Feature


Rabu, 18 Oktober 2017 - 19:45:43 WIB
Kyoto International Film & Art Festival 2017
Diposting oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 2520 kali

Dari Warisan Budaya, Perayaan Seabad Usia Anime Sampai Dukungan Yoshimoto Untuk Program SDGs PBB

oleh

Daniel Irawan  (@DanielDokter)           

 

Resmi dibuka pada tanggal 12 Oktober lalu di situs historikal terkenal Kyoto, kuil Nishi Hongan-ji, Kyoto International Film and Art Festival (KIFF) 2017 dihadiri oleh sejumlah insan film Jepang terkenal. Dengan konsistensi mengusung keberadaan Kyoto sebagai rumah pertama sinema Jepang sejak re-branding festival berskup lokal oleh Yoshimoto Kogyo di tahun 2014, mereka tetap melaju dengan berbagai pembaharuan. Namun satu hal yang sangat perlu dicatat adalah kemasannya yang tak hanya berisi film, tapi juga mengedepankan seni budaya sebagai Art Festival.

 ©2017 kiff.kyoto.jp

Tetap mengusung warisan budaya Kyoto yang kental dalam sejarah negaranya, seremoni pembuka tahun ini menggelar tarian tradisional Geisha, salah satu jejak budaya Jepang terbesar di Kyoto bersama karpet merahnya, Dalam seremoni itu, KIFF mengumumkan peraih dua penghargaan tertinggi festivalnya, Shozo Makino Award dan Toshiro Mifune Award, yang masing-masing untuk sineas dan aktor yang masih terus berkarya mengukir sejarah dalam perkembangan sinema Jepang.

 

Shozo Makino Award dan Toshiro Mifune Award

Penganugerahan Shozo Makino Award sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1958, bahkan festival lokal dengan bandrol Kyoto Film Festival yang sempat terhenti sebelum akhirnya digagas ulang oleh Yoshimoto dengan skup internasional. Tahun ini menandai usia ke-50 pemberian penghargaan yang ditujukan untuk meneruskan kiprah serta warisan talenta Shozo Makino yang sering disebut-sebut sebagai Bapak Sinema Jepang.

Penerima Shozo Makino Award di KIFF 2017 adalah produser Jiro Shindo yang dikenal dari sejumlah sinema arthouse Jepang seperti A Last Note (1995) hingga Postcard (2010). Tampil menerima penghargaan yang diserahkan oleh Masahiko Tsugawa, aktor veteran sekaligus cucu Shozo Makino, Shindo mengatakan bahwa ia sangat mengagumi karir Tsugawa, dan penghargaan ini sangat berarti karena ayah Shindo, sutradara legendaris Kaneto Shindo, juga pernah dianugerahkan penghargaan yang sama.

Pada penganugerahan yang tepat menginjak usia ke-50 ini, Shozo Makino Award kini didesain oleh artis lokal Takahiro Kondo dengan teknik silver mist-glaze, signature unik Kondo sebagai desainer/pengrajin keramik terkenal Jepang. Sebelum menuruni panggung, Shindo menambahkan, “Tanpa Kyoto sebagai kota kelahiran sinema Jepang, kami tidak akan hidup dan dikenal sebagai filmmaker”.

Aktor Tadanobu Asano (tengah) ©2017 kiff.kyoto.jp

Sementara Toshiro Mifune Award, untuk tahun ini dianugerahkan bagi aktor terkenal Jepang, Tadanobu Asano. Juga diberikan bersama uang tunai sejumlah 1 juta JPY, pemilihan penghargaan ini merupakan hasil seleksi dari komite yang tahun ini terdiri dari nama-nama yang cukup dikenal di sinema Jepang; Teruyo Nagami, Tadao Sato, Daisaku Kimura, Kazuyoshi Okuyama dan Rikiya Mifune sebagai penerus aktor yang dijadikan inspirasi penghargaan itu, diserahkan oleh Tadao Sato, kritikus film Jepang.

Menerima penghargaan itu, Asano mengatakan bahwa ia sangat berterimakasih dan akan terus mengeksplorasi karakter-karakter berbeda dalam pemilihan peran. Bagi Asano, sosok Mifune selalu menjadi inspirasinya untuk mengeksplorasi akting.

 

Creator’s Factory Award

Pertama kali digelar di edisi ke-5 festival film internasional saudaranya, Okinawa International Movie Festival (OIMF), juga digagas oleh Yoshimoto, penghargaan bernama Creator’s Factory ini ditujukan bagi generasi talenta-talenta budaya Jepang terutama Kyoto sebagai kota penyelenggaraannya. Tak hanya bagi filmmaker, untuk KIFF, penghargaan tersebut juga diberikan pada talenta-talenta lain dalam ranah diversifikasi hiburan yang luas dari musik, fotografi, anime, perancang busana hingga pekerja seni tradisional kontemporer termasuk lukisan dan kerajinan tangan lainnya.

Dibagi dalam dua segmen seperti fusi film dan art di festivalnya, dari 150 submisi film dan 169 submisi seni lain, KIFF menganugerahkan hadiah utama Grand Prize dan hadiah kedua masing-masing pada sutradara muda Shun Nakagawa dan Kazuya Murayama, sementara di Outstanding Performance Award pada Junta Yamaguchi dan Takeshi Kogehara. Di segmen art, penerima Creator’s Factory Awards adalah fotografer Yoshinori Tanaka dan desainer/art director Michitaka Nakamura di Kids Section.

 

Perayaan Seabad Anime

KIFF 2017 juga tak mau ketinggalan menyorot momen penting soal anime. Menginjak usia 100 tahun sejak pertama kali ditayangkan di Jepang di tahun 1917, tahun ini merupakan tahun penting bagi keberadaan animasi Jepang yang sudah terbentuk menjadi bagian yang sangat signifikan dalam budaya mereka, juga dalam menyebarkan pengaruhnya ke animasi dunia.

Dalam segmen animasi pertama yang dihadirkan KIFF, bukan hanya ada pemutaran film-film animasi pilihan, tapi juga event-event terkait seperti simposium dan talkshow untuk merencanakan pengembangan industri anime oleh Yoshimoto. Dalam simposium itu, Chairman KIFF Ichiya Nakamura mengangkat topik Wisata Anime (Anime Tourism) yang dalam konsep dasarnya menggabungkan tiga hal penting yang saling terkait; anime, wisata dan kultur tradisional Kyoto sebagai salah satu prefektur dengan situs bersejarah terbanyak di Jepang, juga dulu merupakan pusat pemerintahan dan budaya Jepang.

KIFF juga memilih anime The Eccentric Family (Uchuoten Kazoku) yang diangkat dari novel berjudul sama karya Mihiko Morimoto untuk menjadi duta anime Kyoto yang mereka namakan ‘Special Kyoto Goodwill Ambassador’, atas plot yang mengangkat Kyoto modern sebagai set-nya. Tiga pembicara lainnya, Dai Kusaki dari Badan Pariwisata Kyoto, Takayoshi Yamamura, profesor dari Universitas Hokkaido dan Nobuhiro Kikuchi, direktur eksekutif dari PH anime Progressive Animation Works yang berbasis di Toyama, masing-masing menyampaikan visi mereka soal keberadaan Kyoto yang cukup penting dalam industri ini.

Kyoto, menurut mereka, memiliki 38 sekolah anime, juga situs wisata Toei Studio Park yang juga dikenal dengan nama Eigamura (Movie Village) yang selalu ramai dikunjungi turis baik lokal maupun internasional yang ingin menapak jejak genre ini dari segudang produksi Toei, berikut Kyoto International Manga Museum yang menurut data departemen pariwisata mereka bisa meraih 2,7 juta pengunjung setiap tahunnya.

Nobuhiro Kikuchi dari Progressive Animation Works, PH anime yang memproduksi The Eccentric Family, juga percaya bahwa industri anime akan berkembang semakin besar dengan adanya budaya-budaya baru dari cosplay hingga merchandise, sementara manga dan games juga merupakan elemen yang menyatu dan terus berkembang dengan industrinya. Dunia industri animasi, menurutnya, merupakan unsur yang sangat ampuh untuk mendatangkan lebih banyak lagi turis ke kota mereka.

Sejumlah film animasi yang ditayangkan selama KIFF berlangsung adalah The Dog of Flanders (Yoshio Kuroda, 1997), Rurouni Kenshin: Trust and Betrayal (Kazuhiro Furuhashi, 1999), Hakuoki: Demon of the Fleeting Blossom – Wild Dance of Kyoto (Osamu Yamazaki, 2013), I Want to Let You Know that I Love You (Tetsuya Yanagisawa, 2016), kumpulan animasi pendek dari G9+1 Project (grup penulis animasi tertua di Jepang), serta omnibus anime berjudul Anime Tango 2016, karya 4 sutradara anime muda pemenang proyek Young Animator Development Project dari pemerintah mereka.

 

Dukungan Yoshimoto Untuk Program SDGs

Melanjutkan kerjasama KIFF untuk mendukung program PBB/UN, SDGs (Sustainable Development Goals) yang diinisiasi tahun lalu, pimpinan sentra informasi PBB untuk Jepang, Kaoru Nemoto juga diundang tampil ke panggung untuk memberikan sambutan dalam seremoni pembuka, dan serangkaian wawancara dengan media. Ia merasa KIFF sangat akomodatif dalam membantu kampanye program PBB yang dicanangkan dalam waktu 15 tahun ke depan ini.

Seperti dukungan yang di tahun ini sudah dimulai dari OIMF, Nemoto merasa bahwa tema Laugh and Peace dalam festival itu sangat senada dengan KIFF yang juga membawa konsep art ke dalamnya. Terlebih lagi, ada kekuatan tawa serta komedi yang menurutnya sangat komunikatif untuk memperluas kesadaran terhadap program PBB ini. Kampanye oleh PBB sendiri menurutnya tak akan memunculkan gaung yang luas tanpa bantuan para selebritis.

Jeffrey A Brez & Kaoru Nemoto. ©2017 @danieldokter

Bersama Nemoto, juga hadir Jeffrey A. Brez yang menjabat sebagai Chief of NGO Relations and Advocacy Section of the United Nations Department of Public Information, New York. Kehadiran Brez ke KIFF sekaligus mengenalkan kerjasama PBB dengan sejumlah aktivis programnya dari kalangan selebritis-filmmaker, salah satunya Leonardo Di Caprio, dan berharap KIFF jadi salah satu platform yang akan semakin menyebarkan kesadaran tersebut terutama di Asia. Sebuah komedi spesial dari komedian-komedian Yoshimoto digelar dengan tema SDGs dalam pertunjukan live di hari kedua festivalnya.

 

Film-Film yang Ditayangkan

KIFF 2017 dibuka dengan sebuah film samurai klasik tahun 1969 karya sutradara Hideo Gosha, Tenchu! (Hitokiri), yang juga menjadi bagian dari program retrospektif karya-karya Gosha lainnya. Tayangan pembuka itu dipresentasikan oleh Kazuyoshi Okuyama, produser veteran Jepang, aktris era ‘50an Tamao Nakamura yang pernah menikah dengan aktor legendaris Shintaro Katsu (juga pemeran utama Tenchu!) beserta Tomoe Gosha, putri sang sutradara.

Sementara film-film unggulan lainnya adalah dua world premiere produksi Yoshimoto, Hibana: Spark, versi layar lebar dari miniseri berjudul sama produksi Netflix tahun 2016 dan The Stand-in Thief (Dorobou Yakusha) yang juga akan ditayangkan di Tokyo International Film Festival (TIFF/TIFFJP) tahun ini. Hibana versi layar lebar yang disutradari oleh komedian/aktor Itsuji Itao ini diangkat dari novel laris peraih Akutagawa Award 2015 karya Naoki Matayoshi merupakan film drama tentang perjuangan komedian muda Tokunaga (Masaki Suda) yang berusaha meraih impiannya bersama mentor senior Kamiya (Kenta Kiritani) di tengah persahabatan, persaingan dan juga cinta.

Masih ada juga sejumlah film lain, di antaranya film produksi Netflix karya Bong Joon-ho, Okja, film produksi Chili, Argentina, Perancis dan Spanyol – Neruda yang dibintangi Luis Gnecco dan Gael Garcia Bernal, film produksi Belgia, Jerman dan Kanada Kokoro karya sutradara wanita Vanja d’Alcantara hingga film klasik The Blues Brothers (1980) karya John Landis dalam segmen kolaborasi Kyo Machinaka Film Festival.

***

Kyoto International Film and Art Festival 2017 dihadiri oleh total 333.805 audiens selama 4 hari penyelenggaraannya dari 12 hingga 15 Oktober 2017, dengan penayangan total 101 film dan ekshibisi 500 karya seni dari 130 artis.


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.