Feature


Jumat, 27 November 2020 - 21:06:09 WIB
Merayakan Keragaman Sineas Indonesia Melalui Sajian Sinema Indonesian Films Splash
Diposting oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 616 kali

Hadir sebagai program yang menyoroti keragaman  sineas Indonesia, Indonesian Films Splash termasuk program pemutaran film yang pernah  hadir di tahun 2015 dan kini hadir kembali pada perayaan Jogja-NETPAC Asian Film  Festival ‘Kinetic’. Program Indonesian Films Splash terdiri dari 2 film panjang dan 16 film  pendek yang terbagi ke dalam 3 slot pemutaran. 

Terhitung sejak 25 November 2020, seluruh film suguhan JAFF dapat disaksikan secara  daring melalui kanal KlikFilm. Meski demikian, para penonton juga bisa menyaksikan  secara luring di 15 kota di Indonesia. Indonesian Films Splash Shorts slot 1 berkesempatan  untuk tayang secara langsung pada hari Jumat, 27 November 2020 pukul 17.00 di  Komunitas Payung Sinema Jember dan Komunitas Sinekoci Palu, serta pada hari Sabtu,  28 November 2020 pukul 15.00 di Bandung Film Commission dan Rumata Art Space  Makassar

Rangkaian sinema tersebut terdiri atas 6 film pendek, diantaranya Frangipani Rising (2019),  menceritakan mengenai kehidupan seseorang yang kesepian dan tanpa cinta, sehingga ia  tak semangat melakukan apapun. Sampai suatu malam dia mengutuk bulan serta  menyalahkannya atas takdirnya dan terjadi lah sesuatu yang diluar dugaan. Kedua,  Commentary Tracks (2020), menggambarkan kehidupan seorang sutradara film amatir  yang memikirkan tentang pembuatan film, buruh, dan orang Tionghoa selama karantina  pandemi. Ketiga, Satu (The World is Me) (2020) mengisahkan nelayan yang bingung,  harus bagaimana ketika ia pulang melaut dan menemukan jenazah dengan luka di sekujur  tubuhnya tergeletak di pantai. Keempat, Belum Kebayang (Not Yet) (2020) sebuah karya  dokumenter menuturkan mimpi-mimpi acak yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.  Kelima, Hai Guys Balik Lagi sama Gue, Tuhan! (2020), menarasikan bagaimana bila Tuhan  versi jail itu ada. Terakhir, Goodnight, Stargazer (2019) merupakan karya fiksi tentang  pengorbanan sepasang astronot ketika pulang dari sebuah misi dan menghadapi  kerusakan pada kapal mereka. 

Selain pemutaran film slot 1 pada program Indonesian Films Splash Shorts, terdapat pula  Q&A bersama para sutradara jajaran film tersebut. Dua film pada slot ini mendapatkan  inspirasi yang sama yakni karena situasi pandemi COVID-19. Sutradara film Commentary  Tracks (2020), Bihar Jafarian dalam karyanya ingin menenangkan orang-orang bahwa tidak  produktif dan bersantai di masa pandemi merupakan suatu hal wajar dan bukanlah masalah  yang besar. Masih terinspirasi dari kondisi COVID-19, Aditia Santosa, sutradara film Satu  (The World is Me) (2020) melihat bahwa keadaan tersebut membuat orang menjadi acuh satu dengan yang lain. Situasi tersebut menjadi salah satu ide yang termuat dalam film nya. 

“Awal-awal corona kemarin bulan februari hingga maret yang bener-bener lockdown ya itu,  banyak banget video-video beredar tentang ada orang pingsan, ada orang ini tapi gak ada  yang nolongin, orang-orang takut buat nolongin orang lain gitu lo. Di sisi lain, belajar dari  corona kemarin kita kaya ngeliat bahwa banyak banget orang saling gak percaya dengan  orang lain”, jelasnya.

Sedangkan, Adriano Rudiman membalut karya fiksi Goodnight, Stargazer (2019)  mendapatkan ide cerita dari temannya seorang militer yang sering diberi misi dengan  kemungkinan sulit untuk kembali lagi. Ketika itu, Adriano juga sedang mengerjakan tiga  project dengan latar ruang angkasa, sehingga menggabungkan keduanya. Berbeda  dengan film arahan Winner Wijaya, Hai Guys Balik Lagi sama Gue, Tuhan! (2020)  menggunakan drone untuk seluruh pengambilan gambar dalam film nya. Winner menjuluki  karyanya melalui sudut pandang Tuhan, karena posisi pengambilan gambar dari atas. 

Film tersebut menggambarkan Tuhan dengan versi jail, yang memperlakukan orang-orang  dengan sesuka hatinya. Saat awal Winner ragu pada karyanya, akan tetapi respon  penonton cukup positif. “Awalnya juga agak takut jadi offensive buat orang-orang, ternyata  waktu ditonton banyak orang gak se offensive itu. Saya berharapnya yang nonton, tau ini  ni ada yang gak beres, ini maksudnya Tuhan yang kita gambarkan di film ini bukan Tuhan  yang dipercayai oleh kebanyakan orang,” tutur Winner dalam diskusi tersebut. 

Keragaman ide dan bentuk dari sajian sinema Indonesian Films Splash Shorts slot 1  membuat program ini begitu berwarna. Situasi apapun dapat mengantarkan para sineas  menghasilkan karya-karya yang unik dan memiliki berbagai rupa perspektif sehingga turut  membawa udara segar pada bentuk-bentuk sinema sajian JAFF tahun ini 

Berawal dari berkumpul bersama teman-temannya dan berbagi kisah mengenai mimpi satu  sama lain, Steven Vicky Sumbodo mendokumentasikan obrolannya dalam film Belum  Kebayang (Not Yet) (2020). Steven mendapatkan 12 hingga 15 mimpi, lalu melakukan  kurasi sehingga terpilih lah tiga mimpi. Ia ingin penonton menyaksikan film ini tanpa beban,  seakan akan sedang mendengarkan cerita mimpi-mimpi itu. “Kita memilih mimpi yang  menarik, lucu, dan general, ingin penonton have fun aja ketika nonton ini”, ungkapnya.  Berdurasi 49 menit, Q&A Indonesian Films Splash Shorts slot 1 ini di moderatori oleh Theo  Maulana. Ia melontarkan pertanyaan-pertanyaan menarik kepada para sutradara sehingga  diskusi berlangsung hangat. 

“Menyenangkan menonton film dari teman-teman yang mana memang dari slot ini tidak  ada satu benang merah yang sifatnya tematik secara isu, tetapi di slot ini kami lebih  merayakan dari keberagaman bentuk mulai dari nuansa kelam hingga konyol sekali,” ujar  Theo Maulana saat memandu diskusi. (2020) 

Rangkaian Jogja-NETPAC Asian Film Festival ‘Kinetic’ masih berlangsung hingga tanggal  29 November 2020 secara daring melalui kanal KlikFilm dan luring di 15 kota di Indonesia. 


Share |


Berita Terkait :
Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.