis dalam film ini. Si pocong yang semasa hidupnya digambarkan sebagai kriminal dikisahkan memiliki motivasi tersendiri atas tindakannya alih-alih hanya ingin berbuat jahat dan menyengsarakan orang lain. Kehadiran motivasi ini diharapkan mampu memanusiakan karakter bersangkutan sehingga penonton pun bisa memahami tindakan-tindakannya.
"Sebagai seorang kreator, saat saya membuat karya itu rasanya seperti mengurus anak sendiri. Analogi saya mengenai Pocong ini seperti saya mempunyai anak selama 13 tahun yang disayang tapi tidak boleh berkembang," ujar Monty Tiwa yang kini turut bertindak sebagai sutradara melalui konferensi media sekaligus pemutaran perdana Pocong The Origin di Epicentrum XXI, Jakarta, pada Kamis (11/4) mengenai status Pocong yang selama ini terkatung-katung.
Dalam versi pembaharuan ini, penonton dipertemukan dengan karakter bernama Sasthi yang diminta untuk menguburkan jenazah ayahnya, Ananta, di kampung halamannya setelah sang ayah dieksekusi mati oleh negara akibat tindakan kriminalnya. Ditemani oleh seorang sipir penjara, Yama, mereka pun harus melewati perjalanan panjang di tengah malam dimana gangguan-gangguan dari makhluk gaib terus membayangi. Tidak hanya dari para memedi, gangguan juga muncul dari seorang jurnalis, Jayanthi, yang menyimpan dendam terhadap Ananta.
Guna menghidupkan karakter-karakter ini, tim kasting pun memercayakannya kepada Nadya Arina, Samuel Rizal, Surya Saputra, Della Dartyan, Tyo Pakusadewo, Yama Carlos, Yeyen Lidya, Yusril Fahriza, Ananta Rispo, Reza Nangin, Egi Fedly serta Ozzol Ramdhan. Menurut rencana, Pocong The Origin sudah bisa ditonton oleh khalayak ramai mulai 18 April mendatang.