
Memasuki edisi ke-29, salah satu festival film paling bergengsi di Asia, Tokyo International Film Festival (TIFF/TIFFJP) akan digelar lagi dari tanggal 25 Oktober hingga 3 November mendatang di kawasan Roppongi Hills dan berbagai pusat keramaian lainnya di seputaran Tokyo.
Dalam sejarahnya, cukup banyak film Indonesia yang masuk ke seleksi festival bahkan dalam kategori kompetisi utama. Di edisi ke-25-nya di tahun 2012, mereka juga sudah menyuguhkan Indonesian Express, sebuah segmen spesial yang memutarkan karya-karya Garin Nugroho, Edwin dan Riri Riza.
Namun tahun ini menjadi lebih spesial karena segmen Crosscut Asia di TIFF ke-29, sebuah program tahunan pertukaran budaya melalui film yang digelar TIFF dalam kerjasama mereka tiga tahun terakhir ini bersama The Japan Foundation Asia Center, akan menyorot film dan kultur Indonesia sebagai fokusnya.
Kategori non-kompetisi yang diadakan sejak 2014 dengan tujuan pertukaran film guna meningkatkan interaksi budaya Jepang dengan sejumlah negara di Asia ini juga mendorong pertukaran pekerja kreatif dalam membangun jaringan pekerja film profesional di negara-negara Asia, dari filmmaker hingga jurnalis serta kritikus film.
Selain itu, program ini juga dimaksudkan sebagai platform untuk mempromosikan konten film Jepang ke negara-negara Asia yang menjadi fokusnya. Tahun ini, judul yang mereka pilih dalam segmen Crosscut Asia adalah Colroful Indonesia.
Meletakkan fokusnya secara berganti ke negara-negara Asia terutama Asia Tenggara ini sudah dimulai dengan sinema Thailand di tahun 2014 di bawah judul Thai Fascination dengan film-film box office mereka seperti Teacher’s Diary, diikuti The Heat of Phillipine Cinema di tahun berikutnya dengan fokus ke film-film karya Brillante Mendoza.
Menurut Hideko Saito selaku pihak humas TIFF, publik Jepang selama ini masih cukup jarang bisa menonton dan menikmati film-film Indonesia. Dengan adanya program ini, selain untuk lebih mengenal budaya Indonesia melalui tontonan, mereka juga sedang belajar untuk lebih mengenal Indonesia dan budaya-budaya yang diusung lewat film-filmnya.
Dalam introduksi di leaflet yang sudah dirilis secara resmi minggu lalu, mereka juga menyorot keberadaan Indonesia yang dikenal sebagai negara Islam toleran, dimana Indonesia yang terdiri dari 10.000 pulau dipandang memiliki potensi diversitas budaya yang kaya lewat produk-produk kreatifnya.
Menyebut nama Christine Hakim dan Garin Nugroho yang sudah dikenal luas oleh publik Jepang, beberapa sineas yang terpilih untuk mempersembahkan karya mereka sebagai keunikan budaya itu adalah sutradara Teddy Soeriaatmadja yang juga kelahiran Jepang, Kamila Andini, Angga Dwimas Sasongko dan Edwin.
Sementara beberapa nama lainnya dipilih dari asal sineas yang datang dari luar Jakarta sebagai pusat perfilman Indonesia, seperti Riri Riza yang berasal dari Makassar serta Ifa Isfansyah dari Yogyakarta.
Judul-judul film untuk mewakili Crosscut Asia: Colorful Indonesia diantaranya adalah Lovely Man dari Teddy Soeriaatmadja, film terbaik pemenang Piala Maya 2012 serta aktor terbaik FFI 2012 untuk Donny Damara, Someone’s Wife in the Boat of Someone’s Husband karya Edwin yang dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Mariana Renata, Sendiri Diana Sendiri (Following Diana) karya Kamila Andini yang dibintangi Raihaanun dan Tanta Ginting, serta Filosofi Kopi, film layar lebar karya Angga Dwimas Sasongko di tahun 2015 yang dianggap memiliki keunikan karena memuat keberadaan Indonesia sebagai tuan rumah produk kopi yang terkenal hingga ke seluruh dunia dibalik sebuah kisah bromance dua sahabat yang tengah berjuang membangun gerai kopi mereka.
Selain 4 judul tersebut, masih ada beberapa judul lain dalam lineup Crosscut Asia: Colorful Indonesia yang direncanakan akan menayangkan total 10 judul film Indonesia bersubtitel Inggris dan Jepang. Beberapa di antaranya bahkan akan masuk ke dalam kategori World/Asian Premiere. Jadwal selengkapnya akan diumumkan bersama lineup film-film peserta lain dari berbagai segmen yang ada di TIFF di akhir bulan ini.
Laporan oleh Daniel Irawan (@danieldokter).