Feature


Minggu, 13 Oktober 2013 - 19:08:29 WIB
Film Indonesia Berjaya di Busan International Film Festival 2013
Diposting oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 2082 kali

Busan International Film Festival (BIFF) merupakan salah satu festival film yang cukup bergengsi saat ini, terutama di kawasan Asia-Pasifik. Tahun ini menandakan kedelapan belas kalinya festival yang diadakan di semenanjung Korea ini. Berlangsung selama 10 hari, yaitu dari tanggal 3-12 Oktober, beberapa film Indonesia turut memeriahkan.

Ada tiga film Indonesia yang melakukan world-premiere-nya serta berkompetensi di seksi yang berbeda. Film-film tersebut adalah:

  • Toilet Blues (sutradara: Dirmawan Hatta), yang berkompetisi dalam program New Currents Competition, yaitu program yang ditujukan kepada sutradara yang baru menghasilkan satu atau dua film. Film Dirmawan Hatta sebelumnya adalah Optatissimus (2013).
  • A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One  (sutradara: Yosep Anggi Noen), yang berkompetisi dalam program Wide Angle Asian Short Film Competition, yaitu program kompetisi film pendek. Yosep Anggi Noen sebelumnya sudah mengerjakan film panjang Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya (2013).
  • Jalanan (Streetside) (Sutradara: Daniel Ziv), yang berkompetisi dalam program Wide Angle Documentary Competition atau kompetisi film dokumenter. 

Beberapa film Indonesia juga tayang pada program-program non-kompetisi BIFF, seperti What They Don’t Talk About When They Talk About Love atau Don't Talk Love (2013karya Mouly Surya yang masuk dalam program A Window on Asian Cinema. Yang istimewanya, Don’t Talk Love  adalah salah satu proyek Asian Project Market (APM) pada BIFF di tahun 2010 yang lalu. 

Untuk program yang sama, tahun ini ada dua judul Indonesia yang masuk, yaitu Exotic Pictures yang disutradarai oleh Edwin dan Monkey's Mask yang akan digarap oleh Garin Nugroho. Baik Edwin dan Garin akan bersaing dengan 28 proyek lain untuk mendapatkan kucuran dana dan berkesempatan untuk mendapat rekan produksi. APM berlangsung pada tanggal 7-10 Oktober 2013, bersamaan dengan perhelatan Asian Film Market.

Sementara itu, sutradara muda berbakat, Edward Gunawan (Payung Merah, Dino) terpilih untuk mengikuti Asian Film Academy. Edward, bersama 23 pembuat film lainnya, mengikuti program edukasi film selama 18 hari, di bawah asuhan sutradara korea terkenal, Lee Chang-dong sebagai dekan. Fokus studi Edward adalah bidang produksi dan para peserta akan dibagi menjadi dua tim untuk mengerjakan sebuah film pendek. 

Program terakhir yang melibatkan nama Indonesia adalah Asian Cinema Fund, di mana proyek film terbaru Yosep Anggi Noen yang berjudul The Science of Fictions mendapat kesempatan untuk mendapatkan dana hibah sebagai biaya produksi. Asian Cinema Fund memberi dukungan dalam tiga kategori, yaitu Script Development Fund, Post Production Fund, dan Asian Network of Documentary Fund. Tahun ini ada 27 proyek yang terpilih setelah proses seleksi selama dua bulan. Untuk naskah, masing-masing akan mendapat dana hibah sebesar 10.000.000 KRW atau kurang lebih $ 10.000.

BIFF yang baru saja selesai ini ternyata membawa kabar bahagia untuk skena film Indonesia, karena dua film yang tersebut di atas telah mendapatkan piala.

A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One karya Yosep Anggi Noen memenangkan Sonje (Short Film) Awards.

Jalanan (Streetside) karya Daniel Ziv memenangkan BIFF Mecenat Award (Documentaries).

Sementara itu, Exotic Pictures milik Edwin juga memenangi ARTE International Prize di program Asian Project Market Awards.

Selamat kepada para pemenang!

Kehadiran film-film dari para sineas berbakat ini pastinya akan sangat memberi warna kepada perfilman Indonesia.

Kunjungi situs resmi BIFF untuk informasi lebih lengkap.


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.