
Berita membanggakan dihembuskan oleh sutradara Edwin (Babi Buta yang Ingin Terbang, Postcards from the Zoo) dari Korea Selatan atau lebih tepatnya Asian Project Market yang terintegrasi dengan salah satu festival film paling prestisius di benua Asia, Busan International Film Festival.
Film terbaru Edwin, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (judul internasionalnya adalah Love and Vengeance), berjaya di Asian Project Market dengan memenangkan Busan Award. Disponsori oleh Busan Metropolitan City, penghargaan ini memberikan hadiah senilai $15 ribu kepada Edwin.
Disamping Edwin, Asian Project Market yang tahun ini diselenggarakan pada 9-11 Oktober serta meloloskan 27 film dari 16 negara turut memenangkan sineas asal Jepang, Korea Selatan, dan Kamboja. Hadiah terbesar diraih Jang Kun-jae melalui proyek filmnya berjudul The Cold-Blooded Penguin yang mendapat uang pendanaan sebesar $30 ribu.
Dihelat untuk pertama kalinya pada tahun 1999, Asian Project Market diinisiasi demi mempertemukan para pembuat film terbaik di Asia dengan penyandang dana, investor film, dan distributor film dari berbagai negara. Proyek film milik Joko Anwar, A Copy of My Mind, berhasil terwujud setelah berjaya di ajang yang sama dua tahun silam.
Saat ini, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas tengah memasuki proses penulisan skenario yang digodok bersama oleh Edwin dengan Eka Kurniawan. Sedari awal, Meiske Taurisia, salah satu produser, telah meyakini film produksi Palari Films ini akan berpeluang besar memenangkan Asian Project Market.
"Kami para produser melihat potensi Love and Vengeance sebagai film yang memiliki daya tarik internasional dan pasar global. Karena itu kami mencari potensi ko-produksi dengan negara lain lewat ajang ini," ujarnya.
Diekranisasi dari novel bertajuk sama rekaan Eka Kurniawan, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas berkisah mengenai keengganan 'burung' seorang supir truk, Ajo Kawir, untuk bangun dan mengeras.Perkara ini bermula selepas Ajo Kawir diajak sahabatnya, Si Tokek, ke rumah perempuan gila bernama Rona Merah. Tanpa sengaja, di rumah tersebut, keduanya menyaksikan dua polisi tengah memerkosa Rona Merah.
Berbagai upaya ditempuh oleh Ajo Kawir untuk kembali membangunkan 'si burung' termasuk mengolesinya dengan cabe rawit. Hingga suatu ketika, Ajo Kawir bertemu dengan Iteung dan keduanya saling jatuh cinta. Mengingat 'si burung' masih enggan berdiri, maka persoalan cinta ini pun merumit.