Apabila kamu adalah penggemar berat rangkaian seri Dilan rekaan Pidi Baiq – atau cukup mengikuti perkembangan dunia sastra di Indonesia – tentu mengetahui bahwa seri ini tidak hanya terdiri atas dua jilid saja. Disamping Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990 yang versi layar lebarnya telah menyapa publik pada Januari tahun lalu dan Dilan Bagian Kedua: Dia adalah Dilanku Tahun 1991 yang versi adaptasinya segera tayang di bioskop pada Februari mendatang, masih ada seri ketiga.
Mengusung tajuk Milea: Suara dari Dilan, seri ini mungkin dianggap sebagai konklusi dari dua seri terdahulu. Kenyataannya, guliran pengisahan dalam seri ini mengambil latar bersamaan dengan jilid pertama dan kedua. Yang kemudian membedakannya adalah sudut pandang yang digunakan. Alih-alih Milea yang bernarasi, kini giliran Dilan yang turun tangan. Pembaca berkesempatan untuk mengenal lebih jauh sisi lain dari Dilan yang belum pernah diceritakan oleh Milea sekaligus melihat suatu peristiwa dari kacamata berbeda.
Seperti halnya “sang kakak”, Milea: Suara dari Dilan pun diekranisasi oleh Max Pictures selaku rumah produksi ke dalam medium audio visual. Yang tidak disangka-sangka, film berjudul singkat Milea ini ternyata telah merampungkan tahapan pengambilan gambar. Diakui oleh Fajar Bustomi (Winter in Tokyo, Surat Kecil Untuk Tuhan) yang menempati kursi penyutradaraan bersama Pidi Baiq bahwa proses syuting Milea dilangsungkan berbarengan dengan Dilan 1991 yang dimulai sedari awal November hingga Desember lalu selama 41 hari.
Bukan perkara efisiensi, tahap produksi yang dihelat secara back to back ini dilakukan demi menjaga kontinuitas. Tumbuh berkembangnya fisik para pemain, khususnya Iqbaal Ramadhan yang berperan sebagai Dilan dan Vanesha Prescilla sebagai Milea, menjadi hal paling disorot oleh tim produksi. Sebagai contoh, demi bermain di Dilan 1991, Iqbaal harus menyusutkan berat badannya yang melonjak sebanyak 12 kg agar fisiknya menyerupai karakter yang dimainkan di film pertama.
Apabila tim produksi menunggu beberapa bulan lagi untuk mengeksekusi Milea seraya menunggu Iqbaal kembali ke tanah air ditengah libur menempuh studi di Amerika Serikat, resikonya akan semakin tinggi. Bukan tidak mungkin, fisik Iqbaal akan sama sekali berbeda yang tentunya bakal menyulitkan pembuatan Milea yang rentang penceritaannya berada di waktu bersamaan dengan Dilan 1990 dan Dilan 1991 ini.
“Para pemain remaja yang berlakon di sini cepat sekali berubahnya secara fisik. Kalau produksi film ketiga ditunda, perubahan mereka mungkin lebih banyak lagi sehingga berpotensi menghilangkan kesan SMA. Tidak ada kemiripan dengan film pertama dan film kedua. Jadi alasan sebenarnya mengapa kita syuting sekarang, ya karena berusaha menjaga kontinuitas,” papar Fajar.
Meski proses syuting Milea sudah dinyatakan rampung, para penggemar mesti bersabar menantikan kehadirannya di layar lebar. Menurut rencana, Milea baru akan dilepas ke berbagai jaringan bioskop pada libur Lebaran di tahun 2020 mendatang.