“Indonesia akan begini-begini aja kalo loe cuma bisa protes,” ujar Pandji Pragiwaksono, inilah salah satu bagian penting dari film Hope karya terbaru dari Andibachtiar Yusuf. Sineas muda yang melahirkan The Jak (2007), The Conductors (2008) dan Romeo Juliet (2009), sutradara muda yang "rajin" melahirkan karya-karya yang relatif unik dibanding arus yang muncul di jagad perfilman Indonesia.
“Bagi saya film yang baik adalah yang bisa menunjukkan situasi kekinian suatu bangsa,” ujar Yusuf tentang karya-karyanya. Lewat Hope, lulusan Jurnalistik Universitas Padjadjaran ini melukiskan kegelisahannya terhadap situasi bangsanya yang disebutnya sebagai “Gak pernah kemana-mana, seolah segala potensi itu tidak ada,” sembari menambahkan “Tapi nasib suatu bangsa tidak akan pernah berubah jika tidak diubah sendiri oleh bangsa itu,”
Hope adalah sebuah gambaran Indonesia masa kini, 12 tahun setelah saat yang disebut sebagai masa reformasi yang saat itu dikabarkan sebagai arus balik sejarah bangsa ini yang disebut dinaungi kegelapan di era Orde Baru.
Dokumenter berdurasi 72 menit ini dikerjakan dalam kurun waktu 8 bulan masa produksi dan 3 bulan paska produksi dan menempuh jarak perjalanan Jakarta-Bandung-Semarang-Manado hingga ke Genting di Malaysia. Dikerjakan secara gerilya oleh tim Bogalakon Pictures rumah produksi yang terus bersemboyan “Kami bukan filmmaker, kami Bogalakon,” Segala hal dibenarkan oleh tim huru hara ala Bogalakon ini, mulai dari menempel kegiatan dokumentasi kedatangan trofi Piala Dunia 2010 sampai menonton aksi tim Barongsai Kong Ha Hong di Malaysia.
Diperkuat oleh gerilyawan muda seperti Edmond Waworuntu, Chemonk Faiz Tjotjona, Santrianov dan Adal Bonai, Hope adalah karya keempat rumah produksi peraih Piala Citra 2008 dan nominasi 2009 untuk kategori Dokumenter Terbaik.
Film ini akan dipertontonkan di sinema komersial yang memberi ruang pada karya digital seperti layaknya teknis yang digunakan oleh karya ini. Juga, film ini akan mencoba metode baru pendistribusian sinema (setidaknya untuk ukuran Indonesia) lewat tayang secara online alias streaming.
HOPE adalah film Indonesia pertama yang akan ditayangkan secara online di situs video sharing, Beoscope. Hal ini ditegaskan oleh creative manager dari Beoscope.com, Purwanto Hasan, yang juga bertindak selaku project officer untuk penayangan film HOPE ini. Ia mengatakan bahwa dalam era digital seperti ini perlu ada semacam "breakthrough" dalam industri perfilman Indonesia untuk mencoba inovasi baru semacam ini. "Ketika saya mendapat tawaran dari Andibachtiar Yusuf untuk penayangan film ini secara online, langsung saya sanggupi walau untuk prasarana saya harus mengecek lagi".
HOPE akan tayang secara online di www.beoscope.com pada tanggal 15 Desember 2010 setelah sebelumnya sudah tayang perdana di #obsat (Obrolan Langsat) pada hari pahlawan lalu, tanggal 10 November 2010. Selanjutnya, film ini akan diputar mengelilingi Indonesia lagi-lagi secara gerilya lewat pemutaran-pemutaran di komunitas yang tentu saja akan dibarengi dengan workshop dan diskusi.
Rencana HOPE untuk tayang perdana di Jakarta International Film Festival 2010 (JiFFest) terpaksa urung dilaksanakan karena secara mengejutkan, HOPE tidak lolos sensor dari LSF (Lembaga Sensor Film) Indonesia karena ada satu scene yang memperlihatkan kebringasan polisi. "Film ini digarap dengan budget kecil jadi kita tidak bisa mengedit semuanya sampai detail, apalagi ini film dokumenter. Namun, gausah berkecil hatilah, masih banyak tempat untuk memutar film ini selain di bioskop", ujar Andibachtiar Yusuf.
HOPE terdiri dari 3 bagian film. Bagian pertama berjudul The Majorities.. To Die For dimana berisi tentang komentar masyarakat umum tentang buruknya pemerintahan bangsa Indonesia, terdapat juga footage-footage menarik tentang suramnya negara Indonesia ini. Bagian kedua adalah The Minorities, dimana mengangkat kaum minoritas penari barongsai yang notabene malah mengharumkan bangsa Indonesia. Mereka meraih gelar juara pertama dalam kompetisi barongsai sedunia di Genting, Malaysia. Bagian ketiga adalah The Nation, dalam bagian ini sosok Pandji Pragiwaksono yang sukses mengangkat brand Indonesia Unite dan Otong, vokalis grup band KOIL mengungkapkan pendapat mereka tentang Indonesia dengan sudut pandang yang sangat berbeda.
Saksikan penayangan perdana HOPE secara online (pertama di Indonesia) di www.beoscope.com pada tanggal 15 Desember 2010.
Berikut trailer dari HOPE: