Feature


Selasa, 25 Oktober 2016 - 09:52:03 WIB
Meryl Streep Berbincang Soal 'Florence Foster Jenkins', Gender, Hingga Tofu
Diposting oleh : Taufiqur Rizal (@TarizSolis) - Dibaca: 5792 kali

Sehari menjelang hari pembukaannya di tanggal 25 Oktober 2016, Meryl Streep, aktris pemenang 3 Piala Oscar (Kramer vs Kramer, Sophie’s Choice dan The Iron Lady, ketiganya sebagai aktris terbaik) menghadiri konferensi pers Florence Foster Jenkins yang menjadi film pembuka di Tokyo International Film Festival (TIFF/TIFFJP) ke-29 tahun ini.

Disutradarai Stephen Frears (Dangerous Liaisons), juga pernah menjadi nominee Oscar lewat The Grifters (1980) dan The Queen (2006), Florence Foster Jenkins adalah sebuah biopik tentang sosok asli berjudul sama, sosialita New York di era ’40-an yang membuat fenomena di balik inkompetensinya sebagai seorang penyanyi opera.

Muncul dalam balutan gaun hitam yang elegan, Streep menyapa para jurnalis yang memenuhi ruangan, menyatakan kegembiraannya bisa berada di Jepang lagi dengan sambutan yang meriah. Sesi Q&A kemudian bergulir soal Florence Foster Jenkins dan kecenderungannya belakangan memilih peran-peran musikal setelah kesuksesan Mamma Mia! (Phylllida Lloyd, 2008).

Q: Bagaimana rasanya berada di Tokyo lagi untuk mempresentasikan Florence Foster Jenkins sebagai film pembuka festival tahun ini?

A: Sangat menarik dan merupakan sebuah kehormatan atas terpilihnya Florence Foster Jenkins sebagai film pembuka TIFF tahun ini. Saya sekalian menyampaikan salam dari Stephen Frears, Hugh Grant dan Simon Helberg dengan kegembiraan yang sama. Sayang mereka tidak bisa hadir karena masalah jadwal pekerjaan. Saat ini saya tidak punya jadwal syuting, karena itu bisa hadir di sini (tertawa), tapi ini adalah sebuah kehormatan besar bagi saya. 

Q: Kami semua tahu bahwa selain seorang aktris, Anda juga memiliki talenta besar sebagai seorang penyanyi. Apa kesulitan yang Anda hadapi saat memerankan sosok Florence dengan statusnya sebagai ‘The World’s worst Opera Singer?’

A: Saya memandangnya seperti ini. Florence memang dianggap tidak bisa menyanyi namun ia begitu mencintai musik dan merupakan bagian penting dari scene pertunjukan musikal New York saat itu. Sosoknya yang memiliki kekayaan lebih menyumbang banyak terhadap perkembangan Carnegie Hall, orkestra Toscanini dan banyak hal lain. Bagi saya dia tetap bukan artis dengan pola-pola sama seperti yang ada sekarang.

Terima kasih juga memuji nyanyian saya di film-film musikal yang saya perankan. Saya benar-benar belajar bagaimana menjadi penyanyi opera yang baik di bawah bimbingan seorang opera coach yang mengajarkan saya membawakan aria.

Q: Anda juga memicu penyadaran atas ketidakseimbangan gender dalam industri film Hollywood dengan minimnya karakter wanita yang kuat dan soal usia. Apa yang membuat Anda memutuskan untuk menerima proyek ini dan seperti apa realitas aktris-aktris berusia lanjut di Hollywood?

A: Saya pikir tak banyak sejarah di Hollywood yang menempatkan aktris utama sebagai karakter berusia 70-an di film-film mereka. Saya memerankan Florence yang usianya cukup jauh di atas saya dan berusaha semampu mungkin untuk memerankannya dengan baik. Benar bahwa ada isu di balik keputusan-keputusan pasar yang menentang hal ini. Begitupun, usia saya adalah 58 tahun saat membuat Mamma Mia! dan kenyataannya film itu adalah film saya yang paling laku sepanjang karir saya. Tidak ada lagi peraturan baku di Hollywood, terlebih dengan kemajuan dunia industri pertelevisian dengan pola durasi yang memungkinkan banyaknya inovasi penceritaan dan itu baik bagi pola-pola yang berbeda, seperti yang saya sebut tadi.

Q: Anda memiliki hubungan yang baik dengan karakter yang diperankan Hugh Grant dalam Florence Foster Jenkins. Kami mendengar bahwa dalam kehidupan pribadi Anda, Anda juga menempatkan keluarga di atas karir. Apa rahasianya memiliki kehidupan perkawinan yang sukses?

A: Hugh Grant adalah sosok lawan main yang sangat baik dan chemistry kami terjalin karena kapabilitasnya. Sulit memang terhubung dengan seseorang yang punya latar belakang dan obsesi-obsesi berbeda dengan kita. Namun Grant memiliki mood dan koneksi-koneksi intensif sebagai seorang aktor. Florence dan Bayfield (karakter yang diperankan Hugh Grant dalam filmnya) paling tidak saling berbagi dalam kecintaan yang sama terhadap seni, membuat musikal dan industrinya menjadi dasar bagi kebersamaaan mereka. Itu juga saya kira yang selalu mendasari kehidupan perkawinan yang langgeng.

Q: Dalam Florence Foster Jenkins, karakter Anda memiliki obsesi terhadap makanan seperti potato salad dan Anda bisa menyampaikan sisi ini dengan baik. Adakah selera yang sama dalam diri Anda?

A: Tentu (tertawa). Saya memiliki selera besar terhadap sushi makanya saya datang ke Jepang (tertawa lagi). Apa yang ditampilkan soal Florence di filmnya adalah benar. Dia tidak membuat potato salad, tidak memasak, bahkan tak punya dapur di apartemennya – namun kerap hanya memakan sandwich dan potato salad. Itu bagi saya adalah eksentrisitas. Oh ya, kemarin kami berada di Kyoto dan datang ke sebuah restoran yang semua menunya adalah tofu dalam bentuk hidangan beragam. Saya selama ini hanya tahu satu jenis tofu dan tidak pernah menemui hal ini sebelumnya, jadi saya kira ini adalah sesuatu yang sangat menarik (tertawa).

Florence Foster Jenkins akan membuka TIFF bersama seremoni resmi dan penampilan Meryl Streep di gelaran karpet yang dihelat tanggal 25 Oktober 2016.

Laporan oleh Daniel Irawan (@danieldokter) langsung dari Tokyo. 


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.