Feature


Selasa, 21 Desember 2010 - 12:35:50 WIB
Estetika banal Jakarta dari rekaman foto Erik Prasetya
Diposting oleh : Administrator - Dibaca: 2079 kali

Estetika banal Jakarta dari rekaman foto Erik Prasetya

Jakarta, 10 Desember 2010 – Dewan Kesenian Jakarta mengundang salah satu juru foto terkemuka di Indonesia Erik Prasetya untuk menerbitkan karyanya yang bertutur soal kota Jakarta melalui sebuah buku. Selain itu sebagian karya foto dalam buku bertajuk JAKARTA : Estetika Banal itu juga akan dipamerkan di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta Pusat.

Karya foto Erik dikerjakan selama lebih dari sepuluh tahun. Ia merekam dalam hitam-putih wajah dan “wajah” Jakarta serta penghuninya. Karya-karya yang dibukukan dalam lima bagian ini memperlihatkan apa dan bagaimana mata seorang juru foto saat melihat dan membuat satu pernyataan tentang kota yang dicintainya: Jakarta.

Erik menyatakan karya-karyanya sebagai estetika banal, kata yang sesungguhnya terkesan dikotomis. Estetika tentu saja mengandung keindahan, sedang banal yang artinya biasa biasa saja, atau lebih tepat di sini kesahajaan, satu jukstaposisi.  Karena itu karya-karya Erik yang sepintas terlihat sebagai dokumenter yang objektif, juga  menunjukkan hal lain yaitu subjektivitas.

Tentang Erik Prasetya

Sebagai seorang juru foto, Erik Prasetya (lahir di Padang, Sumatera Barat, 1958) bukan nama baru. Lama sudah ia berkecimpung di dunia fotografi. Karya-karyanya sudah beredar di seantero dunia, melalui publikasi media cetak internasional ataupun pameran-pameran foto. Karya-karyanya juga sempat menjadi ikon dalam perhelatan besar seni rupa Dewan Kesenian Jakarta Jakarta Biennale 2009—meski ia tidak ikut serta.

Erik berkenalan dengan fotografi pada usia dini, masa kanak-kanak, saat ia diminta membuat foto keluarga oleh ayahnya. Kemudian masa mahasiswa di Institut Teknologi Bandung saat ia menjadi aktivis sambil merekam kegiatan kemahasiswaannya. Dalam meniti karier profesionalnya, Erik meski aktif di berbagai bidang, bagi kebanyakan pemerhati lebih dikenal sebagai juru foto jurnalistik dokumenter  yang  teguh dengan pendekatan klasik.

Namun demikian Erik bukan seorang juru foto yang  semata-mata ahli dan bicara tentang decisive moment-nya Cartier Bresson,  ia juga bicara tentang voyeurism-nya Sosan Sontag, yang pernah membangkitkan amarah para juru foto. Sikap kritis melandasi pemahaman dan kerja foto Erik Prasetya.


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.