Bersama dengan Reza Rahadian, Arifin Putra merupakan salah dua aktor asal Indonesia yang melanjutkan perannya di musim kedua dari serial rekaan HBO Asia, Halfworlds. Berbeda dengan musim pendahulu dimana Arifin yang memerankan karakter manusia setengah demit bernama Barata seringkali beradu peran bersama aktor-aktris Indonesia, kali ini dia berada dalam satu frame bersama para pelakon asal Thailand, Taiwan, maupun Filipina.
Ya, cakupan Halfworlds lebih luas. Tidak lagi semata-mata terpusat pada kebudayaan mistis Indonesia, melainkan juga kebudayaan-kebudayaan lain dari negara tetangga. Dengan lokasi syuting diboyong ke Thailand, konfigurasi pemain serta sutradara jelas berubah. Joko Anwar undur diri dari kursi penyutradaraan dan menyerahkan tongkat estafet pada Ekachai Uekrongtham (Beautiful Boxer).
Diarahkan oleh sutradara berbeda dari negara seberang, berinteraksi dengan pemain-pemain lintas negara, dan menjalani pengambilan gambar di negeri orang, tentu menyisakan banyak cerita menarik bagi Arifin Putra. Melalui sesi media interview Halfworlds yang digelar beberapa waktu lalu, Arifin berbagi cerita tentang pengalaman-pengalamannya selama syuting Halfworlds.
Q: Apakah pengalaman paling tidak terlupakan selama syuting musim kedua Halfworlds?
A: Dikeroyok orang Thailand, tapi itu di serial (tertawa). Jadi di musim pertama lebih banyak berantem satu lawan satu, nah kalau disini lebih banyak dikeroyok. Berantem dengan beberapa orang sekaligus, biasanya sekitar 4 sampai 5 orang. Kesulitannya, sutradara ingin adegan pertarungan ini harus tampak elegan dan indah – seperti sebuah tarian – dan banyak diantaranya diambil dalam one long take. Untungnya, tim koreografer laganya mempersiapkan kita dengan cukup matang. Matang dalam artian, bukan mampu menghafal setiap gerakan aksinya melainkan lebih ke siap secara mental.
Q: Bisa diceritakan bagaimana karakter Barata dalam musim kedua ini, apakah ada perbedaan signifikan dibandingkan musim pertama?
A: Ada. Jika di musim pertama Barata cenderung pendiam, dingin, dan tidak banyak bicara, kalau dalam musim kedua, kita mencoba lebih menghidupkan karakternya. Ya seperti karakter-karakter lain dimana pada musim sebelumnya mereka didorong oleh ketakutan, sedangkan di musim kedua ini mereka didorong oleh harapan. Nantinya Halfworlds musim terbaru juga sedikit menampilkan kilas balik ke ‘masa muda’ Barata, mengulik persahabatannya dengan karakter lain bernama Kaprey (diperankan oleh aktor asal Filipina, Jake Macapagal), dan disini kita melihat sisi yang berbeda dari Barata. Dia lebih optimis dan sarkas, sehingga aku pun lebih seru dalam memainkan perannya.
Q: Kru dan pemain Halfworlds musim kedua berasal dari negara yang berbeda-beda, tidak seperti musim pertama yang hampir semuanya adalah orang Indonesia. Apakah ada pengaruhnya ke pesan yang hendak disampaikan serial ini?
A: Oh, jelas. Kalau musim pertama lebih ke perkenalan budaya mistis Indonesia, maka musim kedua ini intinya mengenai peleburan budaya dari berbagai macam budaya Asia seperti Filipina, Taiwan, Thailand, serta Indonesia. Bisa dibilang lebih cocok lah dengan visi misi HBO Asia yang ingin memperkenalkan budaya-budaya di Asia. Ibaratnya, musim pertama itu kelinci percobaan dengan mengambil budaya Indonesia sebagai sample-nya, nah di musim kedua ini, cakupannya lebih luas dengan memadukan budaya dari sejumlah negara di Asia.
Q: Apa tantangan terbesar yang dihadapi selama syuting Halfworlds musim kedua?
A: Awalnya aku pikir, kendala utama adalah bahasa. Tapi ternyata hampir semua kru dan pemain bisa berbahasa Inggris. Ini malah justru membuat semuanya berjalan lebih cepat dan efisien karena menggunakan standar internasional. Yang sempat membuatku agak kaget tapi malah akhirnya senang adalah kinerja orang Thailand yang kecepatannya sungguh luar biasa seperti ninja. Perbandingannya, saat di Indonesia, perpindahan antar shot ada jeda waktu lumayan lama. Kalau di Thailand, nggak. Baru duduk bentar, tiba-tiba disamperin kru yang bilang “we’re ready for you, five minutes ya!.”
Q: Berapa lama waktu yang dipersiapkan untuk workshop bersama aktor-aktris lain?
A: Kalau di Thailand, mereka ingin kita melakukan pekerjaan rumah kita sendiri. Kebetulan adeganku kebanyakan bersama Jake Macapagal dan karena kita satu hotel – mengingat sama-sama turis – kita pun sering ngobrol bareng, reading bareng, jadi begitu sampai lokasi syuting sudah siap. Sedangkan dengan pemain-pemain lain, kita seringnya latihan bersama saat ketemu di lokasi syuting. Jadi begitu sampai, mereka nyapa “hai... ayo latihan!” bukannya “yok, ngopi dulu”. (tertawa)
Q: Banyak sekali karakter baru di musim ini. Apakah ceritanya sama sekali baru atau mempunyai kesinambungan dengan musim terdahulu?
A: Jadi, begini. Untuk universe-nya sendiri masih sama. Demit yang hidup diantara manusia. Jika sebelumnya kita melihat kehidupan para demit di Jakarta, maka di musim kedua ini berpindah ke Bangkok. Masalahnya, kalau di musim pertama membahas tentang ‘The Gift’, nah musim kali ini membahas soal keris mistis yang jadi bahan perebutan banyak pihak. Seperti sedikit disinggung juga tadi, pada musim awal cenderung dilingkupi oleh ketakutan, kayak “aduh, gimana ya demit dan manusia, pasti ada clash,” sementara musim kedua mengingatkan bahwa akan selalu ada harapan. Dunia ini mungkin tidak sempurna, baik bagi manusia maupun demit, tapi masih ada harapan untuk dunia yang lebih baik.
Q: Sutradaranya kan berbeda. Sebelumnya diarahkan oleh Joko Anwar, sekarang oleh sutradara Thailand, Ekachai Uekrongtham. Apakah Ekachai mengaplikasikan gaya Joko atau dia menggunakan gayanya sendiri dan menciptakan tone berbeda di musim kedua ini?
A: Gayanya pasti beda, kalau sama malah aku ngerasa serem. Kok bisa sama ya, apakah dia kloningannya Joko? (tertawa). Joko lebih humoris, dia menganggap setiap kru dan pemain seperti anggota keluarganya sendiri. Dia memberi deskripsi secara mendetail tentang dunia dalam serialnya, lalu dia pun ingin cerita yang sangat gelap. Sedangkan Ekachai, dia selalu menginginkan keindahan dan keseimbangan. Kinerja orang Thailand kan juga berbeda ya. Mereka gesit, cepat, dan profesional. Jadi begitu sampai lokasi syuting, semuanya harus sudah siap. Tugas Ekachai hanya mengarahkan dan menjaga keseimbangan. Jadi detail soal karakter dan segala macamnya, dipelajari oleh para aktornya sendiri. Kalau sampai tidak hafal dan belum siap sesampainya di lokasi syuting, dia bisa marahnya luar biasa. (tertawa).
Halfworlds bisa disaksikan setiap hari Minggu di kanal HBO Asia pada pukul 20.00 WIB.