Feature


Kamis, 20 Juli 2017 - 23:17:27 WIB
Christopher Nolan Kecam Sistem Penayangan Film Netflix
Diposting oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 2467 kali

Netflix and chill mungkin adalah semboyan bagi sebagian besar orang di era digital seperti masa sekarang, di mana orang bisa menonton film, atau serial, yang mereka inginkan kapan saja dan di mana saja. 

Layanan streaming raksasa khusus untuk tayangan audio visual ini bisa dikatakan sangat mendapat tempat di hati banyak orang. Saking pesatnya Netflix, mereka pun mulai memproduksi film dan serial orisinal mereka sendiri, yang berarti bisa segera disaksikan begitu dirilis ke publik.

Mungkin tidak ada masalah bagi sebuah serial televisi, namun untuk film panjang yang langsung bisa disaksikan di ponsel, tab atau laptop, memang adalah sebuah langkah yang cukup berani, walau harus diakui adaptif dengan perkembangan zaman.

Hanya saja, tidak semua orang merasa berkenan dengan sistem penayangan film Netflix ini, karena bagaimanapun di mata mereka sebuah film, apalagi memang berkonsep secara teatrikal, sejatinya harus disaksikan di layar lebar gedung bioskop terlebih dahulu.

Salah satu dari kalangan yang kurang menyukai sistem penayangan Netflix adalah sutradara kenamaan Christopher Nolan.

Menurut Nolan, strategi film Netflix adalah "tak bermakna" dan dengan tegas menyebutkan jika dirinya tidak akan bekerjasama dengan layanan streaming tersebut. Hal ini terungkap dalam sesi wawancara Nolan bersama IndieWire dalam rangka mempromosikan film terbarunya, Dunkirk

Selama ini Nolan memang dikenal sebagai sutradara yang memang mengerjakan film-filmnya dengan tujuan untuk disaksikan di layar lebar. Ia mencoba untuk memberikan pengalaman sinematis spektakuler kepada penonton, bahkan termasuk jika itu harus memanfaatkan teknologi klasik seperti 70mm atau layar super lebar IMAX, agar penonton bisa merasa terlibat dalam alur ceritanya. Sesuatu yang mungkin memang agak sulit dirasakan jika menonton filmnya di layar mungil. 

Nolan menjelaskan mengapa ia merasa kesal dengan Netflix. 

"Netflix punya cara yang aneh untuk mendukung film-film teatrikal. Mereka memiliki kebijakan tak masuk akal dengan segalanya harus ditayangkan secara simultan antara bioskop dan streaming, yang sangat jelas adalah model yang tak cocok untuk presentasi teatrikal. Jadi aku rasa mereka bahkan tidak memahami permainannya, dan aku rasa mereka melewatkan sebuah kesempatan besar."

Netflix akhir-akhir ini memang makin serius dalam mengerjakan film-film orisinal mereka. Skala film-film tersebut semakin besar dan berkolaborasi dengan sineas kenamaan pula. Contohlah adaptasi Amerika untuk manga populer Death Note yang akan segera tayang, atau film terbaru Martin Scorsese, The Irishman, yang dibintangi oleh Robert De Niro dan Al Pacino. Sejauh ini, film-film tersebut belum mendapatkan tanggal rilis untuk penayangan di bioskop. 

Nolan bukannya antipati terhadap layanan streaming atau upaya mereka dalam menghadirkan film orisinal. Hanya saja, ia menyebutkan strategi Netflix sebaiknya mengikuti apa yang dilakukan Amazon, di mana film-film orisinal mereka terlebih dahulu tayang secara eksklusif di bioskop selama 90 hari, sebelum bisa distreaming. 

Dan strategi Amazon ini memang membuahkan hasil. Sebutlah Manchester by the Sea yang tayang tahun lalu, yang tidak hanya mampu menuai kesuksesan di tangga box office, namun juga membuahkan dua piala Oscar. 

Netflix dilaporkan menyebutkan jika pelanggan mereka akan merasa "tidak senang" jika film tayang terlebih dahulu di bioskop sebelum bisa tersedia di platform streaming. Sejujurnya, alasan ini memang terdengar seperti pembenaran.

Content orisinal Netflix, terkecuali film-film Adam Sandler, selama ini cenderung "tenggelam": dalam tumpukan film-film lain yang jauh lebih populer untuk distreaming, yang pastinya karena sebelumnya memang telah mendapat atensi karena tayang terlebih dahulu di bioskop. 

Kasus paling mutakhir mungkin adalah film karya David Michôd, War Machine. Meski dibintangi aktor sekaliber Brad Pitt, film seolah terlupakan dan memiliki performa yang buruk dari segi penayangan. 

Sementara itu Okja, sebuah film berbujet relatif besar lain karya auteur asal Korea Selatan, Bong Jung-hoo, sukses memeriahkan Cannes Film Festival tahun ini dan mendapat pujian kritikus. Hanya saja, sepertinya hanya segelintir penonton awam yang menyimak film yang dibintangi Tilda Swinton dan Jake Gyllenhall ini.

Oleh karena itu, masuk akal jika Nolan, yang mengaku telah tiga kali menonton La La Land di bioskop ini kemudian menyebutkan strategi perilisan Netflix sebagai sebuah "kesia-siaan", alih-alih sekedar sebuah komentar dari sosok elit dunia perfilman yang hanya mengagung-agungkan bioskop, meski ia mengindikasikan jika Netflix memang berniat untuk menutup bioskop.

"Aku rasa investasi yang ditanamkan Netflix kepada para pembuat film yang menarik dengan proyek yang tak kalah menarik pula akan lebih mengagumkam jika tidak dugunakan sebagai alat yang aneh dalam upaya menutup bioskop. Hal tersebut begitu sia-sia. Aku sungguh tidak mengerti."

Memang belum ada data valid yang menyebutkan jika platform streaming bertendensi untuk mengancam penutupan bioskop. Dan Netflix bisa jadi tengah mencoba untuk mengubah strategi mereka dengan film terbaru Scorsese tadi, di mana The Irishman akan tayang secara terbatas di bioskop agar bisa turut berpartisipasi dalam Academy Awards. 

Hanya saja, Netflix secara langsung atau tidak telah memberi kontribusi pada trend di mana orang cenderung lebih memilih menonton film di gadget mereka ketimbang bioskop, meski sejatinya sensai pengalaman menyaksikan sebuah film di layar lebar sungguh tidak bisa direplika oleh penayangan ala streaming. 

Dunkirk tayang mulai tanggal 21 Juli 2017.





Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.