Feature


Rabu, 22 Januari 2014 - 16:24:19 WIB
'Tabula Rasa' Memberi Rasa Baru Bagi Perfilman Indonesia
Diposting oleh : Taufiqur Rizal (@TarizSolis) - Dibaca: 2027 kali

Setelah sebelumnya menciptakan film-film yang senantiasa dihiasi ketegangan seperti Pintu Terlarang dan Modus Anomali, LifeLike Pictures dalam proyek terbarunya mencoba untuk melakukan sesuatu yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Diberi judul Tabula Rasa yang memiliki arti 'kesempatan memulai sesuatu dengan tanpa prasangka', film ketiga dari LifeLike Pictures ini akan menghadirkan genre family drama dimana mereka mengangkat kekayaan masakan Indonesia. Ya, Tabula Rasa akan menjadi film pertama yang menyoroti tentang masakan Indonesia. 

Proses pengambilan gambar dari film yang direncanakan untuk tayang di bioskop pada akhir tahun 2014 ini sendiri akan dilakukan pada 26 Januari hingga akhir Februari 2014 dengan mengambil lokasi di beberapa daerah seperti Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Papua. Guna memperkuat jalinan penceritaan, skrip racikan Tumpal Tampubolon kudu melalui serangkaian research intensif yang berlangsung selama hampir satu setengah tahun. 

Detail masakan, makanan dan budaya dalam film Tabula Rasa didukung oleh beberapa tenaga ahli di bidangnya seperti Culinary Advisor Chef Adzan, mantan Executive Chef untuk hotel Hyatt Jogjakarta, pemilik restoran Sapi Bali dan ahli kuliner Indonesia yang tergabung dalam Maharasa Indonesia dan Reno Andam Suri, penulis buku Rendang Traveller. Maestro tari dan budaya Minang Tom Ibnur juga turut membantu para pemain sebagai Dialect Coach dan Technical Advisor khusus budaya Minang. 

Selain itu, lantaran makanan akan menjadi pusat pergerakan cerita bahkan juga pergerakan kamera, maka visual makanan dan masakan dalam film ini kudu dikondisikan mampu merangsang indra penonton. Cara yang ditempuh untuk mewujudkannya adalah dengan menggunakan kamera Alexa XT Plus. Sekadar informasi, beberapa film Hollywood seperti Life of Pi, Skyfall, dan Gravity, memanfaatkan jasa kamera ini untuk menghadirkan visual yang megah. 

"Kebutuhan untuk menangkap detail dan cahaya sangat dibutuhkan untuk Tabula Rasa, terutama untuk shot-shot makanan dan konsep penggambaran yang diminta oleh sutradara. Untuk itu kamera Alexa XT Plus dengan resolusi tinggi merupakan pilihan terbaik untuk Tabula Rasa. Hasil output Alexa XT Plus yang berupa uncompressed raw akan sangat membantu proses coloring dalam post-production,” jelas Amalia, Director of Photography dari Tabula Rasa

Meski proses produksi baru akan berjalan namun promo marketing untuk film Tabula Rasa sudah dimulai sejak 2013 silam, salah satu promo yang akan dilakukan nanti adalah tour Tabula Rasa ke Sumatera Barat untuk merasakan langsung makanan dan budaya Minang dalam film Tabula Rasa. “Membuat film hampir sama dengan memasak untuk orang banyak, dibutuhkan kerjasama yang apik dari seluruh pihak yang terlibat,” ucap sang produser, Sheila Timothy.

Lalu, dengan perencanaan yang sematang ini, apakah yang coba dihaturkan oleh Tabula Rasa?  “Film ini menceritakan tentang dua sisi yang berbeda yang mungkin belum pernah ada menyatukan dua kebudayaan yang berbeda lewat makanan, dalam hal ini Papua dan Minang. Perbedaan suku mungkin akan membuat komunikasinya agak terbatas, namun komunikasi bukan hanya dengan berbicara saja, tapi melalui makanan kita juga bisa mengekspresikan rasa cinta kita,” urai salah satu pemain yang memeriahkan Tabula Rasa, Jimmy Kobogau.

Secara ringkas, film bertutur mengenai Hans, pemuda asal Serui, Papua, yang bercita-cita untuk menjadi seorang pesepakbola profesional. Akan tetapi, nasib berkata lain. Pada saat Hans hampir kehilangan semangat hidupnya karena satu dan lain hal, dia bertemu dengan Mak Uwo, seorang pemilik rumah makan Minang sederhana (lapau). Di tengah perbedaan mereka, Hans dan Mak Uwo menemukan persamaan. Mimpi dan semangat hidup terbentuk kembali lewat makanan dan masakan, makanan adalah itikad baik yang mempertemukan mereka.

Mengusung sub genre food film - mudahnya, ini film kuliner! - Tabula Rasa akan dikomandoi oleh Adriyanto Dewo (Sanubari Jakarta, Hi5teria) yang untuk pertama kalinya berkesempatan membesut film panjang dengan jajaran pemain yang terdiri dari Dewi Irawan, Yayu Unru, Ramdan Setia, dan aktor muda berbakat asal Wamena, Jimmy Kobogau. Sementara itu, selain Sheila Timothy yang kembali duduk di kursi produser, ada pula Vino G. Bastian yang untuk pertama kalinya merasakan suka duka di belakang layar sebagai associate producer

Tabula Rasa adalah kesempatan untuk bekerja di luar zona nyaman saya sebagai seorang aktor. Saya rasa, Tabula Rasa akan jadi sebuah terobosan baru dalam industri film Indonesia,” ujar Vino G. Bastian. 

Dan inilah suasana konferensi media dari Tabula Rasa yang digelar Rabu (22/1) di JS Luwansa Hotel, Jakarta. 



Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.