Feature


Kamis, 11 Agustus 2016 - 10:35:31 WIB
Film Tentang Wiji Thukul Berlaga di Festival Film Locarno
Diposting oleh : Taufiqur Rizal (@TarizSolis) - Dibaca: 1345 kali

Film panjang kedua dari Yosep Anggi Noen, Istirahatlah Kata-Kata (atau Solo, Solitude untuk judul internasionalnya), terpilih buat berkompetisi di Festival Film Internasional Locarno ke-69 yang dihelat pada 3 hingga 13 Agustus 2016 dalam sesi Concorso Cineasti del presente

Sesi tersebut terbuka untuk film pertama atau kedua dari para pembuat film dunia. Terpilihnya Solo, Solitude berarti mengulang sejarah empat tahun silam tatkala film yang menjadi debut penyutradaraan Anggi, Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya, lolos seleksi di sesi yang sama. 

Melalui Solo, Solitude, Anggi bercerita mengenai sepenggal kisah hidup penyair dan aktivis buruh tanah air, Wiji Thukul, selama masa pelarian di tahun 1996 pasca Peristiwa Sabtu Kelabu pada 27 Juli 1996.

Wiji berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain menggunakan identitas berbeda-beda dan hanya satu dua kali berkomunikasi dengan keluarganya sebelum akhirnya dilaporkan menghilang oleh sang istri, Sipon, pada tahun 2000.

Ada alasan tersendiri mengapa Solo, Solitude memilih untuk meletakkan fokus penceritaan di masa-masa pelarian Wiji Thukul. Menurut sang produser, Yulia Evina Bhara, melalui fase inilah penonton bisa mendapati Wiji Thukul dalam sosok yang lengkap.

"Sebagai seorang pejuang Thukul adalah manusia biasa yang penuh dengan kemanusiaan. Tahun itu adalah fase titik balik hidup Thukul yang memilih untuk terus memperjuangkan keyakinannya dan percaya pada kekuatan kata-kata, puisi-puisi yang kritis," imbuhnya.

Sosok Wiji Thukul diperankan oleh seniman asal Yogyakarta, Gunawan Maryanto, yang filmografinya meliputi Turis Romantis, Mencari Hilal, serta Aach... Aku Jatuh Cinta. Mendampinginya di departemen akting yakni Marissa Anita sebagai Sipon dan pelakon lainnya terdiri dari Melanie Subono, Eduwart Boang, Arswendy Nasution, sampai Davi Yunan.

Selepas melenggang di Locarno, Swiss, belum diketahui apakah film hasil kolaborasi antara  Yayasan Muara, KawanKawan Film, Partisipasi Indonesia, dan LimaEnam Films ini akan dirilis untuk kalangan luas di Indonesia mengingat kontennya cukup sensitif.

Meski demikian, Yulia optimis Solo, Solitude akan mengantongi izin penayangan di tanah air terlebih Direktur Produksi Film Negara (PFN), Abduh Aziz, telah menyatakan dukungannya sehingga film berdurasi 97 menit tersebut dapat memasuki jaringan-jaringan bioskop tanah air.

“Kami yakin ruang demokrasi yang telah berhasil kita buka pada 1998 tidak akan kita relakan untuk tertutup dengan tidak memperbolehkan film sebagai kreativitas kesenian dan kebebasan ekspresi dilakukan. Lagipula, tak ada yang perlu dikhawatirkan tentang isi film ini. Kami membuatnya untuk memperkaya industri film Indonesia,” tutup Yulia.



Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.