Feature


Rabu, 20 September 2017 - 11:50:48 WIB
Indonesia Mengirim 'Turah' Sebagai Perwakilan di Oscars 2018
Diposting oleh : Taufiqur Rizal (@TarizSolis) - Dibaca: 1133 kali

Komite seleksi bentukan Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) yang terdiri dari 13 anggota meliputi Christine Hakim, Reza Rahadian, Mathias Muchus, serta Marcella Zalianty secara resmi menunjuk Turah produksi Fourcolours Films untuk mewakili Indonesia dalam ajang Academy Awards atau Oscars ke-90 yang akan dihelat pada bulan Maret 2018 mendatang.

Film garapan Wicaksono Wisnu Legowo tersebut akan berlaga di kategori Best Foreign Language Films yang khusus mengompetisikan film-film dengan dialog dominan non-Bahasa Inggris dan berasal dari negara selain Amerika Serikat. Tahun lalu, Indonesia mengirimkan Surat Dari Praha yang sayangnya gagal menembus 5 besar usai bersaing dengan 84 negara dari seluruh dunia di putaran awal.

Turah terpilih setelah komite seleksi mengkurasi sedikitnya 130 judul film Indonesia yang dirilis di bioskop tanah air dalam periode waktu 1 Oktober 2016 hingga 30 September 2017, sesuai dengan syarat jadwal edar yang ditetapkan pihak Academy of Motion Pictures Arts and Sciences (AMPAS) selaku penyelenggara Oscars.

Beberapa negara dari Asia Tenggara yang telah menetapkan perwakilannya dan akan menjadi kompetitor bagi Indonesia antara lain Kamboja (First They Killed My Father garapan Angelina Jolie), Laos (Dearest Sister), Thailand (By the Time It Gets Dark), serta Vietnam (Father and Son).

Menurut Christine Hakim, Turah dipilih bukan karena film yang diproduseri oleh Ifa Isfansyah ini memiliki kualitas lebih baik ketimbang film-film lain yang diseleksi. Pertimbangan utama yang melandasi terpilihnya Turah adalah film ini dinilai tepat mewakili Indonesia lantaran memiliki karakteristik yang kuat serta dianggap relevan dengan krisis kemanusiaan yang tengah terjadi di berbagai belahan dunia.

“Salah satu kekuatan dari film ini adalah kejujuran dan kesederhanaan. Apakah itu dari segi tematik maupun dari segi penggarapan. Jujur sekali si pembuat filmnya dalam menyampaikan kisahnya, tidak ada pretensi untuk membuat film yang genit atau kultural edukatif atau menjual kemiskinan. Tapi memang jujur menyampaikan sebuah kejujuran. Pesannya kuat sekali film ini,” papar Christine.

Sebelum ditayangkan secara terbatas di jaringan bioskop pada 16 Agustus silam, Turah sempat wara-wiri di berbagai festival film bertaraf internasional. Dua festival film yang memberikan apresiasi sangat positif kepada Turah yakni Jogja-NETPAC Asian Film Festival yang mengganjarnya dengan dua penghargaan serta Singapore International Film Festival yang memberinya piala Asian Feature Film Special Mention.

Dibintangi pemain-pemain lokal asal Tegal, Turah berceloteh mengenai kehidupan masyarakat di Kampung Tirang, Tegal, yang terisolasi selama bertahun-tahun sehingga memunculkan berbagai macam problematika. Karakter utama dalam film adalah Turah dan Jadag yang mencoba melawan cengkraman juragan kaya bernama Darso dengan cara mereka masing-masing.  


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.