Wadah bagi insan perfilman di Indonesia, Badan Perfilman Indonesia (BPI), siap untuk dibentuk. Untuk mewujudkan keberadaan dari badan yang sejatinya telah direncanakan sejak tahun 2010 itu, maka Musyawarah Besar Pembentukan Badan Perfilman Indonesia pun diselenggarakan.
Berlangsung pada 15-17 Januari 2014 di Hotel Balairung dan Hotel Borobudur, Jakarta, musyawarah besar yang difasilitasi oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini melaksanakan agenda yang terdiri atas pengesahan status hukum BPI, anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan pemilihan pengurus.
Aktor peraih nominasi FFI 2013 untuk perannya di film 9 Summers 10 Autumns, Alex Komang, terpilih sebagai ketua koordinator Badan Perfilman Indonesia periode 2014- 2017. Alex Komang yang dipilih oleh 40 organisasi perfilman yang masing-masing diwakili oleh 2 orang mengalahkan kontender lain seperti Gatot Brajamusti, Kemala Atmodjo, Edwin Nazir, Embi C.Noer, Robby Ertanto Soediskam, Anggi Frisca, Rully Sofyan, dan Gerson R. Aryawaila.
"Pemilihannya sendiri berjalan demokrasi karena dari insan perfilman senior dan yang muda ikut terlibat didalamnya dan sangat tepat sekali Alex Komang sebagai Ketua BPI. Kita harus dukung dia," ujar Adi Surya Abdi, produser dan sutradara yang juga menjabat sebagai Ketua Sinematek.
Musyawarah besar ini sendiri merupakan kelanjutan dari Focus Group Discussion (FGD) yang telah digelar pada 21-27 November 2013 silam. Pada pertemuan yang dihadiri oleh sejumlah perwakilan dari organisasi film tersebut, terlahir rumusan mengenai status hukum, AD/ART, pembiayaan, dan rencana kerja.
Dengan terbentuknya BPI, maka amanat dari UU Perfilman No. 33 Tahun 2009 yang kurang lebih menyatakan bahwa peran serta masyarakat sebagai pemangku kepentingan perfilman dalam memajukan perfilman Indonesia sangat dibutuhkan, telah dijalankan.
Adapun fungsi dan tugas dari BPI meliputi menyelenggarakan festival film di dalam negeri, mengikuti festival luar negeri, menyelenggarakan pekan film di luar negeri, mempromosikan Indonesia sebagai lokasi pembuatan film asing, memberikan masukan untuk kemajuan perfilman, melakukan penelitian dan pengembangan perfilman, memberikan penghargaan, dan menfasilitasi pendanaan pembuatan film tertentu yang bermutu tinggi.
"Tanpa institusi saja, prestasi sineas kita sudah membanggakan, apalagi kalau kita punya institusi. Dengan adanya badan ini, saya harap perfilman Indonesia akan lebih maju. Karena kita punya potensi untuk ke arah sana," ujar Slamet Rahardjo dalam sambutannya pada pembukaan Musyawarah Besar Pembentukan BPI, di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (15/01).